Chapter 5
Langit masih hitam, ketika kubuka pintu reyot yang berisik ini perlahan, berharap tidak membangunkan ibu dari tidurnya. Tapi bagaimana lagi, memang dasar pintu ini sudah tua, suaranya tetap saja terdengar berisik. Kupalingkan kepala ke arah kamar, berharap suara berisik ini tidak membangunkan ibu. Setelah beberapa saat tidak ada tanda-tanda ibu bangun dari tidurnya, akupun keluar dan menutup pintu perlahan.
Kuayunkan langkah ke arah tangga, dan berusaha berjalan sepelan mungkin. Tidak boleh ada yang tahu, apa yang akan kulakukan ini. Sesampainya di lantai dua, aku berhenti sejenak di depan pintu milik nenek Elis. Menajamkan telinga, berusaha mendengarkan pergerakan yang ada di dalam. Tetapi semuanya hening, sepertinya nenek Elis memang sedang berada di tempat pembuangan sampah. Dengan mantap kulangkahkan kaki menuju lantai satu, lalu keluar dari rusun.
Tempat pembuangan sampah itu ada di sebelah kiri rusun, setelah lapangan dan tanah kosong. Kupercepat langkah, begitu melewati tanah kosong yang gelap, karena lampu-lampu jalan di sana banyak yang mati. Perasaan seperti ada yang mengawasi, entah kenapa hinggap di kepala. Apalagi jarang sekali ada orang di tempat ini, paling hanya tukang sampah dan para pemulung. Itu pun saat matahari sudah menampakkan sinarnya, tidak saat langit masih gelap, dan angin masih berhembus dingin.
Lega rasanya, saat tumpukan sampah berbau busuk itu terlihat. Setengah berlari, aku memasuki pintu gerbang yang hanya tinggal sebelah. Sulit memang mencari sosok nenek Elis di antara tumpukan-tumpukan sampah yang menggunung, tapi untungnya pengelola tempat ini selalu membiarkan beberapa lampu menyala.
Kuedarkan pandangan kesetiap sudut, mencari sosok nenek tua yang sedang mengais-ngais sampah. Sebuah banyangan kecil yang membungkuk, menarik perhatian. Kuputuskan untuk memastikan apakah itu nenek Elis atau bukan. Tapi begitu kudekati, bayangan itu melompat sambil mengeluarkan suara geraman. Cepat-cepat kuberjongkok sambil melindungi kepala, bersiap menerima rasa sakit. Tapi mahluk itu terus menggeram, sambil mengeong-ngeong marah. Lega rasanya begitu kulihat, itu hanya seekor kucing belang-belang hitam.
“Sedang apa, Andien?”
Suara yang datang dari belakang itu, membuat jantungku berhenti sedetik. Bagaimana tidak, tak ada suara derap langkah yang terdengar, sebagai tanda ada orang yang berjalan mendekat. Seolah-olah suara itu muncul begitu saja. Kupaksakan diri untuk berbalik, dan berharap suara itu hanya sebuah imajinasi. Tapi tentu saja, kudapati nenek Elis tengah berdiri dengan senyum seringai khasnya.
“Ti-tidak sedang apa-apa, Nek” jawabku terbata. Mendengar jawabanku, seringai di bibir nenek Elis bertambah lebar.
“Aku tau, kau pasti akan datang mencariku …,” ucapnya, seraya berjalan beberapa langkah mendekat. Otomatis kaki ini bergerak mundur, sialnya hanya dua langkah yang kudapat sebelum menabrak tumpukan sampah tak terlihat di belakang.
“Kenapa? Tidak usah takut! Aku tidak akan menyakitimu” lanjutnya, lagi-lagi dengan seringaian yang membuatku meragukan kata-katanya.
“Aku, mau meminta pertolonganmu, tentang … tentang ayahku” ucapku ragu-ragu.
Mendengarnya nenek Elis tertawa. Tawa melengking yang tidak pernah kudengar sebelumnya.
“Aku juga tahu itu. Yang aku tidak tahu, apakah kau mau menangung resikonya?” tanyanya, dengan suara yang sekarang sedikit serak dan berat, tidak seperti suara nenek Elis yang biasa.
“Resiko apa?” tanyaku, berusaha terlihat lebih berani dari yang kurasakan. Tapi mendengar pertanyaanku nenek Elis lagi-lagi tertawa.
“Resiko yang akan kau tanggung, bahkan lebih lama dari seumur hidup” jawabnya dingin.
Mendengarnya, nyaliku langsung ciut. Kakiku terasa lemas, aku tahu ada yang salah! Bahkan sangat salah dengan nenek Elis. Tapi tidak pernah terpikir sedikitpun bahwa dia semacam iblis yang melakukan perjanjian dengan nyawa sebagai tumbalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELINCI
Misterio / SuspensoHati-hati dengan kelinci, mereka mungkin terlihat imut dan menggemaskan. Tapi mereka juga bisa menggigit! Andien harus menghadapi kerasnya hidup. Diusianya yang baru empat belas, dia harus menghadapi seorang ayah yang memukuli dia dan ibunya setiap...