02

10.9K 549 16
                                    

"Masakan tante Nabila enak banget" kata Vira sambil mengacungkan kedua jempolnya membuat Nabila terkekeh pelan.

Nabila gemas dan mengusap rambut rapi Vira. "Vira pinter banget mujinya" kata Nabila sambil tersenyum lebar kepada Vira.

Senyuman lebar itu-meski bukan ditujukan untuk Rayhan, mampu membuat jantung Rayhan semakin berdesir. Sangat jarang melihat wanita berjilbab itu tersenyum apalagi terkekeh. Rayhan tidak pernah bisa. Tapi Vira dengan mudah membuat Nabila tersenyum bahkan terkekeh.

"Tante, Vira udah kenyang" kata Vira sambil meraih gelas yang berisi air.

Nabila meletakkan piring makan Vira diatas meja. Ia tadi mengangkatnya saat menyuapi Vira.

"Mas..."

Suara Farah menarik perhatian semua orang. Nabila hanya memandang sejenak kearah Farah. Ia kembali memandang Vira sambil merapikan lagi pakaian Vira.

Farah bergelayut manja di lengan Rayhan.

"Mas... Temenin aku ke acara tunangannya Dea ya? Mas mau kan"

Rasa marah sekaligus cemburu mulai memenuhi hati Nabila. Ia berhenti merapikan pakaian Vira lalu berdiri. Ia bahkan tidak ingin memandang ke arah Farah dan Rayhan. Ia membelakangi Rayhan dan Farah karena jika ia memandang keduanya hanya akan membuat luka dihatinya semakin membesar dan akan semakin sulit untuk dipulihkan lagi.

"Vira berangkat ya, ma pa" kata Vira sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

Nabila menutup matanya dengan rapat membuat setetes air mata jatuh membasahi wajahnya. Nabila segera membuka matanya dan menghapus air matanya.

Nabila iri kepada Vira. Ia bisa bersama Rayhan, berdekatan dengan Rayhan, dan bisa mencium punggung tangan Rayhan ketika akan pergi. Namun dirinya? Kebersamaannya dengan Rayhan bisa dihitung jari, dan hanya berlangsung beberapa menit. Ia bahkan tidak pernah mencium punggung tangan suaminya sendiri, kecuali saat acara ijab Qabul.

"Tante ayo berangkat". Nabila terkesiap saat Vira menggenggam tangannya.

"Ayo sayang" kata Nabila lalu melangkah keluar meninggalkan Farah dan Rayhan.

"Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa, Farah. Aku sangat sibuk hari ini" kata Rayhan sambil berdiri.

"Tapi mas" kata Farah dengan nada kesal sambil ikut berdiri.

"Pergi sendiri atau tidak sama sekali" kata Rayhan dengan dingin lalu pergi meninggalkan Farah sendiri.

Farah menghentakkan kakinya dengan kesal. Kapan ia bisa keluar bersama suaminya? Batin Farah.

Farah menatap tajam kearah piring yang ada dihadapannya. Ia langsung mengangkat piring itu dan menjatuhkannya.

Suara piring terjatuh membuat seorang pembantu parubaya datang menghampiri Farah. Sementara Farah langsung pergi begitu saja.

Pembantu parubaya yang biasa di panggil bi Narti itu menatap punggung Farah lalu kearah piring yang jatuh.

"Kasihan nak Nabila. Ia harus melihat suaminya sendiri bersama mantan istrinya. Semoga Allah selalu memberikan kesabaran kepada nak Nabila" gumamnya pelan sebelum ia berjongkok memungut pecahan piring akibat ulah Farah.
....

Nabila melambaikan tangan sambil tersenyum lebar kearah Vira yang mulai memasuki sekolahnya. Hingga Vira menghilang pun, senyuma lebar tetap mengembang dibibirnya.

"Assalamu alaikum"

Nabila terkesiap dan menoleh kesampingnya. Seorang pria yang Nabila perkirakan usianya 24 tahun berdiri disamping Nabila dengan senyuman ramahnya. Nabila mundur beberapa langkah menjauh dari pria itu sambil menunduk.

Karma Istri RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang