Sambala sambala bala sambalado
terasa pedas, terasa panas
Sambala sambala bala
sambalado
mulut bergetar, lidah bergoyang
Cintamu seperti sambalado ah ah
rasanya cuma dimulut sa-Ohno menggeser layarnya untuk menerima panggilan masuk di hpnya.
"Iya? Halo? Iya, betul. Iya dengan Ohno." jawab Ohno pada penelpon yang sedang menelponnya.
"Ohno Satoshi? Ini saya." jawab orang itu.
Seketika mata Ohno terbelalak, sekujur tubuhnya sudah penuh dengan keringat dingin. Yang menelponnya ternyata adalah yang tak lain atasannya, Johnny Kitagawa.
"H-halo pak? I-iya atuh, ini saya. Nino? Ada kok pak. Napa atuh Nino saya-eh, Ninonya?"
"Saya perlu bicara dengan dia. Suruh dia angkat telpon saya. Sekarang. Atau kamu mau juga berurusan sama saya?"
"E-enggak atuh bapak. Eh, tak panggilin yo." ucap Ohno.
"Iya. Tolong yah, suruh dia hubungi saya, pulsa saya sudah hampir habis, gara-gara telpon dia."
"O-o-oke atuh pak." ucap Ohno gugup. Johnny Kitagawa pun mematikan telponnya duluan. Meninggalkan Ohno yang masih keras membatu memikir nasib temannya itu.
"NINO!!!" panggil Ohno mencoba mengetuk pintu kamar Nino yang di cat warna kuning.
"Nino! Buka! Oi! Buka gak nih pintu lu? W dobrak nih lama-lama."
Tak ada respon sama sekali dari sang empu kamar. Dan sebaliknya, Aiba lah yang keluar dari kamar sambil menguap dengan tangan yang mencoba menutup mulutnya.
"HOAM~ Riida? Kira siapa. Kenapa riida gedor-gedor pintunya Nino? Hm? Kenapa? Nino habis buang alat mancing riida lagi yah? Gak papa, entar tak belikan yang baru yo." hibur Aiba sembari mempuk-puk kepala Ohno dengan penuh kasih sayang.
"Aiba-chan, ini si Nino katanya ditelpon-telpon sama om Johnny dan gak diangkat-angkat ma Nino." jawab Ohno sembari menikmati kepalanya dielus-elus Aiba.
"Oh." jawab Aiba singkat.
-----------------
"APAAAA????!!!" teriak Aiba 'baru' kaget. "NINO! OTAKNYA ELU LU BUANG DIMANA? ANGKAT NOH TELPONNYA ATASAN LO, KALAU GAK DIANGKAT NINTENDO INCARAN TAHUN DEPAN LU BAKAL MUSNAH GITU AJA." seru Aiba sembari menggedor-gedor pintu Nino dengan lebih hebat lagi.
CEKLEK! Akhirnya pintu kamar pun terbuka. Terlihat lah sosok Nino dengan celana pendek selututnya dengan baju kaos bergambar smurf-nya.
"Berisik woi! Nape sih lu pada? Udah kayak emak-emak arisan aja. W lagi nge-game nih. Nape?" tanya Nino sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Elu sih! Itu telponnya Om Johnny ngapa gak lu angkat-angkat, bege?!" tanya Aiba sembari mengacak rambut Nino dengan kedua tangannya.
Nino tersentak. "Eh, om Johnny nelpon gw? Gk denger! Masa sih?"
"Lu pikir tadi kite bo'ong?" tanya Ohno.
Nino segera masuk kedalam kamarnya sembari mengambil hpnya lalu keluar dan turun ke lantai dasar untuk menelpon.
Saat Nino turun dengan tergesa-gesa disitulah Nino menabrak Jun tidak sengaja.
"Aww!" pekik Jun saat lengannya tersenggol oleh lengan Nino yang sedang buru-buru turun ke lantai bawah. "Woles dong, No. Ngapa sih?"
"Sorry, w lagi diujung ekor." jawab Nino dengan napas tersengal-sengal.
"Diujung tanduk😑." Jun membetulkan.
"Iya iya, itu. Maap ye!" Nino segera meninggalkan Jun yang sedang mematung ditangga.
Selang beberapa menit kemudian, Jun yang mematung didatangi oleh dua temannya lagi. Ohno dan Aiba.
"Jun, sehat?" tanya Ohno menggoyang-goyangkan badan Jun yang masih diam mematung.
"Riida, Aiba." ucap Jun. "Si Nino kok kayak kambing lepas?"
Aiba menjawab. "Setiap hari emang kayak kambing lepas kok."
"Nggak. Hari ini beda, lebih liar aja gitu."
"Kalo lebih liar berarti banteng lepas dong." ujar Aiba sambil tertawa.
"Udah. Pertama-tama duduk dulu." ajak Ohno kepada Jun dan Aiba agar duduk di sofa.
"Jadi?" Jun menghempaskan tubuhnya ke sofa panjang yang ada di ruang tengah mereka.
"Biarkan Nino berurusan sendiri." ucap Ohno ikut duduk di sofa tunggalnya.
"Emang ada apa sih?" tanya Aiba.
Kini hening diantara mereka bertiga. Hanyut dalam pikiran masing-masing, apalah yang terjadi pada bocah bandel di grup mereka itu.
Sebuah koran yang entah datang dari mana membuyarkan lamunan mereka bertiga.
"Mungkin ini penyebab Nino ditelpon." ucap seseorang sembari menghempas tubuhnya duduk didekat Aiba.
Ohno, Jun, dan Aiba menyudahi melamunnya dan mendapati Sho yang duduk disamping Aiba dengan mata yang tertuju ke luar jendela, menatap sosok Nino yang sedang menelpon.
Dengan secepat kilat, Ohno, Jun dan Aiba saling berebut Koran.
Di koran itu terdapat artikel utama di halaman paling depan, paling jelas, dengan foto paparazi dan foto sosok Nino yang dipasang besar-besar di sampul koran tersebut.
TERKUAK! MEMBER ARASHI NINOMIYA KAZUNARI TERTANGKAP BASAH OLEH KAMERA SEDANG KENCAN DENGAN SEORANG WANITA DI PINGGIR EMPANG DENGAN INISIAL M.P.
Ohno, Jun, Aiba, dan Sho hanya bisa diam. Kehabisan kata-kata.
"APAAA???!!!!" pekik mereka serempak.
"Apa-apaan ini?" tanya Aiba dengan suara lantang.
"M-mu-mustahil." ujar Jun.
"Etdah, apa-apaan ini? Belum lagi kencannya di empang! Gak keren amat." ujar Ohno sembar merampas koran dari tangan Jun sambil menatap dalam-dalam koran itu dengan penuh hasrat.
"Gak ada keren-kerennya."
"Tuh bocah kalo cari referensi tempat buat kencan jelek bener yak."
"Katanya ex-girlfriendnya banyak, sudah berpengalaman."
"Pantas ae lu ditinggal nikah sama Nozomi Sasaki, bege. Lu ajak kencan di empang anaknya orang!"
"Kurasa w ngerti alasan Masami Nagasawa mutusin elo!"
"Belum lagi inisial M.P. itu kan-" Sho tak melanjutkan kalimatnya.
"SI DIA???" pekik yang lain.
Mereka berempat saling melempar pandangan tak percaya.
"NINO!!!" teriak keempat anggota arashi serempat meneriakkan nama Nino.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Arashi's house
FanfictionOhno, Nino, Aiba, Jun dan Sho akhirnya memilih untuk tinggal seatap dikarenakan alasan yang sangat lah berfaedah. Akankah mereka bisa menjalani kehidupan dengan sehat wal afiat? Tanpa ada keslahan teknis??