"Selamat sore, Kapten! Nama saya Yoo Seonho dan saya siap membantu Anda!"
"Apa sebaiknya kita berangkat sekarang, Kapten?"
"Kapten, kenapa saya ditinggal?"
.
.
-.-.-
.
.
Detektif Ahn Hyungseob melirik arlojinya singkat dan mendengus pelan. Pemandangan di jalan terlihat sangat membosankan dan sekarang ia harus bertahan dengan kemonotonan ini selama beberapa waktu ke depan.
Atau selamanya.
Hal terakhir yang ia harapkan adalah mendapatkan partner baru yang sedikit tidak berisik.
"Sir?"
Untuk entah yang ke berapa kalinya sejak mereka masuk ke dalam mobil, pengemudi mobil itu berusaha memastikan suasana hati seniornya tidak terlalu buruk hingga memutuskan untuk turun di traffic light berikutnya.
"Tidak," Hyungseob menjawab singkat, "aku tidak apa-apa, caramu mengemudi tidak membuatku mual, dan kamu tidak perlu menyalakan radionya, Seonho."
"Apa senderan kursi Anda kurang naik?"
"Astaga."
Yang barusan adalah pertanyaan baru lagi. Sebenarnya Hyungseob paham bahwa misi hari ini adalah semacam cuddle-and-get-along, tetapi untuk ukuran sok akrab junior barunya ini agak berlebihan.
Sesekali ia melirik partner barunya melalui bayangan di jendela mobil. Officer Yoo Seonho, dua puluh enam tahun dan penuh semangat—hanya itu informasi yang ia terima sebelum mereka benar-benar bertemu hari ini. Hyungseob sempat menghubungi profiler mereka untuk memastikan bahwa rekrut baru ini bukan siswa SMA yang memalsukan sertifikat kelahiran, tetapi serius, siapa yang membawa tempat makan plastik berisi pisang dan susu setelah melalui quarter life crisis?
"Kapten—"
"Ini perlu diluruskan." Hyungseob memperbaiki posisi duduknya sambil mendengus. "Pertama, jabatanku bukan Captain. Ada orang lain yang seharusnya menjabat demikian. Kedua, siapa yang menyuruhmu memanggilku begitu?"
"...semua orang di kantor menyebut Anda Kapten, Sir."
"Astaga. Itu hanya sindiran! Tidak usah diikuti! Mereka hanya menyuruhku untuk cepat-cepat uji—ah, sudahlah!"
"Mungkin sebaiknya Kapten segera menjadi Kapten sungguhan?"
"Jangan. Panggil. Aku. Itu."
"Maaf, Kapten."
"Ya Tuhan."
Hyungseob sepertinya harus pasrah dengan panggilan itu. Tak lama Seonho memanggilnya lagi, seolah memberinya aba-aba untuk mempersiapkan telinga dan mendengar ocehannya.
"Sejujurnya saya grogi, Sir. Ini pertama kalinya saya menyetir jauh dari halaman rumah."
"Tidak masalah."
"Ibu bilang seharusnya saya pergi ujian SIM tahun depan. Tetapi saya memaksa. Saya ingatkan Beliau bahwa mobil polisi harus ada yang menyetir."
"Oke."
"Saya benar kan, Sir? Apakah saya cukup berguna sejauh ini, Sir?"
"Sebenarnya aku bisa mengemudi sendiri, tetapi lakukan saja sesukamu."
Mobil mereka memasuki kawasan restoran seperti yang ditunjukkan oleh peta. Seonho tidak terlalu bodoh untuk dapat mengikuti rambu-rambu yang tertera dan membawa mereka parkir di tempat yang benar. Tak lama berselang, sepasang oxford baru-nya sudah bersentuhan dengan karpet di lobi restoran yang empuk dan terawat.
YOU ARE READING
The Banquet Murder | PD101S2
FanficTiga orang terjatuh saat perjamuan. Salah satunya tewas. Detektif Ahn Hyungseob harus membuktikan bahwa kejadian itu bukan kecelakaan. PD101 and others. Slight Guanho and many. You know how I usually work, check out!