3. Di Balik Rimbun Pohon.

161 19 0
                                    

"Argh," erang Sidin sembari mengusap sisi kepalanya. Memastikan tidak ada rembesan darah. "Semuanya tidak apa-apa kan?"

"Kau bukannya jawab," omel Satya seraya membantu Sidin bangun. "Kami semua khawatir, tahu! Jangan-jangan kau tertembak untuk menyelamatkan Sidik,"

"Pokoknya tidak ada darah mengalir, kan? Jadi bukan masalah," Sidin bersikap tidak peduli.

"Apa? Benar ada yang mau menembakku?" Sidik nyaris tidak percaya.

"Dan Sidin sudah menyelamatkanmu dari peluru," jelas Satya. "Katakan terima kasih padanya,"

"Tidak perlu," Sidin mulai mencari-cari sesuatu di lantai dan meja. "Sekarang bantu aku menemukan peluru timah,"

"Sini," seketika seorang perempuan menjawab. "Hati-hati, siapa tahu masih panas,"

Sidin memungut peluru itu. "Untung bukan peluru senjata api. Ini hanya peluru senapan angin, Elina," kata Sidin pada perempuan itu. "Pastinya dingin,"

Sidin mengantongi peluru itu. Lantas duduk kembali di bangkunya, menulis cerita. Seperti biasa, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. "Satya, katakan pada teman-teman peluru itu hanya mengenai rambutku,"

"Baiklah, ternyata kau tidak ingin teman-temanmu khawatir, Ali Rasidin," Satya menuruti apa kata Sidin.

"Sebaliknya, Satya. Keinginanku itu sederhana. Melindungi teman dan sahabat," Sidin menuturkan ulang mimpi yang dialami Sidik semalam, berikut firasat kalau dia sendiri akan jadi target berikutnya pada pukul delapan malam nanti. "Besok, siapa saja yang mimpi beritahu saya,"

Tidak ada teman Sidin yang berani membantah. Elina menghela nafas. "Katamu Detektif Ichsan akan datang, Sidin. Kenapa kau tidak meminta bantuannya?"

Sidin beranjak dari tulisannya. "Detektif Ichsan sudah datang. Satya pernah bertemu dengannya, dia saja yang tidak sadar. Satu lagi, Elina, aku ingin kau selamat. Aku ingin semua temanku selamat,"

Setelah secara tidak sadar bertemu seorang detektif, sedikit banyak Satya tahu apa yang dilakukan seorang detektif. Penyelidikan.

"Sidik, sumpah aku melihat pointer laser itu bersumber dari jendela," kata Satya. "Yang lain juga bilang begitu,"

"Bagaimana bisa, semua jendela kelas kita terhalang rimbun pohon," sangkal Sidik.

Detektif Ichsan 3 : The Sixth Target.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang