6. Kalung Permata Biru

267 22 2
                                    

Malam ini, di dalam kamarnya yang remang-remang itu, kelelahan menyelimuti tubuh Kelvin yang terbaring di atas kasur, bukan hanya tubuh, tapi juga jiwanya yang lelah.

Kelvin memang mengantuk, tapi yang ada hanyalah matanya yang terbuka dan pikiran yang melayang kemana-mana.

"Setiap nafas yang kurasakan, aku selalu merindukannya, walaupun setiap malam aku selalu bertemu dengannya. Dialah bidadariku, tidak ada seorangpun yang bisa menyentuhnya, tidak ada seorangpun yang mampu menyakitinya, karena dia milikku dan hanya ada dalam mimpiku," gumam Kelvin.

Kelvin kembali dalam heningnya malam, tersadar dari lamunannya akan sosok gadis di dalam mimpinya itu. Sinar rembulan dalam fase Waxing Gibbous itu membuatnya sadar untuk tidak berhayal terlalu jauh lagi. Fikirannya kosong dan tak terarah sekarang.

Sebelumnya Kelvin mencoba untuk meraba-raba lorong imajinasinya, hanya sekedar mendambakan gadis itu ada disampingnya dan menjadi nyata.

Kelvin mulai memejamkan matanya untuk segera bertemu dengan gadis itu. Tapi, tak disangka, sinar bulan yang hampir sempurna itu bertautan dengan cahaya yang terpancar dari kalung berlian permata biru di kantongnya.

Kelvin yang hampir saja memasuki mimpinya, mulai tersadar. Kelvin bangun dari tidurnya, lalu mengeluarkan kalung itu dari kantongnya.

Kalung itu sekarang berada dalam genggamannya, dia mengarahkannya ke arah bulan. Dia takjub, akan cahaya yang terpancar dari kalung tersebut, menyambut cahaya bulan pada malam itu.

Kelvin yakin kalung berlian permata biru itu bukan kalung sembarangan, pasti pemiliknya juga bukan orang sembarangan.

Dia mengurungkan niatnya untuk mengembalikan kalung itu pada Syafira, Kelvin tidak yakin jika Syafiralah pemiliknya, walaupun kalung itu dia temukan tepat di bawah meja kantin yang ditempati Syafira.

Kalung berlian permata biru itu ternyata menyerap energi dan kekuatan dari Bulan, memang di dalam Kalung itu banyak energi yang telah diserap, tinggal menunggu pemilik aslinya memindahkan kekuatan itu pada tubuhnya.

Setelah cahaya kalung itu mulai meredup, Kelvin menghempaskan badanya di tempat tidur, dengan menggenggam kalung itu, dia pun terlelap. Tak disangka kalung itu terbawa ke dalam mimpinya.

"Kalung ini," dia menatap kalung yang ada di genggamannya itu, dia bingung bagaimana bisa kalung itu juga ada di mimpinya.

Dia berada di tempat yang sama seperti mimpi-mimpi sebelumnya.

"Sebenarnya siapa pemilikmu?" dia bertanya pada kalung itu, seakan kalung itu bisa menjawab pertanyaannya.

"Itu milikku," terdengar suara dari belakang Kelvin, diapun segera berbalik arah.

"Kau?" ucap Kelvin
"Kenapa kamu terkejut? Kamu tidak suka bertemu denganku?" tanya gadis itu.

"Kau gadis yang sama dengan gadis mimpiku?"
"Tentu, Kelvin. Aku yang selalu menemanimu setiap malam."

"Sebelumnya aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas, tapi setelah aku melihat wajahmu, kenapa kau mirip sekali dengan cewe cupu kampungan itu?" tanya Kelvin.

"Hahaha, aku tidak tahu siapa yang kau maksud, cupu kampungan tidak cocok disamakan dengaku, Kelvin," jawab gadis itu dengan senyumannya.

"Tapi asal kau tahu, ketika kamu dapat melihat wajahku dengan jelas, itu artinya kamu sudah menemukan diriku di dalam hidupmu yang sebenarnya," jelasnya lagi.

"Akhhh, kau membuat kepalaku serasa ingin pecah."

"Jika kamu sudah bersatu dengan cinta sejatimu dan bahagia bersamanya, maka aku akan menghilang dari mimpimu, Kelvin,"

"Cinta Sejati? Aku tidak yakin akan hal itu."

"Sebelum itu terjadi, aku yang akan membantumu mendapatkan cinta sejati itu."

"Lalu kalung ini? Milikmu?"
"Ya," hanya satu kata yang keluar dari bibir manisnya itu.

"Bagaimana bisa aku mengembalikannya padamu, kalung ini nyata, sedangkan kamu hanya gadis di dalam mimpiku?"

"Carilah pemilik sesungguhnya sebelum datangnya bulan purnama."

"Apa hubungannya dengan bulan purnama?" tanya Kelvin penasarannya.

"Ah, kamu terlalu banyak bertanya, lebih baik kau berusaha mencarinya setelah bangun dari tidurmu ini, jangan terlalu banyak bermimpi, nanti overdosis, Kelvinku."

Sebelum Kelvin menanggapinya, gadis itu menghilang, hanya tersisa cahaya yang seakan menusuk matanya.

Tak terasa, ketika Kelvin membuka matanya, hari sudah mulai pagi, sinar mataharipun mulai terpancar. Ternyata percakapan singkat tadi membutuhkan waktu yang panjang.

☀☀☀☀☀

Ayam tetangga sudah berkokok pagi-pagi buta, udara hangat masuk ke dalam kamar yabg semalam dingin. Kasur masih sangat empuk menyangga tubuh Syafira, selimut yang menutupi tubuhnya sudah agak terbuka dan berantakan.

Syafira mengangkat tubuhnya dan bangun dari kasur yang sanngat nyaman itu, dia merapikan selimutnya, dan dengan terseok-seok menuju kamar mandi untuk mencuci muka, berharap kesegaran segera menyergap tubuhnya yang masih dibayangi rasa kantuk dengan tingkat level yang sangat tinggi. Semalam syafira menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas.

Syafira membasuhkan air ke wajahnya, lalu dibasuhkan juga ke tangan dan kakinya. Berulang-ulang dan berharap cepat move on dari rasa kantuk itu. Dia bersyukur, saat itu tidak ada Kak Rey yang membangunkannya, bisa-bisa Syafira diguyur air oleh Kak Rey.

Saat syafira membasuh mukanya kembali dengan melihat pantulan dirinya di cermin, ia merasa ada yang kurang dari dirinya.

"Kalung, dimana kalungku?" Syafira meraba-raba lehernya, berharap kalung itu masih ada.

Syafira keluar dari kamar mandi, lalu mencari di sekitar tempat tidurnya, yang tadinya sudah rapi kini berantakan kembali.

"Duhh, dimana sih kalungku?" katanya kebingungan, dia tidak menepukan kalungnya dimanapun.

Tiba-tiba, Kak Rey masuk ke kamar Syafira yang tidak terkunci itu.

"Loe kenapa Fir? Pagi-pagi sudah berisik," tanya Kak Rey.

"Kalungku kak, kalungku hilang."

"Bagaimana bisa? Udah Loe cari Fir."

"Sudah kak, tapi aku belum juga menemukannya."

"Kakak bantu cari ya, Fir."

"Kalung itu berharga buat Fira kak, itu peninggalan Ibu Andriana, Ibu kandungku kak, aku memang ceroboh, tidak bisa menjaganya dengan baik," sesal Syafira.

"Jangan salahkan diri sendiri Fir, manusia itu wajar berbuat kesalahan, asalkan dia tidak mengulanginya lagi."

"Tapi kak, itu sangat berharga untukku."

"Terakhir kali, kapan loe pakai kalung itu Fir?"

"Aku selalu memakainya kak, kemarin disekolah aku juga menggunakannya."

"Kalau disini tidak ada, besok kita cari disekolah Fir, tenangkan dirimu, kita pasti menemukannya," ucap Kak Rey sambil memeluk erat Syafira yang mulai menangis kehilangan kalungnya yang berharga, satu satunya peninggalan Ibu kandungnya.

"Baiklah, terima kasih sudah mengurangi kesedihanku kak," isak Syafira dalam pelukan kak Rey.

Syafira berharap dalam hatinya, untuk segera menemukan dan mendapatkan kembali kalungnya itu. Dia tidak memberitahu orang uanya, karena Syafira tahu Ayahnya sangat over protective dan sensitif jika itu menyangkut Andriana, Ibu kandungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Telekinesis Girl's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang