Home - Be His Wife?

2.8K 405 21
                                    

-o0o-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-o0o-

Entah sudah berapa menit lamanya Eunha berdiri di bawah terik matahari sembari menunggu jemputan dari Paman Kang. Namun, belum ada tanda-tanda jika supir pribadinya itu akan datang dalam hitungan detik.

"Cuaca hari ini panas sekali, bukan?" suara bariton itu terdengar dengan jelas di telinga Eunha.

Gadis itu menoleh dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Ingin ku antar pulang?"

"Tidak usah."

"Aku tak yakin jika kulitmu itu akan kuat menahan teriknya matahari siang ini." Eunha menoleh sekilas kemudian menghembuskan nafasnya.

Sedikit ragu namun gadis itu segera mengangguk dan menerima tawaran pria itu karena alasan terpaksa.

-o0o-

"Terima kasih telah memberi tumpangan, Jungkook-ssi." ucap Eunha formal sembari membungkukkan badannya.

"Hanya terima kasih?" tanya pria itu.

"Lalu, kau ingin aku melakukan apa?" tanya Eunha, tanpa basa-basi.

"Kau tidak ingin mengajakku bertamu sesaat dirumahmu, atau memberi teh hangat sembari beristirahat." Eunha menghela nafas untuk kedua kalinya.

"Baiklah, mari masuk." dengan senang hati, Jungkook turun dari motornya dan mengikuti langkah gadis itu menuju kedalam rumah.

-o0o-

"Wah, kita bertemu lagi, Kook." sapa Jung Donghae, ayah Eunha. Ia tersenyum lalu menghampiri pria itu.

"Selamat siang." Jungkook menunduk hormat.

Eunha berdeham, "Aku akan pergi ke kamar untuk berganti baju dan membuatkannya secangkir teh, apakah ayah juga mau ku buatkan?"

"Tidak usah, 30 menit lagi ayah akan pergi ke kantor." Eunha mengangguk dan pergi kelantai dua, menuju kamarnya.

"Mari kita lanjutkan obrolan kemarin yang sempat tertunda. Jadi, bagaimana menurutmu? Dia cantik bukan?" Jungkook mengangguk dan tersenyum menjawab pertanyaan Jung Donghae.

"Jika dia bersifat kekanak-kanakan kelak, kau boleh menghukumnya." Jungkook tertawa mendengar penuturan Donghae.

"Dia lucu dan menggemaskan." ucap Jungkook setelah sekian detik tertawa.

"Yah, kau benar. Bahkan, umurnya hampir menginjak angka 18." terlihat sedikit raut kesedihan. Donghae sedih bukan karena umur Eunha yang bertambah. Namun, ia merasa jika dirinya semakin tua.

"Aku tau kau bisa menjaganya, apa kau mau berjanji untuk hal itu?"

"Aku tak bisa berjanji, namun akan kuusahakan untuk tidak mengecewakan dirimu dan juga putrimu itu." Donghae menepuk pundak Jungkook ringan.

"Aku percaya dengan kesungguhanmu itu."

"Apakah sudah selesai membicarakan diriku?" interupsi Eunha sembari membawa secangkir teh hangat.

"Percaya diri sekali." ucap sang ayah meledek.

Eunha terkekeh "Ayah tidak berniat menjodohkanku dengan anak sahabat ayah yang satu ini kan?" tanya Eunha sambil secara terang-terangan menunjuk muka Jungkook.

"Perjodohan itu hanya untuk orang tua yang tidak modern—dan kebetulan ayah tidak modern."

"Ayah!!" Jungkook dan Donghae tertawa melihat Eunha yang cemberut seperti itu.

-o0o-

Jjk_1997
Terima kasih atas teh hangatnya.

Mendengar bunyi notifikasi, Eunha langsung mengambil benda pipih yang berada di meja belajarnya dan membaca sebuah pesan yang baru saja terkirim.

Eunha_ya
Itu hanya sebuah teh.

Jjk_1997
Namun terasa berbeda jika kau yang membuatkannya untukku.

Eunha terkekeh membaca balasan pesan terakhir dari pria itu.

Gadis itu berpikir jika Jungkook itu sangat menyebalkan pada awalnya, namun semakin lama, ia tetap menyebalkan juga. Namun, terdapat sisi humoris dan hangat di dalam diri pria itu.

"Kau sedang berpikir apa sih, Jung Eunha." rutuknya sembari memukul kecil kepalanya.

Jatuh cinta? Tidak semudah itu. Bahkan, ia baru memulai kehidupannya yang baru.

Eunha berharap, ia dapat lulus dengan nilai terbaik dan mencari prestasi sebanyak-banyaknya di bangku sekolahnya ini. Ia akan berusaha semaksimal mungkin di tahap terakhir belajar wajibnya.

-o0o-

"Ayah benar-benar akan menjodohkanmu dengannya, apakah itu terdengar ide bagus?" tanya Donghae pada putrinya yang sibuk mengupas buah apel kesukaannya.

"Bahkan itu jauh dari kata bagus. Aku ingin fokus mengejar cita-citaku dan menikmati masa remaja." jawab Eunha lalu menggigit buah apel yang telah terkupas sepenuhnya.

"Bukankah kau tetap bisa kuliah dan menikmati masa remajamu setelah menikah?"

"Tapi rasanya pasti berbeda. Lagipula, aku belum siap dan belum cukup matang untuk menjadi seorang istri dan ibu yang baik kelak." Donghae mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penuturan putrinya.

"Benar juga—" tak kehabisan akal untuk membujuk putrinya, Donghae menyodorkan sebuah map cokelat di depan putrinya itu.

"Apa ini?" tanya Eunha heran.

"Hanya sebuah surat tanah, mobil Lamborghini Aventador pengeluaran terbaru, dan surat saham perusahaan ayah di Seoul. Jadi, bagaimana?" tanya Donghae sambil menatap remeh anaknya.

"Bagaimana apanya?"

"Apa kau mau menikah dengan putra sahabat ayah?" Tanya Donghae sekali lagi dengan penuh penekanan.

"Jika aku mengatakan iya, ayah jangan menyesal telah memberiku ini." Eunha menggigit sekali lagi apelnya dan membuangnya di tempat sampah. Gadis itu beranjak menuju kamarnya, tidak lupa ia membawa map cokelat itu bersamanya.

"Dasar anak muda, mudah saja tertipu. Bahkan itu hanya sebuah kopian. Mana mungkin ayah mempercayakan segalanya untukmu, bahkan perusahaan ayah sekalipun." pria paruh baya itu tertawa pelan sambil memperhatikan punggung putrinya yang telah menghilang dibalik tembok.

-o0o-

-o0o-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang