Chapter 1

8.5K 341 10
                                    

Suatu hari, di Kerajaan Lunamia setelah sekian lama lahirlah seorang Putri yang sangat cantik, mata bulat hitam yang memancarkan cahaya, seolah dalam matanya itu mengeluarkan aura yang sangat dingin yang dapat menghipnotis semua orang melihatnya, rambut hitam legam yang lurus, bibir mungil merekah dan kulit putih seputih susu, bahkan sang ayahandanya sendiri takut untuk menyentuh bayi mungilnya itu, seolah-olah sentuhan dari sang Ayah membuat kulitnya rusak.

Raja Aizil dan Ratu Lamina sangat bahagia akhirnya di Kerajaan mereka setelah sekian lama hadir juga seorang penerus. Usia sang putri yang baru 7 hari dan itu bertepatan hari pernikahannya dengan seorang Pangeran dari Kerajaan tetangga yang sangat tampan dan juga lembut, mata merah yang menyala rambut perak yang terurai indah, wajah yang begitu sempurna bagaikan malaikat dan senyumnya yang memikat setiap orang yang melihat.

Disaat hari yang begitu bahagia tersebut, sebuah perang terjadi dan menghancurkan Kerajaan Lunamia beserta isinya. Raja Aizil yang memeluk erat sang Putri dengan simbahan darah diseluruh tubuhnya melindungi sang Putri.
Kelahiran sang Putri yang dianggap sebagai kutukan bagi para iblis dan seluruh jagat raya membuatnya tidak di harapkan oleh dunia bawah. Raja Aizil dengan tatapan sendu melihat sang Putri tercintanya yang tertidur pulas dalam dekapannya. Seluruh Kerajaan hancur dan seluruh rakyat yang berpihak pada Raja Aizil semuanya mati bahkan Permaisurinya juga turut kehilangan nyawanya.

Sekarang tinggal Raja Aizil, sang Putri dan juga 2 orang kepercayaannya.
"Tabib Shu" panggil sang Raja parau, "Hamba My Lord" jawab sang tabib yang tepat berdiri disebelahnya.

"Bukankah anakmu masih di dunia manusia? Apa aku bisa menitipkan Putri padanya sampai tiba waktunya?" tanya sang Raja pada Tabib Shu.
Dengan ragu Tabib Shu pun mengangguk, "Kalau begitu bisakah kau panggilkan dia di air terjun kematian?" tanya sang Raja lagi dengan suara paraunya.
"Baik My Lord".

Setelah itu Tabib Shu memanggil putranya sebagaimana perintah sang Raja. Setibanya Raja Aizil dan Tabib Shu di air terjun kematian, tapi Putra dari Tabib Shu belum juga terlihat.

"Ayah ada apa kau memanggilku? Sepertinya kau sangat merindukanku, apa masa hukumanku telah selesai?" Tanya seseorang dari balik air terjun.

"Lian kau kah itu?" tanya sang Raja pada seseorang di balik air terjun yang belum terlihat wujudnya.
"Hooo, Lord Aizil ternyata anda juga ada" jawabnya acuh.

"Lian kau harus sopan pada Rajamu" bentak Ayahnya.
"Haaa baiklah, saya mohon ampun My Lord!" suara malasnya membuat Ayahnya ingin sekali membunuhnya sekarang tapi ini bukan waktu yang tepat batin ayahnya.

"Paman! Kau bisa memanggilku Paman seperti sebelumnya Lian" jawab sang Raja parau.

"Haaa baiklah Paman dan Ayah, apa tujuan kalian memanggilku? Kalian tidak berniat menyudahi hukumanku bukan? Aku sibuk" tanya Lian langsung.

"Kamu benar Lian, kami tidak berniat mencabut hukumanmu sekarang, tapi kami punya tugas untukmu" jelas sang ayah pada Lian.

"Tugas apa lagi? Belum puas kalian menghukumku selama 373 tahun di dunia manusia? ini sangat merepotkan Ayah, kau tahu itu" balas Lian malas.

"Lian, Paman mau meminta tolong padamu" kini sang Raja sendiri yang bicara.

"Baiklah, karena Paman sendiri yang memintaku" jawab Lian masih dengan nada malasnya.

"Lian! Kerajaan kita diserang, seluruh Kerajaan hancur bahkan banyak dari rakyat kita yang mati. Sekarang ini yang tertinggal hanya Aku, Ayahmu dan Kakakmu" jelas sang Raja,

Lian hanya bisa tertegun mendengarkan kabar dari sang Raja tentang tempat asalnya itu.
"dan ada satu orang lagi yang selamat" lanjut Ayahnya.
"Dia Putri Kerajaan kita" sang Putri yang masih tertidur pulas dalam pelukan Ayahnya dengan begitu damai.

Alxia: The Wife of DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang