Terkadang, cinta tidak serumit persahabatan. Namun, ketika terjadi sebaliknya persahabatan bisa begitu mematikan setelah konflik terjadi.
Akan tetapi, apakah kalian sadar? Saat cinta dan galau melandamu, kemana semua itu terpampang nyata? Siapakah yang menyadari saat kamu mengalami hal seperti "Jet Lag"? Sahabatmu!
Aku bersyukur punya dua sahabat karib seperti Joy & Wendy,
Tidak mengecewakan, nama mereka sesuai dengan karakternya. Joy = kegembiraan dan Wendy = sebenarnya tidak ada arti kecuali anda cari via internet. Wendy selalu berkata arti namanya itu "sahabat", tau peterpan? Wendy sahabat peterpan. Ya begitulah~Sebenarnya, Joy itu pemurung, sangat jarang tersenyum. Nama Joy disematkan padanya saat umur 12th, agar ia lebih merasakan kegembiraan.
Aku ingat, kala itu, saat aku membicarakan hubungan ku dengan Irene.
------------------
"Seulgi-yaa" sebuah tangan menekan pipiku, "Kenapa melamun?" tanyanya kemudian sambil meletakkan tas di atas meja
Aku menggeleng pelan "Ah, aku mungkin hanya lelah Joy"
"Bagaimana appa mu? Sudah sampai di negara tujuan?"
"Mungkin" jawabku singkat dan terkesan malas
"Hmm.." dia menggunakan kedua tangannya, menggeser kepala ku hingga kami saling berhadapan "Ada apa dear? Aku tau kau sedang galau"
Aku menghela nafas "Ah, you caught me. Tapi aku gabisa cerita"
Bagaimana aku bisa cerita? Ini perasaan terlarang, tentang cinta seorang Seulgi yang sepertinya jatuh cinta kepada seorang Bae Irene, asisten dosen, cantik, dan punya pacar.
"Wae?"
"Belum saatnya Joy. Aku malu untuk cerita" aku mengalihkan pandanganku
"Hmm.. Interesting" bahu ku bergidik kaget, sial. Suara Wendy mengalir tiba tiba di telinga kiri ku.
"Wendy-yaaaaaa!"
"Wae!?" matanya melotot, ekspresi yang ku suka dari wajahnya. Dia mungkin kaget saat aku berteriak. Seperti orang bodoh saja, kaget bergantian.
"Michyeosseo? Kau mengangetkan ku, sial!"
"Hehe, mianhe!" sengirnya, "Ya, sekarang kamu cerita lah masalahmu"
"He?"
"Wae? Kau tidak mau membagi keluh kesah mu kepada kami berdua?"
"Wendy... Tidak sekarang"
"Kita sudah kenal dari SMP mengapa kau harus ragu cerita? Dari jaman kamu SMP trus terbang ke apalah namanya negara itu, trus balik lagi, kemudian kita satu univ, satu jurusan. Ini yang kami berdua dapat atas kesetiaan kami berdua? Apa tampang ku tidak bisa dipercaya? Kalau Joy aku setuju!"
"Heh!" Joy melotot ke arah Wendy, isyarat tidak setuju akan perkataannya
"Hah! Sepertinya terdesak"
Ku hela nafasku kasar, "Sepertinya aku menyukai Irene"
"Ahhhh" mereka berdua kompak menanggapinya
"I'm so ready for be a gay for you, honey. Why you choose Irene?"
"Akhirnya jati dirimu terungkap juga, Seulgi. Aku mengerti kenapa kamu tidak pernah punya pacar selama ini" disambung Joy yang mengakhirinya dengan tertawa kecil
Aku tidak percaya pemandangan ini di depanku, mereka tidak kaget, biasa saja.
"Kenapa kalian tidak kaget?"
"Karena kita sudah terbiasa!"
"Ha?"
Joy melirik ke kanan dan ke kiri, "Belum banyak orang di kelas ini" kemudian dia berbisik pelan
"Mian kami berdua merahasiakan ini, Wendy saat SMA berpacaran dengan Kim Yerim. Kau tau kan? Wani......"
"HEH!"
BANG..
"AW!!!!! SAKIT!" Joy mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya,
Aku mendorong bahu Wendy yang tampaknya masih gemas ingin memukul Joy, "Pengkhianat!" aku mengeram memandang mereka
Apa-apaan dua wanita ini. Beraninya mereka merahasiakan kejadian itu!
"Kim Yerim itu sepupuku, mengapa hanya aku yang tidak tau. Mengapa kalian merahasiakannya?!" suara ku meninggi
"Seulgi. Tenanglah" ku rasakan Joy memeluk punggungku,
"Kalau aku tau kau tidak normal seperti sekarang, aku pasti memberitahu mu. Kamu orang yang terlihat sangat normal di depan kami dari dulu, Seulgi. Maaf kami terkesan menghianatimu"
"Ahhhh!" aku mengacak ngacak rambutku, "Tidak Irene. Tidak kalian. Membuatku terpojok sajaa!"
"Hey.." Joy menata kembali rambutku yang teracak acak, mencoba mengembalikannya walau tidak seutuhnya benar seperti semula.
"Sekarang, apa masalahmu dengan Irene? Kau menyukainya kan? Apa kau tidak mencoba pdkt dengannya?" tanya Joy bertubi-tubi kemudian
"Tidak, dia punya pacar" aku menundukkan kepala "Dunia ku terhenti saat tau dia punya pacar. Sial emang, setelah pertahanan ku runtuh ternyata dia sudah ada yang punya"
"Pertahanan apa?" Wendy mengeryitkan dahi
"Not to being Lesbian" aku tersenyum miris,
"Its okay honey" Joy menepuk pundakku, "Love is love"
"Tapi dia punya pacar, Joy. Love is hurt jadinya"
"Sini aku bisa membantumu meringankan sakit mu. Kau bisa mencoba denganku" aku melihat senyum kepercayaan diri Wendy menyeruak, tanganku menjadi sangat gatal untuk...
TAK!! ku jitak Wendy sekuat mungkin,
"Tidak, tidak.. Aku menyukai mu dalam jalur sahabat. Sampai kapanpun kau tetap sahabatku"
--------
Ya, sampai kapanpun. Tidak hanya Wendy. Tetapi, kalian berdua adalah sahabatku. Sahabat di saat senang dan susah. Terimakasih untuk selalu mengalurkan pelampung sampai saat ini, meskipun aku tidak bisa mencapainya ke atas sana.
"Terimakasih telah datang" aku berlari dan berakhir memeluk Wendy dan Joy saat melihat mereka ada di dapur, menyiapkan makanan bersama Eomma yang telah pulang
"Sama-sama, dear. Duduklah sekarang dan tunggulah makanan ini. Aku dan Wendy akan menginap di sini untuk menemanimu, sekaligus akan mendiskusikan sesuatu"
"Jangan menangis" punggungku di tepuk tepuk lembut oleh Wendy,
Tidak mengapa aku menangis. Ini karena...Aku merindukan mereka. Sangat merindukan.
~3 episod menuju selesai~
YOU ARE READING
Could We?
Fanfic(Guratan dari Seulgi) Ini tentang ku, hidupku, kisah cintaku yang aku pun tidak tau bagaimana kelanjutannya. Namun, kisah cintaku memberi aku sebuah mata lagi, bahwa cinta bisa berkhianat walaupun telah menyatakan setia. Dia, Bae Irene, nama aslinya...