warning : lowercase intended
...
"kim doyoung itu murid terculun seantero sekolah."
itulah yang lee taeyong ucapkan pada suatu hari, di tengah kantin yang ramai pada jam istirahat sekolah. ditemani omelet sebagai makan siangnya, juga jung jaehyun yang nampak fokus menyantap seporsi penuh nasi kare di hadapannya.
"lalu?" tanya jaehyun dengan mulut penuh makanan. nampak tidak peduli dengan pernyataan lee taeyong.
"dia kelihatannya tidak tertarik untuk berpacaran."
kali ini, jaehyun menggulirkan mata pada sosok yang menjadi topik pembicaraannya dengan taeyong. pemuda bertubuh kurus, berambut hitam pendek dan berkacamata tebal yang duduk di kursi pojok kantin. gerakannya stagnan; hanya melahap, mengunyah, dan kembali melahap. nampak tidak acuh dengan dua lelaki di sampingnya yang saling bercakap dengan wajah berbinar--yang entah membicarakan apa.
meneliti penampilan si pemuda kim melalui ekor mata, lantas jaehyun kembali memusatkan fokus pada nasi karenya yang sempat terabaikan. "spesies seperti dia itu sudah jelas mencintai buku lebih dari apapun. justru aneh kalau dia memiliki pacar."
tanpa terlihat oleh jaehyun, taeyong menyunggingkan senyum miring. ia mencondongkan tubuh, mendekatkan wajah pada jaehyun sebelum berkata dengan suara pelan, "karena itu, aku ingin membuat sebuah taruhan denganmu."
sesaat, jaehyun terpaku. ia meletakkan sendoknya di atas piring, lalu balas menatap taeyong disertai dengan kernyitan di dahi. "taruhan? untuk membuatnya jatuh cinta padaku dan memacarinya, begitu?"
lee taeyong menyeringai. "klise, tapi menarik bukan?"
jaehyun mendengus. "kalau aku menang, aku dapat apa?"
"gratis makan siang dariku selama dua minggu," ujar taeyong penuh percaya diri. di hadapannya, jaehyun memutar bola mata.
"dua minggu? kalau hanya dua minggu, traktir aku dengan makanan minimal seharga lima puluh ribu won."
taeyong menghela napas panjang. "aku ini bukan anak pemilik samsung, jung jaehyun."
"tapi ibumu seorang kepala rumah sakit, lee taeyong," balas jaehyun dengan nada menggurui.
"tambah waktunya menjadi dua bulan, maka aku terima taruhannya."
taeyong mendecih. ia mempertimbangkan ucapan jaehyun untuk beberapa saat, sebelum kemudian menghela napas dan mengulurkan tangannya pada jaehyun. "ok, deal."
jaehyun tersenyum hingga lesung pipinya terlihat, menyambut uluran tangan taeyong dengan semangat. "terima kasih sudah meringankan masalah keuanganku, sobat karib."
"jangan terlalu percaya diri, jung idiot," balas taeyong cepat. "menaklukan seorang nerd seperti itu tidak mudah. aku hanya memberimu waktu dua minggu. kalau kau gagal, kau yang mentraktirku makan selama dua bulan penuh."
jaehyun hanya mengendikkan bahu. mengusap mulutnya menggunakan tisu dan menyingkirkan piring yang telah kosong ke ujung meja. "dua minggu bukan masalah, waktunya cukup untuk membuat kim doyoung jatuh pada pesonaku. sekarang, lebih baik kau persiapkan dompetmu untuk mengenyangkan perutku."
bersamaan dengan itu, jaehyun beranjak dari kursinya, mengedipkan sebelah mata pada taeyong yang terpaku sebelum berjalan keluar dari area kantin.
dan lee taeyong, hanya diam memerhatikan punggung jaehyun yang menjauh hingga tidak terlihat lagi, kemudian mendecih keras.
"kim doyoung tidak semudah itu ditaklukan, jung jaehyun. kau terlalu meremehkan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flaw of the Perfect || jaedo
Fanfiction"Nothing's perfect, our relationship is not perfect. But those flaws, is what makes it so damn beautiful." collection of Jaedo oneshot fic with various genre ✨