8. Siasat Elina.

136 16 0
                                    

Sepulang sekolah dan mencari Detektif Ichsan, Sidin segera mangerjakan tugas matematika yang sempat ia tunda. Setelah itu menulis cerita seperti biasanya. "Hadeu, pusing. Banyak cerita yang mangkrak," katanya.

Semalaman itu Sidin susah tidur. Entah kenapa benaknya dipenuhi satu kalimat yang tadi pagi didengarnya. "Lalu siapa? Kita butuh kepastian!"

Malam itu Sidin tidur tidak bermimpi apa-apa, tapi perasaannya tidak tenang.

Hari Rabu pagi, 29 Maret 2017.

"Elina, 24," Rina sedikit bicara. "Waktumu pukul dua siang nanti,"

"Pelajaran fisika," kata Satya. "Akan ada banyak soal sulit,"

"Seperti yang aku khawatirkan," Sidin mengambil buku tulis tempat ia biasa menulis cerita.

"Khawatir apa?" Rina bertanya. "Writer's block?"

Sidin mengangguk. Ya, Rina tidak tahu kalau Sidin sudah menyangka bahwa target selanjutnya adalah Elina. "Yang jadi masalah, tempat Elina duduk jauh dariku,"

"Jangan bilang aku harus bertukar tempat duduk dengan Rina," kata Elina yang baru datang. "Aku akan mengelak peluru itu sendiri,"

"Bagaimana caranya?" tanya Sidik. "Pakai buku?"

"Tidak, lihat saja nanti," Elina menyiapkan alat tulis. Bel masuk berbunyi.

Pelajaran fisika, di kelas 10 IPA 2, guru memberi soal di awal pelajaran. Murid mencoba menjawab soal itu selama pelajaran, lalu di akhir pelajaran guru kembali ke kelas menjelaskan soal-soal yang diberikan. Hari itu, soal yang diberikan membahas lensa fokus dan alat-alat optik.

"Ada unsur s, s aksen, dan f pada soal nomor satu," kata Satya.

"Kalau tidak salah, di rumusnya ditulis dalam bentuk satu per atau perbandingan terbalik," Sidin bekerjasama dengan Satya.

"Coba kau gambarkan contohnya, nanti aku tuliskan rumusnya," Satya mencari sesuatu di kotak pensil. "Waduh, aku tidak bawa pensil,"

"Tidak masalah, penulis cerita semacamku wajib punya lima senjata lengkap," kata Sidin. "Pensil, penghapus, pulpen, tip ex, dan serutan,"

"Hei Sidin, Satya, ini sudah menjelang jam dua siang," Sidik mengingatkan. "Awasi Elina,"

Sidin menyingkirkan gambaran lensa cembung yang baru setengah jadi, melaksanakan perintah Sidik. "Kau lanjutkan sendiri, Satya,"

Menjelang pukul dua siang Elina mengawasi sekitarnya menggunakan kaca cermin. Elina melihat pointer laser di kepalanya.

Detektif Ichsan 3 : The Sixth Target.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang