Chapter 4 | The Nyinyir Of Naumi

8.9K 471 139
                                    

Di hari kedua, Lia sama sekali tidak datang terlambat pergi ke sekolah, bahkan Lia ke sekolah menggunakan sedikit makeup saat itu. Entah apa motivasinya, mungkin karena takut masuk ruangan BK apalagi harus berhadapan dengan Bu Ovi dan Naumi.

Sesampainya di sekolah, Lia menebar senyum saat turun dari angkot yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Hingga mebuat siswa laki-laki terpesona melihat kecantikan Talia, bagaikan Putri yang turun dari kereta kencana yang dapat mereka saksikan secara gratis.

Dilihatnya pak satpam atau Sucipto yang kemarin membentak Lia di hari pertama, kini Sucipto tersenyum lebar dengan kulit cabe yang menempel di sela giginya.

"Gak telat neng?" tanyanya.

"Gak ah pak, takut di marahin bapak lagi."

"Hehe" Sucipto tersenyum cengegesan.

"Hei, kamu ... cewek yang kemaren kan?" tanya Andra cowok yang mengajak berkenalan dengan Talia kemarin. Kini dia datang dari belakang gerbang, mungkin dia baru datang.

"Ohh, jadi kalian sudah saling kenal?" tanya Sucipto yang ada di samping mereka.

"Pak Cipto diem aja deh, mendingan Bapak bersihin tuh kulit cabe di gigi, hehe" ledek Andra.

Sucipto dengan cepat langsung menggerak-gerakan lidahnya, mencoba menghilangkan kulit cabe yang menempel di giginya.

"Jangan peduliin dia Ta, ayo kita masuk" ajak Andra "kamu kelas berapa?" tanyanya disela-sela perjalanan.

"Kelas XI IPS-2"

"Berarti sekelas sama si Revan?"

"Kaka kenal Revan?"

"Siapa sih Ta yang gak kenal Revan? Cowok tengil tukang bikin onar bahkan sering telat kalo dateng ke sekolah."

"Tapi dia baik kok, kak"

"Iya, kamu belum kenal dia aja," cetus Andra mencoba meyakinkan Lia kalau sifat Revan begitu buruk "Eh, kenapa kamu gak pilih jurusan IPA?" tanyanya.

"IPA? Jurusan itu gak sama dengan passion dan motivasi aku kak."

"Justru IPS itu ngebosenin tau!"

"Tapi menurut aku enggak, IPS itu sama kayak apa yang aku mau, IPS itu bisa dibilang seninya SMA."

"Ya ... IPS emang bagus juga sih, hehe" Andra tiba tiba merubah penilaiannya tentang IPS.

"Udah ya kak, aku ke kelas duluan" pamit Lia meninggalkan Andra.

"Tunggu" tahan Andra memegang tangan Lia. "Boleh minta nomor hp kamu?"

"Aku gak bisa ngasih nomor ke sembarangan orang."

"Aku kan ketua Osis, siapa tau ada hal penting yang harus aku kasih tau."

"Oke ... mana hp kaka?" tanya Lia lalu mencatat nomor teleponnya di ponsel Andra. "Kalo gitu aku kekelas dulu."

"Oke, thanks ya." Andra tampak bahagia seperti ingin menari-nari waktu itu.

Kemudian, Lia berjalan di lorong koridor, hingga seolah-olah membuat siswa tersihir dengan penampakan wajah cantik, bagai Dewi Malam.

"Waw!!!"

"Hey cewek!!"

"Hai cantik!"

"Neng geulis, hehe"

"Witwiiw"

Suara-suara itu terus menyertai langkah Lia ketika berjalan, hingga Lia tiba di kelasnya.

Talia Meriana [Versi Lama] [Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang