Jadi hari itu, Kampungnya Arashi lagi dilanda hujan keras bin deras al petir, wal hasil mereka tidak bisa pergi ke mana-mana.
Nino tidak bisa pergi ke warnet, Ohno tidak bisa pergi ke empangnya Omnya, Jun tidak bisa nge date sama Mao (eh?) Sho tidak bisa syuting Zero, Aiba tidak bisa ke kebun binatangnya pak Shimura untuk melihat si Pan-kun dan binatang lainnya.
Mereka semua terjebak di dalam kandang yang tidak terurus dikarenakan penghuninya terlalu sibuk syuting😂.
Sooooo... Karena rumah mereka mirip kandang bebek lepas, mereka pun bertekad untuk membersihkannya.
Rumah itu benar-benar hancur, sangat sulit dipercaya ketika Baju smurf Nino ada diatas televisi, kuas-kuas Ohno berserakan di lantai, surat-surat fans mereka yang menggunung di sudut-sudut rumah mereka, biola Nino yang ada di bawah meja mereka, manga-manga (komik jepang) milik Aiba yang sudah berada di dekat pintu masuk, dan syal juga hanger milik Jun yang sudah menguasai sofa yang semestinya cukup menampung mereka berlima menjadi hanya mampu menampung seorang saja.
"Eh, bersihin sofanya dulu! Angkat tuh baju! Lipat sendiri-sendiri yak!" ucap Nino memberi komando.
"No! Lu ikutan gerak juga nape? Jangan cuma jadi komando doang." seru Sho.
Nino terpaksa ikut membereskan rumah kesayangan mereka.
JDAARRR!!! Petir menyambar dengan kuat mengagetkan Aiba yang sedang sibuk merapikan komik-komiknya.
"YA ALLAH! Astagfirullah... Kaget gw!" seru Aiba sembari kedua tangannya tak sengaja menjatuhkan komik-komiknya yang baru ia rapikan.
"BA!!! NAPE LU JATUHIN LAGI KOMIKNYA?!" teriak Jun.
"Kalem. Gw gak sengaja, bosque."
"Bentar lagi ramadhan, mau ganti cat rumah gak? Jadi warna yang ramadhan banget?" tanya Nino sembari melihat tembok rumah mereka yang sebenarnya masih berwarna putih bersih dikarenakan Nino terlalu sayang tembok, ia mengelapnya tiap hari😂.
Saat mendengar Nino berkata "cat rumah" seketika mata Ohno terbelalak, yg tadinya casnya tinggal 19% menjadi 99%.
"No, biar gw yang cat rumah. Masalah cat mengecat gw yg tanggung." seru Ohno.
"Baek lu sumpah, tapi... gw gk mau rumah kita jadi ajang mural nantinya gara-gara elu." seru Nino menjawab dengan santainya.
"WAAWWW... KEPUTUSAN YANG TEGAS BOSQUE!" seru Sho.
"Lagipula, dari pada cat rumah, mending perbaiki genteng, noh. Antena juga lagi gak baik posisinya. Yg mau naek siapa?" tanya Nino.
Sho seketika meneguk ludahnya, mengeluarkan baca-bacaannya dalam hati agar ia tidak ditunjuk sebagai tukang perbaiki genteng.
Ya Allah, tolongin Sho Ya Allah, Sho gak mau ditunjuk jadi pawang naik genteng Ya Allah, Sho masih punya emak bapak sama dua adek Ya Allah, Sho masih mau kerja Ya Allah, lebih penting lagi Ya Allah... SHO PENGEN NIKAH DULU! JANGAN MATI DULU! Masa iya Sho lahir jomblo mati pun dalam keadaan jomblo? Berarti selama ini aku cuma jomblo tinggal tunggu mati dong, huwee...😭😭😭Pikir Sho.
"Sho," panggil Nino. "Lu yang naek di genteng yah." suruh Nino.
"Lah? No? Ngapa gw? Lu tau kan gw? Kenapa gak Aiba-chan atau Riida aja?"
"Semua udah pernah ngerasain naik diatas perbaiki antena goyang, sekarang giliran elu." jawab Jun.
"Lah? Tapi, kan?"
"Udah lah Sho, lawan rasa takut lu." sambung Ohno.
"Sekarang hujan, gaesss..." Aiba mencoba menyelamatkan Sho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arashi's house
FanfictionOhno, Nino, Aiba, Jun dan Sho akhirnya memilih untuk tinggal seatap dikarenakan alasan yang sangat lah berfaedah. Akankah mereka bisa menjalani kehidupan dengan sehat wal afiat? Tanpa ada keslahan teknis??