29

1.2K 249 13
                                    

Woojin duduk disalah satu kursi yang berada didalam minimarket depan kampus.

Kakinya lemas, Woojin berusaha untuk tidak mempercayai apa yang dia lihat. Didepan nya terdapat kopi kaleng, tapi tidak Woojin minum. Kemasan nya saja belum dibuka.

Dia beli hanya agar bisa duduk dikursi minimarket ini.

Woojin menatap kopi kalengnya dengan pandangan kosong. Dadanya masih nyeri, sendi-sendinya terasa ngilu. Kenapa bisa sesakit ini?

Harusnya Woojin sudah menyiapkan kejadian terburuk, harusnya Woojin sudah memikirkan apa konsekuensinya dan harusnya Woojin tau posisi dia.

Tangan Woojin menjambak pelan  rambutnya, mencoba menghilangkan rasa sakit yang mendalam pada kepalanya. Secara terus menerus Woojin menghembuskan napasnya, berharap agar ritme napasnya kembali normal.

Bayangan Mark mencium kening Sohye terus melintasi pikiran Woojin. Pikiran nya kacau sekarang, dia memikirkan semuanya secara terus menerus, kejadian demi kejadian terus menghantam otaknya.

Woojin kenal Sohye sudah tiga tahun, dan belum pernah sekalipun Woojin mencium Sohye. Dia menghargai temannya itu, kalau sekedar rangkul mungkin sering, karena Woojin kalo narik Sohye suka merangkul leher perempuan itu.

Lagi-lagi Woojin menghela napasnya, Mark yang baru kenal tiga bulan sudah berani mencium Sohye?

Tangan Woojin terkepal dirambutnya, matanya memanas. Dia berusaha menunduk menyembunyikan wajahnya.

"Heh?! Lo ngapain jambak-jambak rambut sendiri?" seru seorang perempuan hingga membuat Woojin menghentikan kegiatan nya dan mendongak melihat siapa yang bicara sekencang itu.

Wajah panik Yeri muncul dihadapan Woojin dengan tangan kiri memegang roti sobek dan tangan kanan memegang susu kotak vanilla.

Woojin menegakan duduknya, ia melihat Yeri menarik kursi didepan nya dan langsung duduk disana.

"Ngapain lo."

Yeri mengangkat bahunya acuh, "Makan." jawabnya dengan membuka bungkus roti lalu memakan nya.

"Sana lo."

Masih asik mengunyah roti, Yeri tak peduli dengan ucapan Woojin.

"Ngapain sih lo."

"Dibilangin makan." balas Yeri sewot.

Woojin melotot, "Kok jadi lo yang ngegas sih."

"Ya lagian orang udah tau gue lagi makan, masih aja lo tanya."

"Ya sana makan nya gak usah disini."

"Emong lo pikir ini minimarket punya bapak lo?!"

"Ya lo pikir itu kursi yang lo dudukin punya kakek lo?"

"Gak lah, ini fasilitas pembeli. Gue kan abis beli jajanan disini, ya boleh dong pake fasilitasnya."

Gini nih malesnya debat sama orang yang jago ngomong. Pasti kalah.

"Ya bodo amat." balas Woojin cepat, dia menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan yang dibuat diatas meja.

Hening.

Suara yang terdengar hanya mba-mba kasir yang mengucapkan selamat siang dan selamat berbelanja.

Yeri sibuk dengan rotinya dan Woojin sibuk dengan pikiran nya.

Bola mata Yeri menangkap bahu Woojin yang naik turun seolah menghela napas dan menghembuskan nya secara terus menerus.

Tangan Yeri membuka resleting tasnya lalu mengeluarkan satu pak tisu bercover hello kitty pink.

"Gak ada yang salah sama nangis, gue sering liat Bapak gue nangis kangen sama Ibu gue." ujar Yeri dengan nada seperti biasa, dia menyimpan tisu di paha Woojin lalu berdiri meninggalkan Woojin disana sendirian.

Kepala Woojin terangkat. Matanya memanas begitu melihat tisu yang berada dipahanya.

Bunyi ponsel dari kantong celananya membuat Woojin mengambil benda itu, lalu membuka pesan masuk dari aplikasi chat nya.
















Yeri : gue gatau lo lg knp. Tp semangat jin.

Rumah! \\ Woojin X Sohye  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang