Part 10 - Awal Yang Baru

389 38 24
                                    

"Akhirnya tuh bocah udah normal lagi," Gumam Mahyuda lega sambil tersenyum samar ketika melihat Arya tengah melakukan free style menggunakan bola dengan gerakan yang tentunya bisa mengundang terikan-teriakan alay para siswi SMA Bakti Mulya, untungnya saat ini masih jam enam lewat lima belas menit sehingga suasana sekolah belum terlalu ramai. lihat saja tiga puluh menit lagi jika cowok itu tidak beranjak dari lapangan pasti aksinya pagi hari ini akan mengundang berbagai reaksi histeris para siswi SMA Bakti Mulya yang mengidolakannya.

"Tumben lo udah dateng jam segini?" Tanya Mahyuda ketika ia sudah berada tepat limat meter dari tempat Arya berdiri, sontak Arya langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara berikut dengan menghentikan aksinya.

Arya tersenyum melihat temannya itu, "Thanks Bro." Kata Arya masih setia mempertahankan senyumnya.

Mahyuda terkekeh melihat reaksi temannya itu, Arya tampak aneh pagi hari ini. tapi baguslah setidaknya temannya itu sudah kembali normal lagi setelah insiden itu, "Kenapa lo senyum kek gitu? Kesambet lo?" Ujar Mahyuda sambil geleng-geleng kepala, lalu Mahyuda duduk di salah satu kursi panjang yang berada di pinggir lapangan itu. Arya pun ikut duduk juga di samping Mahyuda.

Tatapan Arya lurus kedapan sesekali cowok itu tersenyum sendiri, entah kenapa sebabnya. Mahyuda jadi semakin bingung sendiri melihat tingkah temannya itu. apa separah itukah kondisi Arya saat ini sampai-sampai mentalnya juga ikut terganggu?

"Lo kenapa sih? Dari tadi senyam-senyum nggak jelas gitu? gue merinding sumpah." Kata Mahyuda sambil bergidik ngeri.

Arya menolehkan kepalanya pada Mahyuda yang tengah menatapnya dengan tatapan heran, lagi, cowok itu terkekeh sendiri tanpa sebab. "Gue lagi berkamuflase Yud," Ucap Arya datar berikut menghentikan kekehannya.

Mahyuda mengernyitkan alisnya sebelah, makin bingung saja dengan ucapan temannya itu, sepertinya dugaan Mahyuda benar. Mental temannya ini benar-benar terganggu, "Apaan sih Ar, lo ngaur deh. Emang lo bunglong yang bisa kamuflase?" Tanya Mahyuda heran sambil meggelengkan kepalanya.

"Bukannya lo sendiri yang bilang kalo gue harus menerima semua kenyataan ini? Ya udah, Alhamdulillah gue sudah bisa terima, sekali pun itu membohongi perasaan gue sendiri yang sebenarnya sangat hancur." Ucap Arya tanpa memandang Mahyuda sama sekali.

Mahyuda tertegun mendengar ucapan temannya itu, dia sangat tahu tidak semudah itu bagi Arya untuk bisa menerima semuanya dengan lapang dada, Mahyuda tahu temannya itu sangat terluka, ia bahkan tak menyangka ucapannya di rumah sekit tempo hari akan berdampak pada temannya itu, yang seolah-olah sedang berkamuflase dari kesedihannya kembali menjadi sosok Arya yang seperti semula. Sosok yang periang.

"Tapi nggak gini juga Ar," Kata Mahyuda dengan tatapan iba menatap temannya itu.

Arya malah menggelengkan kepalanya, "Gue harus mencoba, kalo nggak gue coba gue nggak bakal tahu, bisa atau nggak melupakan Anjani. Lo jangan natap gue iba kayak gitu, anggep aja di kehidupan gue nggak pernah terjadi hal-hal yang buruk. Thanks atas nasihat lo di rumah sakit tempo hari, dari ucapan lo gue jadi mikir, kalo tak selamanya makhluk yang bernyawa itu akan kekal di dunia ini... awalnya terasa amat berat nerimanya Yud, tapi... gue juga mikir, kalo gue terus-terusan kek gini, gue yakin hal itu akan menghambat perjalan Anjani menuju tempat yang 'semestinya'." Ucap Arya panjang lebar sambil tersenyum di akhir kalimatnya.

Mahyuda hanya mengangguk setuju dengan ucapan temannya itu, "Segablek-gableknya teman gue, ternyata lo berdua ada gunanya juga di saat gue seperti ini." Ujar Arya sambil berdiri dari duduknya

"Kita itu bukan teman, Ar... kita kan saudara," Balas Mahyuda ikut berdiri sambil merangkul temannya itu.

"Yoi bro... sekali lagi thanks for your support,"

Trio Jones [SUDAH TERBIT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang