Evelyn membereskan file - file yang baru ia selesaikan beberapa menit yang lalu. Ia melirik sekilas arloji ditangannya sudah menunjukan yang sudah menunjukan pukul 7 malam.Ia melihat ruangan yang tidak jauh meja kerjanya. kemudian Ia menghembuskan nafas lelah melihat ruangan itu yang masih terlihat menyala, menandakan jika pemiliknya masih berada di dalam.
Evelyn tak menyangka jika pria itu bisa berubah menjadi workholic seperti sekarang karena dulu ia mengenal pria itu selalu hidup seimbang. Pria itu memang seorang pekerja keras namun tidak pernah bekerja secara berlebihan seperti sekarang. Evelyn hanya khawatir jika pria yang memiliki banyak perusahaan diberbagai negara itu jatuh sakit jika Leonard terus melupakan waktu istirahatnya.
Gadis yang memiliki senyum manis itu perlahan - lahan melangkahkan kakinya menuju pintu kokoh yang bertuliskan CEO, pelan namun pasti. Namun keraguan dihatinya membuat langkahnya terhenti tepat didepan ruang itu apakah ia harus mengetuknya atau tidak. Atau lebih baik ia langsung pulang saja. Ia bingung tapi ditengah kebingungannya ia mulai mengangkat tangannya perlahan lalu menurunkannya cepat.
Mengangkatnya perlahan lalu menurunkanya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengetuknya. untuk mengingatkan pria itu jika jam kerja sudah berakhir sekaligus untuk menasehati pria itu agar pulang kerumahnya. Ia tidak peduli jika pria akan menghina atau mengeluarkan kata - kata tajam untuknya.
Perlahan - lahan Evelyn mengangkat tangannya bersiap untuk mengetuk namun belum sempat ia melakukannya, namun tiba - tiba tanpa diduga pintu ruangan terbuka dan langsung Membuat Evelyn tersentak kaget.
Evelyn menahan nafas karena jarak Ia dan Leonard berdiri sangat dekat dengannya. Ia bahkan melupakan tangannya yan masih tertahan diudara.
"Ada apa?" Mata bermanik biru itu menatapnya tajam.
Ia berdehem sejenak untuk menetralkan degup jatungnya yang menggila. "Saya hanya ingin mengingatkan anda jika ini sudah waktunya pulang."
Leonard menatap Evelyn sebentar ia menganggukan kepalanya tegas,"sebentar," ia lalu melangkahkan kakinya kedalam ruangannya kembali.
Evelyn yang melihat Leonard menjauh langsung menghembuskan nafasnya lega.
Semoga Ia tak mendengar detak jantungku.
Setelah pria itu mengambil tas kerjanya, Evelyn yang sudah menenteng tas kerjanya mengekori pria itu dibelakang. Begitu mereka sampai lift hanya keheningan yang menyelimuti mereka sejak tadi mereka hanya hanya diam tak ada yang mau memulai pembicaraan, Sampai..
"Evelyn."
"Ya sir." Rautnya bingung
"Majulah." Titahnya tanpa memandang Evelyn. Pria itu hanya menatap pintu lift yang memantulkan diri Evelyn tatapan pria itu masih sama seperti tadi.
"Tapi-"
Belum sempat Evelyn meneruskan perkataannya, pria itu sudah berbalik dan membuat mata mereka bertemu.Evelyn bisa melihat jika pria yang menatapnya tajam dan penuh intimidasi itu sedang tidak ingin dibantah. Membuat Evelyn meneguk salivanya dengan sudab payah.
"Aku tidak mau mengulang ucapku, Evelyn." ujarnya tegas
Evelyn yang tak mampu berkata - kata hanya menggangukan kepalanya lalu melangkah untuk menyamakan posisinya disebelah pria itu.
"Dan mulai sekarang dan seterusnya jangan pernah berdiri dibelakangku saat kau bersamaku."tegasnya.
Evelyn menoleh lalu sedikit mendongakan kepalanya menatap pria yang berada disamping kirinya,"Tapi saya merasa tidak cukup pantas melakukan hal itu." Ia merasa kecil sekarang bukan karena tubuh gadis yang hanya sebatas pundak pria itu, Tapi mengingat jika mantan kekasihnya itu berbeda dari yang ia kenal dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD (End)
Romance15+ Saat kesalahan telah melukai yang dikasihi, akankah ada kesempatan kedua? Evelyn harus berjuang keras meraih hati pria yang pernah ia lukai dimasa lalu. Ia berkerja dengan menjadi sekertaris pria itu dengan tujuan untuk membawa pria itu kembali...