1. Satu Bulan Sebelum Lamaran

167K 14.8K 406
                                    

Kesi duduk termenung di meja kerjanya, dia kehilangan semangat seperti biasa. Hari ini dia merasa begitu lesu, kejadian malam minggu kemarin berdampak besar pada dirinya.

"Pagi-pagi udah bengong aja Kes?" Rangga orang kedua yang sampai di ruangan setelah Kesi.

Suasana pagi itu masih sepi, memang rekan yang lain sedang ada urusan luar. Mereka akan kembali ke kantor pada siang hari. Acara launching produk terbaru begitu menyita waktu mereka. Begitu pun dengan Kesi, dia terlalu asik dengan pekerjaannya. Hingga lupa ada seseorang yang juga membutuhkan perhatian.

"Mas Rangga. Rasanya ML itu gimana sih?" tanya Kesi blak-blakan. Sudah jadi rahasia umum jika Kesi bermulut ember bocor dan asal nyeplos. Dia jarang memfilter kalimat yang keluar.

Rangga jelas kaget mendengar pertanyaan Kesi. Dia duda dengan pengalaman minim. Walaupun pernah menikah, Rangga cuma pernah begituan beberapa kali. Ya walaupun banyak yang beranggapan dia suka wara-wiri di selimut wanita lain, kenyataannya gak seperti itu.

"Kes lo kesambet apaan?" Rangga menarik kursi di depan meja Kesi. Dia duduk menghadap Kesi, begini lah contoh perilaku buruk karyawan yang gak patut buat dicontoh.

Biasanya teman ngerumpi Kesi ya si Calya. Tapi berhubung Calya sedang ada urusan di tempat lain. Kesi mengajukan pertanyaan konyol pada Rangga.

"Pacar gue ngajakin test drive Mas," cerita Kesi sambil ngelirik kanan kiri. Takut tiba-tiba muncuk seseorang dan mendengar pembicaraan mereka.

Rangga sendiri sudah tertawa terpingkal-pingkal. Dia tidak menyangka Kesi akan menanyakan hal nyeleneh seperti itu. Dalam pandangan Rangga, Kesi itu perempuan modern yang polos tapi galak.

"Jangan mau Kes. Masa lo mau diajakin test drive? Nih ya gue kasih perumpamaan," Rangga sudah berhasil menguasai tawanya. "Kalau lo beli sepatu atau baju, lo minta yang di pajang atau yang baru belum dipajang-pajang?"

"Yang baru lah Mas."

"Kenapa mau yang baru?"

"Yang dipajang itu biasanya udah dipakai-pakai, dicoba-coba orang juga."

"Nah! Itu namanya apa? Test drive kan? Uji coba, kalau pas mantap baru lo beli. Masa lo mau harga lo lebih murah dari baju dan sepatu?"

Kesi terdiam menatap Rangga, dia sadar bahwa apa yang dikatakan Rangga benar adanya. Untuk apa dia galau dan mikir keras hanya untuk ajakan yang tentunya cuma nguntungin Andi doang.

"Berarti Mas Rangga harganya udah jatuh dong? Kan udah bekas," seloroh Kesi yang lidahnya luwes banget.

"Lidah lo emang gak bertulang banget Kes. Sakitnya tuh di sini," Rangga menunjuk dadanya dengan tatapan memelas luar biasa.

Kesi hanya nyengir dan tertawa kecil. Bebannya seolah-olah berkurang, dia memang butuh seseorang yang bisa menyadarkannya. Bagaimana kalau Kesi yang polos dimanfaatkan pria-pria yang tidak bertanggung jawab?

"Lo itu perempuan modern Kes. Tapi masa polos banget sih? Gak takut lo dimanfaatin?" Rangga mengambil toples cookies yang memang selalu ada di meja Kesi, menyantapnya tanpa pamit.

Kesi menatap Rangga dengan wajah sebal. "Balik kerja Mas! Makan gaji buta aja lo," protes Kesi yang sukses membuat Rangga tersedak. Sepertinya hanya Kesi dan Calya yang tidak terpesona dengan seorang Rangga.

Jelas si Calya punya Thomas yang diibaratkan matahari, sedangkan Rangga pluto, kecil, jauh dan tak terlihat. Tapi Kesi, selalu menganggap Rangga duda edan yang entah kenapa makin gila karena diburu kawin lagi.

"Kes lo mau ML gak?"

Kesi tersedak ludahnya sendiri, dia horor menatap Rangga. Spontan Kesi menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sedangkan Rangga sudah garuk-garuk kepala bingung karena salah berucap.

"Maksud gue gini Kes," Rangga berdeham sebentar. "Lo kawin sama gue, ya gue kan gak kere-kere amat, jelek juga kagak," lanjut Rangga.

Kesi seolah merasakan nyawanya dicabut saat itu juga. "Lo ngajakin gue kawin Mas?" Kesi bertanya dengan nada tidak percaya. Sedangkan Rangga hanya ngangguk mengiyakan. "Lo kayaknya perlu gue bawa ke rumah sakit jiwa Mas," keluh Kesi yang dengan sigap menjulurkan kakinya melewati bawah meja.

Kesi dengan tidak berperasaannya mendorong kursi beroda yang diduduki Rangga. Pria itu terdorong hingga hampir menabrak lemari arsip.

"Kes!" pekik Rangga kaget bukan main.

"Coba kepala lo kepentok Mas! Kali aja rada beres dikit," omel Kesi yang langsung ngibrit keluar ruangan.

Kesi berjalan ke pantry dengan dengan raut wajah shock bukan main. Baru kali ini dia mendapat ajakan absurd dari Rangga. Kalau dari pacarnya, si Andi, dia sudah mendapatkan ajakan test drive yang sempat disinggungnya bersama Rangga tadi.

"Mukanya kenapa Mbakes? Keruh banget?" tanya Cici, OG kantor yang paling bahenol.

"Habis ngelihat orang kesurupan Ci," sahut Kesi asal.

Cici terpekik dan berujar, "Dimana kesurupan Mbak? Sopo-sopo?"

"Noh si Sopo Jarwo!" Kesi menepuk dahi Cici hingga perempuan bahenol itu terduduk di kursi belakangnya.

"Ih Mbakes mah," Cici merajuk, yang kata beberapa OB dan satpam kantor terlihat menggemaskan. Tapi menurut Kesi, menggelikan.

Kesi tertawa kecil dan mengambil gelas karton yang kemudian diisinya kopi hangat yang sudah jadi di coffee maker. Kesi duduk bersama Cici yang sedang mengerjakan sesuatu, seperti kerajinan tangan anak sekolah.

"Disuruh siapa Ci?" tanya Kesi. Sudah jadi rahasia umum kalau ibu-ibu di lantai ini suka menyuruh Cici mengerjakan tugas kerajinan tangan anak mereka.

Cici nyengir dan berkata, "Rahasia negara Mbak."

Kesi mendengus menatap Cici. "Ealah! Kulapor ke Pak Thomas nyahok kamu Ci. Hilang sudah lahan basahmu."

Cici mengerjakan tugas-tugas itu bukannya gratis. Dia suka dapat uang tambahan dari sana. "Anak sekarang memprihatinkan banget karena adanya oknum model kamu ini Ci," komentar Kesi.

Tiba-tiba saat mereka lagi asik ngobrol, muncul sosok Rangga. "Halo calon ibunya anak-anakku," sapa Rangga pada Kesi.

Kesi tersedak kopi, bibirnya berlepotan kopi yang menyembur keluar. Sungguh menjijikan, dan itu semua karena satu nama, Rangga.

"Duda edan!" Kesi mendelik kesal.

Rangga tertawa puas, sepertinya dia punya mainan baru. Menggoda Kesi rasanya menyenangkan, ada kesenangan tersendiri saat melihat wajah kesal tapi merona milik Kesi.

"Ci!" Rangga menepuk pundak Cici, dia kemudian duduk di kursi sebelah Kesi. "Gue sama Kesi cocok gak?" tanya Rangga kemudian.

"Cocok opo toh Mas?" Cici yang memang masih menggunakan sinyal 2G bertanya balik karena tidak paham.

"Cocok buat dikawinin gak?" Rangga kembali menyemburkan tawanya. Sedangkan Kesi sudah menjambak rambut Rangga saking kesalnya. "Aduh sayang jangan kuat-kuat dong, pelan-pelan aja," seloroh Rangga semakin menjadi.

"Edan!" Kesi melepaskan rambut Rangga yang kini sudah tertawa terbahak-bahak. Sementara itu, Cici hanya menggaruk kepalanya bingung menatap kedua makhluk aneh itu ribut.

♥️♥️♥️

♥️♥️♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
That's Why : I Marry Crazy Duda (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang