Part 8 - Last Message

419 51 39
                                    


Mahyuda melambaikan tangannya ketika melihat sang Papa duduk disalah satu kursi tunggu yang tersedia di bandara itu, buru-buru Mahyuda berjalan cepat menghampiri Papanya yang tampak gagah dengans setelan jas hitam dan kemeja putih tak lupa juga kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidungnya.

"Maaf telat, Pa." Kata Mahyuda saat sudah berdiri di depan Papanya sambil mencium tangan laki-laki paruh bayah itu, Papa membuka kaca mata hitammnya melihat anaknya itu sambil tersenyum, senyum yang jarang sekali di lihat oleh Mahyuda.

"Nggak apa, Papa ngerti kalo di Jakarta itu macet di jam segini." Kata Papa. "Duduk dulu sini." Lanjutnya memerintahkan Mahyuda untuk duduk di sampingnya, tanpa penolakan sama sekali Mahyuda langsung duduk di samping Papanya.

"Sekrang coba kamu jelaskan, kenapa kamu bolos kali ini?" Tanya Papa sambil menatap Mahyuda yang hanya bisa menundukan kepalanya, dari tadi Mahyuda sudah ketar-ketir memikirkan jawaban apa yang akan di berikannya jika Papa menanyakan hal ini. ia sama sekali belum menyiapkan jawaban apapun.

Mahyuda perlahan menoleh pada Papa yang menatapnya intens, jujur saja senakal apapun kelakukan Mahyuda, tetap saja bolos kali ini adalah bolos yang kedua kalinnya bagi Mahyuda, "Pa... itu... maaf." Ucap Mahyuda bingung sambil garuk-garuk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu.

Papa tanpak menahan tawanya melihat ekspresi Mahyuda yang begitu kelihat ketakutan, "Yuda, Papa juga pernah muda kok, bahkan Papa lebih sering bolos juga waktu masih sekolah. Nggak usah takut gitu, Papa nggak bakal marahin kamu. Asal jangan keseringan aja bolosnya, malu dong sama jabatan kamu sebagai ketua OSIS di sekolah." Kata Papa sambil menepuk-nepuk bahu Mahyuda.

Senyum tipis menghiasi wajah Mahyuda yang semula tegang, akhirnya ia bisa lega karena Papanya benar-benar tidak memarahinya, "Ja—di, Papa nggak marah 'kan?" Tanya Mahyuda memastikan.

"Tentunya saja Papa marah kalo kamu keseringan bolos, tapi untuk kali ini Papa maafkan." Kata Papa seraya beranjak berdiri, "Yasudah, sekarang kamu antarkan Papa pulang, terus kamu kembali lagi ke sekolah." Ujar Papa sambil memegang gagang koper yang di bawanya, Mahyuda pun ikut berdiri.

"Biar, Yuda aja Pa. Yang bawanya," Kata Mahyuda mengambil alih koper yang di bawa Papanya itu, Papa hanya tersenyum melihat tingkah anaknya itu.

Keduanya pun berjalan beriringan menuju mobil Mahyuda, setelah sampai di mobil Mahyuda yang terparkir, Mahyuda memasukkan koper Papanya ke bagasi, Papa langsung masuk mobil. Sementara Mahyuda mengecek ponselnya terlebih dahulu karena dring singkat berbunyi dari ponselnya menandakan ada notifikasi yang masuk.

Tiang Listrik :

Abis antar Bokap Lo pulang, langsung ke Rs. Harapan Jaya. Gue sama Arya ada disini, jangan lupa bawa makanan yang banyak.


Mahyuda menghembuskan napasnya kasar setelah membaca pesan tersebut, rasanya ia benar-benar ingin mencakar Fikri saat ini jug yang sudah mempengaruhinya untuk ikut membolos hari ini, tepat saat Mahyuda mengangkat kepalanya dari layar ponsel. Pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis dengan membawa koper merah melintas memasuki bandara, tentu saja Mahyuda mengenal gadis itu.

"Anjani." Panggil Mahyuda agak keras, gadis yang di panggil itu pun menolehkan kepalanya pada sumber suara, gadis itu tersenyum pada Mahyuda sebelum menghampirinya.

"Gue kira gue salah orang, ternyata beneran lo, An." Kata Mahyuda saat Anjani sudah berada di hadapannya, gadis itu tersenyum lagi. bukan senyum manis dan bukan juga senyum pahit, intinya senyum itu sulit untuk di artikan Mahyuda.

Trio Jones [SUDAH TERBIT✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang