Edisi revisi. Enjoy ya..
Bara pov
Sial banget di pagi hari ini ban mobilku kempes. Mana ban cadangannya juga rusak lagi. Untung Dad bersedia mengantarku ke kampus.
Sekarang aku sedang menunggu Dad di mobilnya, aku duduk di bangku depan seperti biasanya.
"Hei Son, bisa pindah ke bangku belakang?" Dad langsung memerintah begitu duduk di bangku kemudi.
"Mommymu mau ke kampus juga," sambung Dad sambil menunjuk sesosok wanita yang berjalan mendekat dengan ujung dagunya.
Jadi kedudukanku sekarang tersisihkan oleh perempuan itu, batinku sirik. Tapi tanpa membantah sedikitpun aku keluar dari mobil untuk pindah ke bangku belakang.
"Lho, buat apa Bara pindah? Aku di belakang aja gapapa kok," ucap perempuan itu. Paling basa-basi!
"Lilin, masuk!" perintah Dad tegas.
Terpaksa dia masuk ke mobil dengan senyum terpaksa.
"Makasih ya."
Ck.. Dipikirnya aku membuka pintu mobil khusus buatnya, apa?! Ini kan sekalian tadi kubuka karena aku mau keluar. Tapi gegara ucapan terima kasihnya, membuatku terpaksa menutupkan pintu mobil untuknya.
Aku masuk dengan wajah tertekuk. Dad langsung melirikku tajam.
"Kenapa tuh muka?"
"Nothing, Dad."
Sontak aku merubah mukaku menjadi datar. Dad tak suka aku bertindak childish, dia berkali-kali menegaskan itu. Dia ingin aku menjadi cowok tegar yang kuat dan tangguh seperti dirinya.
"Son, mulai hari ini Mom akan kembali kuliah di kampusmu. Kalau kau mau, Dad bisa mengantarmu ke kampus sekalian dengan Mommymu."
Ohya, dia memang sekampus denganku. Aku baru teringat itu. Rasanya canggung kali sekampus dengan ibu tiri kita.
"No, thanks Dad. Aku berangkat sendiri saja. Diantar Dad bikin aku risih. Para mahasiswi itu akan melihat Dad seperti orang kelaparan, lalu berlomba menarik perhatian Dad," kataku setengah menggoda Dad.
Dad tertawa geli.
"Itulah resiko punya Dad ganteng dan keren. Don't blame me because that case!"
"Parahnya mereka pada nanya-nanya tentang Dad ke aku dan titip salam. Dipikir mereka Dad itu kakakku. Dad bisa operasi wajah jadi lebih tua? Dad bikin pasaranku turun nih!"
Kali ini Dad tertawa ngakak mendengar candaanku. Sedang perempuan itu cuma tersenyum geli.
"Tapi Raya, memang kau lebih cocok jadi kakaknya Bara daripada jadi ayahnya. Berapa sih usiamu sebenarnya?" tanya perempuan itu penasaran.
Ck! Kau sudah tidur dengannya, tapi gak tahu umurnya berapa..
Kok aku jadi nyinyir padanya ya..
"Umurku tigapuluh tujuh tahun. Umur delapanbelas tahun aku tak sengaja menghamili pacarku sehingga terpaksa menikahinya. Hasilnya ya bocah sableng di belakangmu itu," kata Dad sambil tersenyum dikulum.
Oh, yeah. Sejarah penciptaanku memang bukan sesuatu yang membanggakan. I know it!
Perempuan itu melirikku dan berusaha mengalihkan pembicaraan karena suasana canggung yang terjadi.
"Raya, kalau begitu aku juga menolak kau antar setiap hari. Aku bakal risih juga ntar jika ditanyain tentang dirimu dan dititipin salam," cetus perempuan itu.
Dad tersenyum, lalu mengangkat tangan perempuan itu dan mengecupnya.
"Mereka tak akan begitu, Sayang. Karena mereka akan tahu, kau adalah wanitaku!"
"Ah, itu lebih parah lagi," timpal perempuan itu sambil tersenyum, "mereka nanti akan memusuhi dan membullyku."
Dad tersenyum seraya melirik mesra istri barunya.
"Baiklah, aku akan membelikan mobil baru untukmu. Pakailah kemanapun kau pergi."
Nah kan, ujung-ujungnya ke sana. Dasar cewek matre! Dia pengin memanfaatkan kekayaan Dad, pikirku masam.
"Raya, kau tak perlu melakukan itu. Aku terbiasa kemana-mana pakai kendaraan umum kok. Lagipula aku tak bisa menyetir."
"Belajar nyetir dong, Sayang. Aku tak mengijnkan nyonyaku naik angkutan umum. Kau itu nyonya konglomerat lho."
"T-tapi aku... Atau beliin motor aja. Aku bisa naik motor kok."
"Enggak motor. Terlalu berbahaya. Dan aku tak mau kulit istriku gosong gara-gara naik motor. Kau harus selalu tampil sempurna supaya aku selalu berminat menggaulimu."
"Raya, ada anak di belakang kita, kau tak malu bicara seperti itu?" gerutu perempuan itu dengan pipi merona.
Ck. Pura-pura lugu!
Dad tertawa geli melihat tingkah pemalu istrinya.
"Bara sudah biasa dengan kelakuanku. Sudah tak perlu berdebat. Aku akan membelikanmu mobil dan kau belajar menyetir. Bara!"
Tiba-tiba Dad memanggilku.
"Iya, Dad?"
"Kau ajari Mommy-mu menyetir. Dan selama dia belum bisa menyetir dengan baik, kalian pergi ke kampus dan pulang bareng. Mengerti?!"
Perintah Dad itu amanat bagiku. Dia tak pernah mau dibantah. Terpaksa aku mengiyakannya.
"Iya Dad."
KAMU SEDANG MEMBACA
22. Dark Secret ( THE END)
Historia CortaSUDAH TERBIT VERSI EBOOKNYA. Dapatkan versi lengkap dan chapter tambahan hanya di Google play store dan Google play book. #60 @7/10/18 #68 @7/10/18 #70 @28/09/18 #119 @26/09/18 #142 @3/08/18 # 208 @ 25/06/18 # 261 @ 25/06/18 # 268 @ 25/06/18 # 347 @...