FES• CHAPTER 3

35 3 3
                                    

Karna keteledoran yang dibuat dirinya sendiri, Fripa merasa beruntung karena bisa melewati 2 jam pelajaran matematika yang diajar oleh Bu Siti. Entah merasa beruntung karena tidak harus berkutat dengan angka-angka yang bikin Fripa want to jedot-jedot in Fripa head to tembok atau karena beruntung ga harus bertemu Bu Siti, bukan karena Bu Siti galak kaya Bu Kepsek, tapi guru itu hobi banget ngarah Fripa buat jawab soal-soal di papan tulis. Maka dari itu, Fripa sebel banget kalo ada pelajaran matematika. Pokoknya, bagi Fripa, Matematika itu kaya hubungan sepasang kekasih, keliatannya doang simple padahal complicatednya minta ampun.

Berbanding terbalik dengan Fripa yang merasa beruntung. Sydney malah sedih, karena harus melewati pelajaran nomer 1 yang dia sukai. Kalo kata Sydney sih, matematika itu lebih sederhana daripada Fripa, karena sudah jelas tujuannya ya, nyari x. Ga kaya Fripa, ngalor ngidul gajelas tujuannya apaan.

😀😀😀

"Hai temen-temen! Hai Pak Ius! Sebelumnya buat Pak Ius, maaf ya hari ini Fripa telat masuk,lagi hehe. Tapi hari ini Fripa sama Sydney membawa kejutan yang ulala dan karena disuruh Bu Monster Kep-- eh maksud Fripa Bu Kepsek aja gapake monster buat ngenalin murid ganteng baru dikelas kita, horee"

Pembukaan singkat dari Fripa itu mengundang tawa dari seluruh siswa. Memang ya, apa saja yang keluar dari mulut Fripa memang selalu mengundang tawa.

"Iya tidak apa-apa. Sekarang silahkan kalian berdua duduk dan untuk anak baru silangkan memperkenalkan diri" ucap Pak Ius yang terkenal dengan keramahannya.

Sydney sudah berjalan duluan menuju mejanya, tetapi tidak dengan Fripa, dia masih setia berdiri didepan, disamping Elang.

"Ehem. Jadi perkenalkan ya temen-temen semua. Nama cowok disebelah aku ini--

"Fripa, bapak bilang tadi biar anak baru itu saja yang memperkenalkan diri, bukan kamu. Kamu kan tadi bapak suruh duduk. Ayo, duduk dulu sana!" ucap Pak Ius memotong perkenalan oleh Fripa tadi. Fripa menurut, dia berjalan gontai kearah tempat duduknya.

Lagi-lagi, seluruh penghuni X IPS 3 dibuat tertawa oleh kelakuan konyol Fripa.

"Ya, sekarang kamu anak baru. Silahkan memperkenalkan diri" lanjut Pak Ius setelah Fripa duduk ditempatnya.

"Hai! Nama gue Elang" baru mengucapkan  15 huruf 4 kata saja sudah membuat siswi di kelas itu klepek klepek.

"Nama panjangnya Elang siapa?" tanya siswi yang dikuncir satu bernama Amanda.

Baru Elang mau buka mulut, Fripa sudah duluan menjawab "Nama panjangnya ya, Elang sayang Fripa dong hehehe" jawaban Fripa tersebut mengundang sorakan dari seisi kelas. Sementara yang disoraki hanya senyum-senyum-cengengesan minta ditendang.

"Nama panjang gue Elang Nader Dameon. Kalian semua bisa panggil gue End."

Kelas mulai tidak kondusif lagi saat Elang mengeluarkan suaranya. Sehingga Pak Ius memutuskan untuk menyudahi sesi perkenalan ini.

"Sudah-sudah. Elang atau End bisa duduk dibangku kosong ya, dan sekarang bapak akan buat kelompok berdua-berdua untuk mengerjakan tugas yang akan bapak berikan ya. Jumlah siswa dikelas ini ada berapa ya?" tanya Pak Ius selaku guru geografi kepada siswa kelas X IPS 3.

"Ada 28 pak, ditambah End" Nikolas, sang ketua kelas, menjawab.

"Pas kan kalau begitu, sekarang kalian berhitung dari 1-14! Siswa yang sudah mendapat pasangannya silahkan langsung duduk berkelompok" perintah Pak Ius

Semua siswa mulai berhitung sesuai dengan perintah dari Pak Ius, Fripa dan Sydney yang duduk bersebelahan sudah pasti tidak akan satu kelompok.

"Syd! gue dapet nomer 9 nih, tadi lo liat ga yang dapet nomer 9 juga?" Sydney menoleh, baru hendak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Fripa malah sudah berteriak heboh didalam kelas seperti ini:

"WOY YANG DAPET NOMER 9 TADI SIAPA YUHUUUUU"

"Gue. Gue dapet nomer 9 tadi" Suara bariton itu. Bariton serek-serek manja minta dibelai. Fripa hapal betul suara siapa itu meskipun baru 3 jam yang lalu sejak pertama kali Fripa mendengar suara itu.

Seakan-akan baru menang lotre, Fripa girang bukan main, saat tau teman satu kelompok nya itu Elang.

"Yihaaaa! Lavyu anet dah Pak Ius! Jodoh emang ga pernah ketuker ternyata" kata Fripa girang, sambil menekuk jari telunjuk dan ibu jari dikedua tangannya, kemudian ia satukan jari-jari tersebut sehingga membentuk lambang love, lalu ia memaju-mundurkan tangan nya kearah Pak ius  untuk menunjukan kegembiraannya saat itu.

Lagi-lagi, Sydney yang melihat kejadian itu pun hanya mampu tersenyum.

😀😀😀

Bel pulang sekolah adalah suatu hal yang paling dinanti-nanti oleh mahkluk jahanam yang sekolah cuma biar dapet ijazah. Sama halnya dengan Fripa dan Sydney.

Saat melihat Elang berjalan ke parkiran menuju mobilnya, Fripa buru-buru menghampiri cowok itu dan, meninggalkan Sydney dibelakangnya.

"Elang! Tunggu!" teriak Fripa yang membuat Elang menoleh. Tidak hanya End, melainkan siswa yang juga sedang menuju ke parkiran.

"Hehehe. Maaf temen-temen, kelepasan hihi. Lanjutin aja jalannya" ucap Fripa cengengesan setelah tau dirinya menjadi pusat perhatian.

"Kenapa Fri?"
"Eh? Gini Lang, tadi kan tuh tugas geografi kita kan belum selesai tuh, enaknya mau dilanjutin kapan dan dimana nih?" tanya Fripa. Entah memang bertanya, entah modus doang. Kalo kata pepatah sih, sambil menyelam minum air. Hehe.

"Gue sih gimana lo nya aja, mau sekarang juga sih ayo aja. Btw, gue lebih suka kalo temen gue manggil gue End daripada Elang" jawab End sambil tersenyum.

"Jadi selama ini kamu cuma nganggep aku temen, End? Temen? Tega kamu mas!" seperti biasa, Fripa mulai bertingkah lebay.

Senyum yang tadi End perlihatkan perlahan memudar "Ya faktanya kita cuma temenan kan? Memangnya mau apalagi selain temen? Pacar? Selingkuhan? Gebetan? Lagian kita ini baru kenal beberapa jam, Fri! Gausah berlagak deket sama gue. Lo gabisa apa kaya Sydney? Kalem aja tanpa harus nempelin gue mulu? Risih gue."

Fripa yang mendengar kalimat panjang yang keluar dari mulut End awalnya hanya mematung kaget disusul dengan cairan bening yang memaksa keluar dari pelupuk matanya sedikit demi sedikit.

"Pa..pa..padahal gu...gu....gue cuma bercanda End." Setelah mengatakan itu dengan sesenggukan, Fripa berlari kearah gerbang dengan air mata yang mengalir.

Sydney yang melihat sahabatnya menangis setelah berbicara dengan End, Sydney merasa geram, berani-berani nya anak baru yang ganteng itu membuat sahabat kesayangannya menangis. Buru-buru dia menghampiri End yang sedang melihat kepergian Fripa dengan bingung.

"End! Lo apain temen gue sampe dia nangis kaya gitu, hah? Jawab!" cecar Sydney saat bertemu End.

"Ga gue apa-apain Syd, serius. Gue cuma bilang kalo gue risih dia tempelin terus" jawab End, jujur.

"Ck. Bego banget sih-- 

Belum sempat Sydney melanjutkan kalimatnya, terdengar suara tabrakan dari arah gerbang sekolah dilanjutkan dengan beberapa siswa dan siswi yang berteriak "Fripa!"

FRI.END.SYDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang