"Jadi, kita harus melakukan apa untuk perayaan tahun baru?"
Selimut putih diturunkan hingga sebatas pinggang. Otot-otot kaku direnggangkan. Mengernyit karena terganggu oleh terpaan sinar matahari, Kim Doyoung akhirnya memaksakan kelopak matanya yang berat untuk membuka.
"Yo."
Lantas, mendapati Jaehyun dalam keadaan setengah telanjang. Berbaring menyamping menghadapnya, dengan kepala ditopang oleh tangan kanan. Rambut pria itu mencuat berantakan menantang gravitasi. Pun wajahnya masih sarat akan kantuk. Tapi semua juga tahu bahwa penampilan Jung Jaehyun saat itu, layak disebut sebagai dewa.
Dewa seks, tentu saja.
"Sekarang tanggal berapa?" Doyoung menguap, menyurukkan wajahnya ke dalam bantal setelah puas memanjakan mata dengan tampilan pengundang syahwat dari sang suami. "Bukannya malam tahun baru masih lama?"
"Kalau hyung pikir empat belas jam itu waktu yang lama, maka ya, tahun baru masih lama."
Suara bariton serak mengepung indra pendengar Doyoung, dan lelaki bermata serupa milik kelinci itu baru dapat memproses isi perkataan Jaehyun beberapa detik setelahnya.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya was-was. Seketika kepalanya terangkat dari bantal, mencari-cari letak jam atau ponsel yang ia taruh di atas nakas. "Belum jam dua belas 'kan?"
"Dua belas siang, lebih lima menit," jawab Jaehyun singkat. Kekehan pelan mengudara setelahnya. "Kita melewatkan sarapan, hyung."
Satu detik.
Dua detik.
Tiga de-- "JUNG JAEHYUN KAU BAJINGAN, AKU MELEWATKAN FLASH SALE HARI INI!"
Selimut dicampakkan, gema teriakan Doyoung mengisi unit apartemen yang mulanya sunyi itu, dan suara hentakan langkah kasar menyusul setelahnya.
Obsidian gelap Jaehyun menuturi langkah Doyoung yang penuh emosi ke kamar mandi, dan setelah pintu bedbahan kayu mahoni itu ditutup dengan satu bantingan keras, Jaehyun hanya mampu menggerutu dalam hati.
'Dia kalang kabut karena melewatkan flash sale, tapi sama sekali tidak memedulikan perutku yang sudah bergemuruh kelaparan ini?'
.
.
.
"Hyung ... serius?"
Doyoung melirik Jaehyun melalui sudut mata, beralih atensi sejenak dari sebungkus ramen yang ia pegang.
Gumaman mengiyakan terdengar. Mata Jaehyun memandang dramatis jemari lentik Doyoung yang meletakkan ramen itu ke dalam troli, bersatu dengan seikat sawi dan satu pak telur yang sudah lebih dulu bersemayam di sana.
"Kita ... serius akan merayakan malam tahun baru ... dengan ramyeon?"
"Ramyeon seafood, Jae," koreksi Doyoung. "Kutambahkan sayur mayur juga supaya makanan kita lebih bernutrisi."
Jaehyun menepuk keningnya frustrasi. Duh, bukan itu maksudnya.
"Ini perayaan satu tahun sekali, hyung. Menyambut tahun baru." Jaehyun memberi penekanan menggunakan telunjuknya yang teracung, membentuk angka satu. "Yang benar saja kita hanya makan ramyeon?!"
Dahi Doyoung mengernyit bingung. "Memangnya kau mau apa? Yang praktis saja, Jae. Lebih baik kita perbanyak waktu untuk quality time!"
Jaehyun terdiam beberapa saat dengan wajah datar. Kemudian ia mengembuskan napas panjang, mengantukkan kepala pada pegangan troli. "Kupikir, saat hyung menolak ajakanku untuk reservasi hotel di Maldives, itu adalah karena hyung sudah menyiapkan acara dan hidangan spesial di rumah. Tapi ternyata ... hanya ramyeon??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flaw of the Perfect || jaedo
Fanfiction"Nothing's perfect, our relationship is not perfect. But those flaws, is what makes it so damn beautiful." collection of Jaedo oneshot fic with various genre ✨