Genre : Fluff, AU
Rating : T
Disclaimer : I own nothing except the plot
Warning : younger!Doyoung
..
.
.
Kamar luas yang didominasi warna kelabu dan putih itu terdengar hening, dengan suara detak jarum jam dan ketukan tombol keyboard saja yang menjadi pemecah sunyi. Ah, sesekali juga terdengar suara helaan napas di sana, yang sarat akan kekesalan dan rasa frustrasi yang kentara. Sumbernya adalah meja kerja putih yang terletak di sudut kamar, tengah ditempati oleh seorang lelaki tampan berpiyama coklat yang senada dengan warna rambutnya. Kedua mata lelaki itu terfokus penuh pada layar di hadapannya, dengan jemari yang bergerak lincah di atas keyboard, dan sesekali bergerak meraih gelas kopi di sudut meja yang hampir tandas isinya."Akh, sialaan! Si bodoh Johnny malah memberiku laporan keuangan tahun lalu!"
Bantingan keras pada meja melatari seruan kesal lelaki itu. Setelahnya, kedua tangan terangkat untuk meremas helaian brunette hingga menjadi kusut disertai ringisan.
Menyaksikan kegelisahan itu, seorang lelaki manis yang duduk di atas ranjang menghela napas. Ia jadi sebal sendiri mendengar gerutuan yang terus menerus keluar dari mulut suaminya itu.
Hei, dia juga lelah sehabis menguras tenaga seharian di sekolah dan dilanjut dengan les hingga pukul sebelas malam (bahkan dia baru pulang sekitar dua puluh menit yang lalu), tapi ia sama sekali tidak mengeluh, bahkan ia tetap tersenyum hingga sampai di rumah.
Yah, tidak bisa dibandingkan sih, sebenarnya. Suaminya yang lebih tua tujuh tahun darinya itu bagaimanapun juga adalah seorang CEO muda perusahaan yang tengah naik daun. Lelahnya sebagai seorang pelajar biasa jelas-jelas berbeda dengan sang suami yang memiliki beban dan tanggung jawab gila-gilaan.
"Hyung..." pemuda itu memanggil pelan, menggeser tubuhnya ke tepi ranjang. "Kalau lelah, istirahatlah sebentar."
Dan ucapan penuh kekhawatirannya itu berakhir diabaikan oleh sang suami.
Pemuda berumur genap delapan belas tahun itu mendengus kesal. "Hyuuung~" rengeknya.
Tidak ada balasan. CEO terhormat Jung itu, lagi-lagi mengabaikannya.
Kini pemuda itu mengerucutkan bibirnya dan mengayunkan kakinya kesal. Ia menyerah, ingin tidur saja daripada mengharapkan perhatian dari suaminya yang gila kerja itu.
Tapi kemudian, kemeja putih sang suami yang tergeletak di ujung ranjang menarik perhatiannya.
Setelah beberapa detik terdiam, tiba-tiba seutas senyum miring muncul di bibir pemuda yang menyerupai kelinci itu. Perlahan tangannya terulur, mengambil kemeja itu seraya terkikik tanpa suara. Di benaknya sudah terbit ide nakal untuk mendistraksi sang suami dari pekerjaan biadab itu.
Tanpa menyadari apa yang istrinya lakukan, Si dominan yang masih fokus mengurusi grafik-grafik dan tatanan angka memusingkan di layar komputernya mengerang lelah. Ia memundurkan kursi dengan kedua tangan yang menutup wajah. Sialan, pekerjaannya ini tidak bisa beres hanya dalam waktu satu atau dua jam ke depan. Mau tidak mau ia harus begadang dan--
Pikiran lelaki itu mendadak terhenti begitu dirasanya sesuatu menduduki pangkuannya. Ia menurunkan tangan dari wajah, kemudian terkejut bukan main ketika mengetahui bahwa sesuatu itu adalah sang istri, kini tengah memeluk lehernya dengan tubuh berbalut kemeja miliknya yang menenggelamkan tangan dan menutupi hingga separuh paha, serta tanpa kain apapun yang melekat di tubuh bagian bawahnya.
Oh, dan apa-apaan senyum menggoda itu, bunny?
Tidak butuh lama hingga sebuah seringai muncul di wajah tampan itu. "Wow, wow! Kemajuan pesat apa ini?! Dengan berani memakai bajuku tanpa bawahan apa-apa, hm?"
Iya, selama ini CEO muda Jung itu yang selalu lebih dulu menyentuh intim istrinya--yang selalu berakhir dengan tendangan di area selangkangan atau dorongan kuat di wajah. Karena itu perilaku berani sekaligus menyenangkan dari istrinya ini jelas-jelas tidak boleh dilewatkan!
Si pemuda yang berstatus submisif itu memanyunkan bibir, jemarinya memainkan kancing piyama sang suami. "Habis... Hyung terlalu fokus pada pekerjaan hyung, aku juga ingin diperhatikan." Tangan mungilnya mengelus sensual dada si Jung. "Aku menginginkan hyung malam ini."
Bisikan rendah di telinga Jung Jaehyun sukses membangkitkan nafsu biologis pria itu. Pandangan matanya menggelap, seringainya melebar. "Baiklah, kalau kau memaksa. Lagipula berkas-berkas bodoh ini bisa ditangani bes--"
"Eits!" Kim Doyoung dengan lihai berkelit ketika Jaehyun hendak merengkuhnya, bangkit dari pangkuan Jaehyun dan bergerak mundur dengan senyum puas.
"Kalau dipikir-pikir, aku tidak boleh mengganggu hyung. Hyung 'kan harus tekun bekerja agar dapat banyak uang," jeda dengan senyum yang kian melebar dan satu kedipan mata. "Lain kali saja, deh. Aku mau tidur di kamar tamu saja agar tidak mengganggu. Annyeong~"
Dan lambaian tangan pun menjadi pengiring kepergian Doyoung dari kamar itu.
Meninggalkan Jaehyun dengan kedua tangan yang tertahan di udara, dan adik kecilnya yang sudah bangkit di bawah sana.
Kalau diibaratkan seperti adegan animasi, sekarang ini empat siku-siku pasti sudah muncul di dahi Jaehyun.
Ya jelas saja.
"Kim Doyoung..."
Setelah berhasil mendistraksi Jaehyun dari tumpukan pekerjaan pentingnya, Doyoung pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab menjinakkan hormonnya yang sudah menggelegak liar sekarang?
"Awas saja, setelah pekerjaan laknat ini sudah selesai, kupastikan kau mendapatkan akibatnya."
Well, berharap saja semoga Doyoung bisa selamat dan mampu berjalan dengan benar di hari-hari ke depannya.
..
.
.
End
..
Saya bikin apa lagi ini ya? :')Jadi ini fic yang aku bikin di Hp, bikin sambil nunggu tes mulai jadi harap maklum kalo isinya jadi agak rush dan plotless hiks 😢😢
Untuk yang udah request, tungguin aja yaa, saya usahain buat up ngga lama deeh wkwkwk.
Tetakhir, vomment yaa :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Flaw of the Perfect || jaedo
Fanfiction"Nothing's perfect, our relationship is not perfect. But those flaws, is what makes it so damn beautiful." collection of Jaedo oneshot fic with various genre ✨