Agnes High School, 16.00
Koridor yang masih dilalui oleh banyak murid itu mendadak hening. Suasananya mencekam begitu seorang siswa dengan kemeja yang kusut dan penuh noda melangkah tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dinginnya ke arah sekitar. Lebam dan luka menghiasi wajahnya, membuat siapapun yang melihat sadar bahwa pemuda itu terlibat perkelahian dengan senior—lagi.
Begitu sosok pemuda itu berbelok di ujung koridor, seorang lelaki dengan tanda pengenal 'Nakamoto Yuta' menghela napas dramatis. "Ya ampun, lagi-lagi Jaehyun. Doyoung-ah, menurutmu kali ini dengan siapa dia bermasalah?"
Siswa yang dipanggil Doyoung itu melirik sekilas, kemudian mengangkat bahunya acuh. "Mana aku tahu. Ngomong-ngomong, Yuta. Aku lupa membuat laporan pengunjung ketika berjaga tadi. Pulanglah duluan, lagipula kau ada kencan 'kan?"
Yuta mengangguk maklum. Ia tahu bahwa Doyoung adalah anggota medis di sekolah, dan kebetulan ditugaskan menjaga ruang kesehatan siang tadi. "Ah, baiklah kalau begitu. Benar tidak apa-apa aku duluan?"
Doyoung mengangguk seraya tersenyum. "Pergilah, Taeyong pasti sudah menunggumu."
"Oke, kalau begitu sampai jumpa, Doyoung-ah!"
Doyoung melambai semangat. "Eung, sampai jumpa!"
Doyoung terus memerhatikan hingga Yuta keluar dari pintu gedung sekolah, terlihat menyapa seseorang berambut merah yang menunggunya di sana. Tersenyum simpul, kemudian Doyoung menghela napas. Ia membalikkan badan, melangkah ke arah ruang kesehatan di bagian belakang gedung sambil menggerutu.
Orang itu pasti sudah menunggunya.
.
.
.
"Sekarang kenapa lagi?"
Mengangkat wajah, Jaehyun tersenyum, menatap Doyoung yang baru saja memasuki ruang kesehatan dengan kotak P3K di tangannya. Namun seketika meringis merasakan perih di sudut bibirnya. "Si Youngho. Dia cari gara-gara."
"Youngho Sunbaenim, Jaehyun-ah," koreksi Doyoung. Ia mengecek luka Jaehyun yang dapat terlihat oleh retinanya, kemudian meringis. "Dia bawa komplotan? Lukamu terlalu banyak untuk seseorang yang menghadapi Youngho Sunbae sendirian."
Jaehyun mendecih. "Kau masih sudi memanggil si brengsek itu dengan sebutan 'sunbae'? Dia cuma pengecut yang hanya berani menyerang dari belakang bersama kawanannya."
Doyoung tidak membalas. Ia meletakkan kotak P3K di atas nakas, kemudian menghampiri Jaehyun yang tengah duduk di tepi kasur. Tangannya menyibak poni pemuda Jung itu, sebelum menyentil dahinya keras.
"Akh, kenapa sih?!" Protes Jaehyun, menjauhkan tangan Doyoung dari wajahnya dan menatap Doyoung kesal.
"Kau sendiri yang tidak bisa diam. Selalu mencari gara-gara dengan senior yang kau sendiri tahu reputasinya seperti apa." Doyoung menghela napas, beralih ke kotak P3K di atas nakas dan mengambil kapas serta obat merah dari sana. "Jangan cari masalah dengan mereka, Jaehyun-ah. Kau tidak tahu apa yang akan mereka lakukan."
Kali ini Jaehyun yang terdiam, malas untuk menjawab. Ia mendongak, menatap wajah Doyoung yang tengah serius menyapu lukanya dengan kapas. Begitu lembut, Jaehyun sama sekali tidak merasakan perih dari sentuhan Doyoung pada luka-lukanya. Justru sangat nyaman dan tenang, ia begitu menikmati bagaimana bias senja dari luar jendela menerobos masuk dan menerpa wajah Kim Doyoung, membuat wajah yang terpahat dengan sempurna itu berkilau cantik. Semilir angin dari jendela yang terbuka pun membuat suasana semakin nyaman.
Ah, andai waktu bisa dihentikan.
"Kau mengerikan senyum-senyum seperti itu," komentar Doyoung datar, masih terfokus pada luka di wajah Jaehyun.
Mendengar itu, Jaehyun malah memperlebar senyumnya, walau berbuah rasa perih di sudut bibir. "Kau cantik."
Doyoung seketika tertegun. Warna merah perlahan merambat di wajahnya, sebelum ia tersadar dan segera menekan kapas di sudut bibir Jaehyun kuat-kuat, membuahkan erangan sakit dari pemuda Jung di hadapannya. "Rasakan, dasar aneh."
Jaehyun hanya tertawa. Tangannya meraih milik Doyoung yang masih terpaku di wajahnya, lantas menggenggamnya erat. "Dasar galak."
Kini Jaehyun beralih memeluk pemuda di hadapannya erat, membenamkan wajah di perut rata itu. Hidungnya menghirup rakus aroma vanilla yang menguar dari tubuh Doyoung, aroma yang sangat ia sukai.
"Hei, mana bisa aku mengobatimu kalau posisinya seperti ini." Doyoung memang berkata begitu, tapi kedua tangannya justru mengusap kepala Jaehyun lembut dan bibirnya membentuk senyum tipis.
Jujur saja, Jaehyun dalam mode manja seperti ini adalah favorit Doyoung. Terlihat ringkih, inosen, dan hangat. Kalau kondisinya seperti ini, tidak akan ada yang menyangka bahwa lelaki bermarga Jung itu adalah berandal yang memiliki hobi 'memainkan kepala orang'.
"Besok kita kencan," ungkap Jaehyun, sedikit teredam karena wajahnya masih menempel dengan perut Doyoung.
Doyoung mendecih. "Itu ajakan atau perintah?"
"Memangnya kapan aku pernah mengajakmu?"
Kepala si pemuda Jung digeplak dengan gemas. "Pokoknya kemanapun kita pergi, sisipkan waktu untuk mengunjungi kedai es krim yang baru dibuka di belakang sekolah."
"Dasar gembul."
"Katakan itu pada dirimu sendiri, Jung."
Kekehan pelan terdengar. "Iya, iya, sayang. Kita kesana."
Dan kemudian ruang kesehatan sore itu hanya diisi oleh perbincangan ringan antara mereka, sepasang Jung dan Kim yang telah menjalani hubungan selama tiga tahun.
Ah, apa aku belum bilang bahwa mereka adalah sepasang kekasih?
.
.
END
Halo ^^
Oke, oneshot series ini dibuka dengan fluff yang entah ini bisa disebut fluff atau bukan. Dibuat sebagai selebrasi FF sebelah yang sudah mencapai 1k+ reads (meskipun sebenarnya ini remake dari ff lain dengan couple yang berbeda wkwk), makasih banyak lho :')
Karena saya sendiri suka bingung mau genre apalagi yang dibuat, boleh request tema atau genre untuk oneshot selanjutnya ya ^^ kalo ga ada yang rikues ya saya bikin sesuai dengan yang muncul di kepala aja (?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flaw of the Perfect || jaedo
Fanfiction"Nothing's perfect, our relationship is not perfect. But those flaws, is what makes it so damn beautiful." collection of Jaedo oneshot fic with various genre ✨