05

7.6K 387 23
                                    

18+ 😆😆😆 (beberapa paragraf terakhir)
________________

Suasana di ruang tamu yang awalnya terasa hangat kini terasa menjadi agak agak dingin sejak ke datangan seorang wanita parubaya yang tak lain adalah ibu dari Farah. Rayhan tampak berubah menjadi lebih dingin lagi ketika ia di tatap tajam oleh ibunya Farah, Rianti. Sementara Farah terlihat biasa saja, bahkan bahagia sejak kedatangan Rianti.

"Kenapa aku merasa jika kalian berdua kaku dan diam. Biasanya kalian kan selalu saja berbicara banyak hal. Kenapa kali ini tidak?" Tanya Farah yang sepertinya menyadari sikap keduanya.

"Permisi,"

Semua perhatian teralihkan sejenak kearah Nabila yang datang dengan membawa 3 cangkir teh hangat dan menyajikannya di sebuah meja di ruang tamu tersebut. Sikap Rianti semakin terlihat dingin ketika melihat Nabila yang sejak tadi hanya menunduk ketika menyediakan teh di atas meja. Tatapan tajam terus mengarah ke Nabila.

"Ayo, Ma diminum." Ujar Farah sambil memberikan secangkir teh untuk Rianti. Rianti menerimanya dan menyesap teh tersebut sejenak.

"Bagaimana keadaanmu, nak? Apa kamu masih sering merasakan sakit?" Tanya Rianti pada akhirnya setelah meletakkan teh tersebut di atas meja. Tangannya kini menyentuh wajah Farah yang mulai terlihat segar dan berisi.

"Sudah lebih baik, ma. Mas Rayhan menjagaku dengan sangat baik" jawabFarah sembari menatap Rayhan yang kini tengah meminum tehnya. Rayhan membalas tatapan Farah dan Rianti dengan sikap dingin yang selalu jadi andalannya.

"Bagus kalau gitu. Apa kamu masih belum mengingat kejadian beberapa bulan terakhir sebelum kecelakaan?" Tanya Rianti lagi.

"Aku belum bisa, ma. Tapi sudah mulai ada bayangannya sekilas. Tapi kepalaku sakit lagi" jawab Farah diikuti senyuman tipisnya.

Raut sedih sekaligus sedikit marah di tunjukkan wajah berkeriput milik Rianti. Ekor matanya melirik Rayhan yang sedang kini menarik sudut-sudut bibirnya membentuk senyuman tipis yang sulit dilihat oleh orang lain.

"Mama ada apa tumben kemari?," ucap Farah setelah meminum seteguk teh yang tadi belum disentuhnya.

"Mama khawatir dan juga merindukanmu. Mama selalu ingin bersamamu selama masa penyembuhan." Jawab Rianti.

"Aku juga sangat membutuhkan mama. Bagaimana kalau mama tinggal disini saja? Mama mau ya?" Rengek Farah. Tangannya menggenggam lembut tangan Rianti.

"Boleh jika seandainya suamimu mengizinkan" jawab Rianti.

"Tentu saja boleh, ma. Mama sudah aku anggap sebagai mama kandungku. Kenapa mama harus meminta izin dulu jika ingin tinggal disini? Lagi pula kedatangan mama akan membuat Farah semakin cepat mengingat semuanya," sahut Rayhan ketika Farah berbalik dan menatapnya penuh permohonan.

'Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan putriku demi pembantumu itu, Rayhan. Aku akan melakukan apapun agar kamu bisa meninggalkan pembantumu itu' batin Rianti dalam hati.
...

"Boleh ya, Papa. Boleh ya. Vira mohon. Vira pengen banget ikut acara sekolah." Rengekan Vira belum juga berhenti memohon kepada Rayhan agar mengizinkannya mengikuti salah satu acara sekolahnya. Vira ingin ikut dan berpartisipasi. Namun Rayhan menolaknya karena Vira diharuskan tinggal di tempat terbuka sebagai salah satu acara tersebut.

"Tidak boleh, Vira. Kamu kan gak pernah jauh dari papa. Dan papa gak akan ngizinin Vira ikut," jawab Rayhan dengan nada tak terbantahkan. Rayhan kembali melanjutkan makanannya yang sempat tertunda karena harus menjawab permintaan Vira.

"Kan papa boleh ikut nemenin Vira selama disana" ujar Vira dengan nada agak kesal.

"Tidak bisa, Vira. Papa kan sibuk"

Karma Istri RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang