Aku menarik nafas ku perlahan, entah sudah berapa jam ku lewatkan dengan tidur setelah my first kiss goes to my beautiful love.
Ku kedipkan mataku perlahan, tanganku meraba-raba ke sebelah. Seolah mencari sesosok orang di dalam kegelapan kamar ini.
Tidak ada.
Refleks aku bangun, ku nyalakan lampu kamarku.
"Ah" aku menggigit bibir bawahkuKu putar bola mata mencari hp untuk melihat waktu, ck~ jam 01.00 AM.
Aku mengucek-ucek mata sebelum mencari Irene di luar kamar. Dapur. Ruang tamu. Nihil~
Dia kemana? Haruskah aku mencoba menelfonnya? Ah, jangan-jangan dia ada urusan mendadak. Tapi sudah jam segini. Dia kemana?
Langkah kaki ku sudah tak terhitung berapa kali ke kanan kemudian ke kiri. Aku resah, Irene tidak ada di rumah ini. Aku khawatir! Aku ingin menelfonnya tapi ragu.
Sekelebat pikiran buruk menghinggapi pikiranku, hingga..
"Ting..tongg.."
Aku mendengar suara bel gerbang rumah, siapa yang bertamu jam segini? Pencuri kah? Aishh! Jinjja Seulgi-ya, mana ada pencuri menekan bel.
Ku putuskan mengintip dari balik jendela.
Seorang pria, sedang menyenderkan bahunya di gerbang, sesekali ia melihat ke arah rumah. Kemudian melihat ke sebelahnya.
Eh bukankah itu Irene?Aku buru-buru keluar
"Annyeonghaseo" pria itu memberi salam. Rupanya tampan, meskipun rambutnya sedikit berantakan, kera baju model turtle neck sedikit tertarik karena jemari Irene bertengger.
"Aigooo Un-"
"Tolong bantu aku"Tanpa dia suruh pun aku akan langsung membantu, bukan..bukan membantu.. Lebih tepatnya, mengambil milikku.
Ku tarik tangan Irene dari leher itu, ku letakkan di bahu kiri ku. Ku peluk pinggang Irene, sehingga posisi kepalanya telah berada di bahu kananku.Bau alkohol menyeruak
"Ini tempat tinggal Irene yang baru kan?" tanyanya terengah-engah, sambil merapikan baju dan rambutnya
"Iya" jawabku singkat
"Mianhe, jeurem Sehun imnida"
Sehun? Nyes.. Hatiku menyeri..
"Ah, Kang Seulgi. Seulgi" ... "Kenapa Irene semabuk ini?"
Dia tersenyum sumringah, "Kami hanya merayakan kembalinya hubungan kami"
Dunia ku mendadak terhenti. Lututku sangat lemas.
"Ah, baguslah. Aku bawa Irene dulu ke dalam. Pulanglah" aku melangkah meninggalkan Sehun, ku percepat langkah ku yang lambat karena membawa Irene
Tahan lah Seulgi. Tahan.
Aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi, balasan atas sebuah cinta yang kamu bangun, lalu kamu serahkan kepadanya. Air mata ku mengalir, hatiku sangat sakit. Sangat sakit. Aku bodoh mengikuti kata otak yang mengontrol mulut ini, aku muak dengan hati yang mempengaruhi tubuhku, aku menjadi benci saat aku menyatakan perasaanku padanya, aku benci dia mengajak ku pacaran. Aku benci hubungan ini.
Terlebih, aku benci diriku sendiri.Ku tutup pintu dengan kaki kanan ku.. Sudah sudahh sudahhh. Aku tidak kuat, kamar terlalu jauh.
Ku rebahkan badan wanita yang ku sayangi ini disofa.
Tangis ku pecah.
Hati ku semakin menganga, sakit.Semakin wajahku melihat wajah Irene, luka hati ini... Memar sangat memar.
"Seehuun~" sakit mendengar dia mengigau. Bukan namaku. Bukan namaku itu.
YOU ARE READING
Could We?
Fanfiction(Guratan dari Seulgi) Ini tentang ku, hidupku, kisah cintaku yang aku pun tidak tau bagaimana kelanjutannya. Namun, kisah cintaku memberi aku sebuah mata lagi, bahwa cinta bisa berkhianat walaupun telah menyatakan setia. Dia, Bae Irene, nama aslinya...