6. Yakinlah, Rina.

138 15 0
                                    

Menjelang pukul dua siang, kelas 10 IPA 1 sedang mengerjakan tugas berpasangan teman sebangku, membuat percakapan bahasa Inggris.

"Satya, can you find a thing in this class, that can dodge a bullet?" Sidin asked.

"No i can't. i don't know," Satya answered. "Kalau bukan urusan tugas tidak usah pakai bahasa Inggirs, Sidin, aku jadi pusing,"

"Benda yang kumaksud ada banyak di kelas," kata Sidin. "Buku,"

"Buku?" Satya tidak percaya. "Bagaimana bisa?"

"Buku mempunyai prinsip kerja yang sama dengan rompi anti peluru," jelas Sidin. "Yaitu mengurangi laju peluru dengan bahan yang berlapis,"

"Pointer laser!" Sidik menyahut. Refleks Sidin menoleh ke Rina. yang duduk di sebelah kanannya. Pointer laser itu mengarah ke kepalanya.

"Dsiu!" Anton menembakkan peluru ketiga lewat portal ruang. Sekali lagi, semua mata tertuju pada Rina sehingga tidak ada yang tahu kalau portal ruang itu terbuka.

Sidin menyambar dua buku tulis, memegangnya sehingga menghalangi pointer laser dari kepala Rina.

"Plak!" dua buku tulis yang dipegang Sidin mendapat gaya dorong dari peluru sehingga terlepas dari pegangannya. Beruntung, buku tulis itu berhasil menghentikan laju peluru sehingga tidak mengenai Rina. Akibatnya, beberapa lembar kertas di buku tulis Sidin berlubang.

"Sialan!" umpat Anton. "Semalam melenceng gara-gara kertas. Lagi-lagi, hari ini karena buku! Aku akan buat perhitungan serius dengan anak penulis itu,"

Tidak satupun teman Ali Rasidin berpikir untuk menangkis peluru dengan cara itu. Alhasil, Sidin maupun Rina tidak terluka sama sekali. "Itu belum seberapa, semalam aku selamat dari penembakan dengan cara yang sama sekai tidak terlintas di benakku," ujar Sidin. "Dengan selembar kertas,"

"Bagaimana bisa?" Rina dan Elina penasaran. Selembar kertas tidak mungkin menangkis peluru seperti buku.

Sidin menjentikkan jari. "Perkaranya bukan benda besar menghentikan benda kecil seperti tadi, melainkan benda kecil menggerakkan benda besar. Ya, kertas itu. Aku terpeleset kertas sehingga peluru yang ditembakkan melenceng. Tidak melenceng juga sih, buktinya bahuku tergores peluru,"

"Sidin, apakah petunjuk selanjutnya ada dalam mimpiku?" Rina kurang yakin.

"Ya," jawab Sidin. "Yakinlah, Rina,"

Detektif Ichsan 3 : The Sixth Target.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang