Seruni termenung, kalau saja Syahman tak menendang-nendang dinding rahimnya, kalau saja Syahman tak membuncit dibawah berlapis-lapis kain bajunya. Seruni tak akan menenteng rantang berisi nasi kuning ke rumah Sieng Lu. Seruni pasti punya foto perkaw...
Putih, atau kuning kah warna kulitnya? Ah, entahlah. Bola matanya bulat bersih berbinar-binar, alisnya membingkai hitam tak tertahankan, bibirnya seranum buah jambu. Dikecupnya berkali-kali... gadis itu tersenyum malu-malu, malu ingin lagi. Kali ini Si Buah Jambu menutup kedua matanya, menunggu dengan jantung naik turun. Mbe... mbeee... mbeeee... suara kambing mengembik tak henti-henti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pohang, Pohang, Haaaaaang!"
Syahman terperanjat, meraba-raba celananya yang basah. Tak ia dapati Si Buah Jambu disampingnya, tak pula Seruni di kursi merah plastik, Sieng Lu menghilang dari kamar mandi, idih, suara kambing mengembik tak henti-henti. Syahman penasaran, lalu mengintip dibalik tirai putih tembus pandang.
"Bawain kambing ke lapang kosong, Kampret!" Bentak pak Haji Gofur, keringat bercucuran dari wajahnya yang kuning bersinar-sinar, dua ekor kambing jantan gemuk mengembik tak henti-henti, bergeliat-geliat tak mau disembelih.
"Disembelih? Tumben! Biasana dijual." Pohang agak terkejut, ada angin apa pak Haji Kampret bagi-bagi rezeki.
"Si Syahman kan mau Aqiqah, Hang! Masa elu kagak tahu?"
"Hah?" Pohang hampir tersedak angin bison.
HAH. Syahman merinding dibalik tirai. Syahman tak mau digundul! Oh, bongpay pun tak semengerikan itu. Bongpay, Syahman jadi terkenang masa-masa itu. Setelah lulus SMA, Syahman ikut Sieng Lu bongpay ke kuburan Mulia. Pekerjaan bongpay ternyata mudah, hanya membuat nisan kuburan. Menjadi sulit karena kuburan orang-orang China itu besar-besar seperti rumah, naga meliuk-liuk pada tiang-tiangnya, emas berpendar-pendar di atas genting-gentingnya. Dan jika Si Pohang mati, paling-paling hanya namanya saja yang diukir, paling mewah ditambahi bismillah. Orang China lain, satu keluarga besar harus masuk semua. Bayangkan sebesar apa batu nisan mereka.
"Syahman, hudang sia!" (Syahman, bangun kamu!)
Syahman tambah merinding. Seruni sudah berdiri didepannya. Buru-buru Syahman ke kamar mandi.