Chapter 6

1.2K 168 5
                                    

Arthit terjaga di kamarnya sambil menatap langit-langit dari tempat tidurnya, dia memikirkan kata-kata temannya tentang Kong.

"Kami datang berkenalan dengan kekasihmu, Arthit! Kau tidak mengenalkannya kepada kami...mengapa? Kau pikir kami akan menertawakanmu atau mengejek mu? Jangan berbohong pada kami, Arthit! Kau tidak pernah peduli dengan siapa pun sejak Anne..."

Lalu ia teringat ciumannya yang tidak disengaja dengan Kong pada waktu itu dan wajahnya memerah. Dia mulai mempertanyakan hatinya, mengapa dia sangat peduli dengan pria itu, mengapa ia mengikutinya dan mengundangnya ke dalam hidupnya. Dia memang memiliki perasaan terhadap Kong, tapi dia tidak yakin apa itu. Dia penasaran dengan kehadirannya. Ketidaksempurnaan Kong menjadikannya sempurna di mata Arthit, ia mengagumi pria itu dalam segala hal, dan merasa seperti sedang membaca sebuah buku, saat bersamanya, yang judulnya adalah Kongpop Suthiluck.

Arthit bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke meja belajar, mengeluarkan kertas sketsa dan pensil dari laci lalu mulai membuat sketsa wajah Kong. Ia mencobanya berkali-kali, sampai ia merasa puas dengan hasilnya. Dia menatapnya sejenak dan berjalan kembali ke ranjang tanpa mengalihkan pandangannya dari sketsa dan trus menatapnya sambil berbaring.

Tiba-tiba Annie mengetuk pintu dan masuk, Arthit terkejut dan dengan cepat meletakkan sketsa di bawah bantalnya.

"Papa, aku ingin tidur denganmu..." Annie memohon lalu naik k atas ranjang dan berbaring disisinya.

"Kau tidak bisa tidur malam ini, Sayang?" Arthit memeluk gadis kecil itu dan mencium keningnya.

"Kau juga, ayah?" Annie menjawab. "Apakah kau merindukan seseorang?"

Pertanyaan gadis itu memanah tepat di hatinya. "Mengapa ayah merindukan seseorang, Sayang? Di dalam hati papa hanya ada Annie..."

"Bagaimana dengan kakek, nenek...dan P'Kong?" tanya gadis itu.

"Tentu saja, kakek dan nenek juga..." dia terdiam sejenak saat memikirkan nama terakhir yang di sebut oleh anak gadisnya. "... dan P'Kong juga ..."

"Aku juga merindukan P'Kong, ayah!" Kata Annie "Bisakah kita mengundang P'Kong datang dan tinggal bersama kita? Aku ingin P'Kong menceritakan cerita sebelum tidur untukku setiap malam..."

"Tidak!" Arthit dengan cepat menolak.

"Kenapa ayah? Aku sangat suka mendengar cerita P'Kong dan cookienya..." ia terkikik.

"Kita tidak punya ruang ekstra untuknya, bukan?" Arthit mencoba beralasan dengan Annie.

"Dia bisa tidur di kamarku atau kamarmu, tapi tempat tidurku kecil... dan milikmu lebih besar, dia bisa berbagi denganmu..." kata gadis itu.

"Ayo tidur, saying!" Arthit mencoba mengubah topik pembicaraan.

"Jadi, bisakah kita mengundangnya kapan - kapan? Please...." lanjutnya, Arthit berpikir sejenak dan mengangguk.

"Terima kasih, ayah ..." Annie memeluknya erat-erat. "I love you."

"Love you too, Sweetie!" Arthit menciumnya lagi dan memenyelimutinya sebelum memejamkan matanya untuk tidur.

---------------------------------------------

"Pagi, Kong!" Arthit menyapanya di depan zebra cross dan menahan lengan pria itu dan membantunya menyeberang jalan dengan selamat.

"Bagaimana kabar Annie?"

"Dia mengirim salam padamu, dan dia merindukanmu."

"Ah, aku juga merindukannya." Kata Kong. "Apakah aku boleh berkunjung kapan-kapan?"

Indonesia - Love is Like Reading a Book (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang