Angin melalui celah jendela balkon kamarku, meniup lembut rambut dan wajahku yang masih berantakan. Terpaan ini membuatku semakin hanyut dalam cerita yang kita bentuk dengan susah payah, tetapi tanpa akhir yang jelas.
----
"Seulgi, bangun"
Aku merasakan sebuah tangan besar dan lembut mengikis cairan di tepi bibirku, perlahan aku membuka mata, mencari siapa pemilik tangan itu.
"Appa...." panggilku dengan suara parau, aku masih belum sadar seutuhnya dari tidurku.
"Sayang, kamu tidak kuliah?" kini appa mengelus rambutku,
"Mmm, ini jam berapa? Kenapa appa membangungkan ku tengah malam begini? Aku akan berangkat jam 7, tolong bangunkan aku jam 6 appa.." ucapku meracau, pikiranku merasa ini masih tengah malam, sehingga tubuhku merespon, mata kembali tertutup dan badan berbalik membelakangin appa.
"Sayang... ini-..."
"Aigooo..! Seulgi-yaa!"
Aku refleks terbangun, omma! Oh my god, ada apa ini? Kenapa dia berteriak memanggilku?
"Omma! Kau membuat ku kaget!" aku menyentuh bagian jantungku, merasakan detakan jantung yang berpacu kuat.
Omma berkacak pinggang sambil menggerak-gerakkan spatula masak di depan aku dan appa. "Yeobo! Aku menunggumu di bawah selama 30menit, apa yang kau lakukan di kamar Seulgi? Kenapa kau sangat lama?"
"Aku membangunkannya seperti yang kau minta"
"Membangunkannya seperti apa? Aku tidak melihat Seulgi bangun sebelum aku berteriak!" omma memonyongkan bibirnya, menggerutu seperti anak kecil.
Appa tersenyum malu, "Yeobo, aku tidak tega membangunkan Seulgi, dia sangat mirip denganmu saat kita pacaran dulu"
"Jinjja? Menurutmu aku tidak mirip dengannya sekarang? Jadi dia mirip siapa? Tetangga?"
"Aniya, yeobo. Dia tetap mirip denganmu sekarang, hanya kau sudah tergurus waktu"
Tik-tik-tik..
Bibirku mengerucut ke bawah, sepersekian detik kami diam, sampai appa berlari ke luar kamar, omma akhirnya tersadar, dan aku tertawa menggelegar.
Appa! Aku merutukinya sambil tertawa, mengapa dia mengatakan hal itu di depan omma.
"Aigoo! YEOBO!" omma berteriak ke arah pintu yang sudah dilewati appa, "Ya, Seulgi-ya! Ini sudah jam 6.20, sana mandi sebelum kau terlambat!" dia memutar pandangannya kepada ku.
"Jinjja omma? 6.20? AIGOOOO!"
Aku ngacir ke kamar mandi, aku akan terlambat kelas jika tidak cepat-cepat mandi!
-----
"Sayang, makan dulu sini!" appa menarik kursi saat melihat aku menuruni tangga.
"Appa, aku terlambat!" ujarku berjalan menuju ke rak sepatu di dekat pintu.
"Ini masih 6.50, appa akan mengantarmu dan Sewu"
"Appa serius? Tumben sekali!"
--------
Tepat waktu! Yeah, semenit sebelum dosen memasuki kelas, aku sudah di dalam.
Fyuhhh... hampir saja
Aku Kang Seulgi, jurusan Hubungan Internasional, semester 5. Tidak terlambat hari ini. Hahaha
" Annyeong hasimnikka ",
"Annyeong hasimnikka, aboeji gangsa".
"Anak-anak, sekarang kita masuk ke materi Politik Pertahanan Korea Selatan" bapak dosen, Lee Hyundo menekan office remote ke arah layar proyektor.
YOU ARE READING
Could We?
Fanfiction(Guratan dari Seulgi) Ini tentang ku, hidupku, kisah cintaku yang aku pun tidak tau bagaimana kelanjutannya. Namun, kisah cintaku memberi aku sebuah mata lagi, bahwa cinta bisa berkhianat walaupun telah menyatakan setia. Dia, Bae Irene, nama aslinya...