2. Sekolah

260 61 6
                                    

Matahari bersinar terang di ufuk timur. Kakiku melangkah mengiringi Kak Rey, nafas kami terengah bersahutan.

"Yah, aku kalah lagi nih kak," ucapku kesal sambil meninggalkan parkiran sepeda.

"Hahaha, jangan lupa traktir Kakak ya Fir," goda Kak Rey.

"Uhh..dari tadi aku udah tahu maunya kak Rey."

"Udah-udah, nggak usah cemberut gitu, nanti cantiknya hilang lho, yuk ke kelas," ajak kak Rey, dengan keusilannya itu.

Di setiap sudut sekolah, mereka menatap kami dengan pandangan yang berbeda-beda, entah apa yang mereka pikirkan. Aku terus melangkah tak menghiraukan mereka.

Di depan kelas, aku berdiri sejenak, memandangi teman-teman yang sedang ngobrol. Hatiku berdebar-debar, badanku gemetar, rasanya sulit sekali melangkahkan kakiku memasuki kelas.

"Hey! Jangan bengong Fir!" ujar kak Rey, mengibaskan tangannya di depan wajahku.

"Eh!" jawabku kaget.
Baru beberapa langkah memasuki kelas, bisikan mereka mulai terdengar.

"Heh, lihat tuh, si cupu udah dateng." kata salah satu teman di kelas.

"Wah, dia masih berani ke sekolah tuh."

"Lagi-lagi sama Rey."

"Udah kaya pangeran sama pembantu aja, nggak cocok, jijay."

"Dia itu adik kakak."

"Iya gue tau, kalau gue nikah sama Rey. Gue nggak mau punya adik ipar si Cupu itu."

"Mimpi loe, gue yang bakal dapetin dia."

"Cowo kaya gitu aja diributin, ambil aja sana. Gue sama si Kelvin aja, cowo ganteng nan populer nomer satu di SMA ini."

"Ati-ati loe, Kelvin kan pacarnya Audy."

"Loe dapetin Rey aja gk bisa apalagi Kelvin."

"Bodo amat dah."

Sekecil apapun suara mereka berbisik, tetap saja terdengar di telingaku.

"Sabar ya Fir, nggak usah dengerin perkataan mereka. Udah kebiasaan mereka ngurusin hidup orang, padahal ngurus dirinya sendiri aja gk bisa, bikin hati panas," ucap kak Rey, tangan kanannya membelai kepalaku lembut.

"Tenang Kak, aku sudah terbiasa seperti ini, Kak Rey nggak perlu khawatir," ucapku maklum melihat dan mendengar mereka yang selalu menjelekkanku.

"Iya kakak tau, kamu memang kuat menghadapi semuanya, kakak ke kelas dulu ya Fir."

"Ah, kak Rey berlebihan."
Kak Rey kembali ke kelasnya yang berada di sebelah kelasku.

Guru datang, kami mulai melaksanakan aktivitas belajar mengajar kembali.

*****

Kelvin dan Daffa memasuki kelas, semua mata tertuju kepadanya. Tiga wanita menghampiri Kelvin dan Daffa. Mereka adalah AEJ Sweet Girl's, genk anak anak kaya, cantik, dan populer. Dengan sigap, Audy memeluk Kelvin. Kelvin terdiam dalam pelukan Audy.

"Hay sayang, gue udah nunggu dari tadi, akhirnya datang juga."

Sebelum Kelvin menanggapi sapaan Audy, guru datang. Audy melepaskan pelukannya dengan mendengus kesal, "huh."

*****

Tanda jam istirahat berbunyi, walau hanya beberapa menit, mereka berusaha melepaskan rasa lelahnya.

"Ayo ke kantin, Fir!" ajak Keisya.

"Nggak Sya, disana pasti banyak teman-teman yang tidak menyukaiku. Aku tidak sanggup melihat tatapan mereka yang pedas itu. Kalian ke kantin berdua saja, aku ingin disini."

"Jangan gitu dong Fir, loe harus berani menanggapi mereka, loe nggak perlu takut. Kita kan sahabat, kalau loe disakiti mereka, kita yang akan bertindak. Kalau loe nggak mau ke kantin, gue dan Keisya juga nggak bakal ninggalin loe disini," ucap Anita.

"Loe itu kuat Fir, masa lo mau diem aja menanggapi perlakuan mereka." ucap Keisya menyetujui perkataan Anita.

"Terima kasih, kalian memang sahabat terbaikku."

Kami bertiga ke kantin dan mencari tempat duduk.

"Duduk disana saja, Btw kalian mau pesan apa? Gue aja yang pesan," ucap Keisya menunjuk salah 1 meja kosong di kantin.

"Aku nasi goreng, telurnya di ceplok, pedes. Minumnya es jeruk," jawabku.

"Gue bakso aja, minumnya es coklat ya Sya," jawab Anita.

"Ok, tunggu ya!"

"Bu, pesan nasi goreng 1, bakso 1, soto 1. Es jeruk 1, es coklatnya 2 ya, diantar ke meja no 7," pesan Keisya kepada Bu Tutik.

"Siap dek!" jawab Bu Tutik. Keisya kembali ke kursinya.

"Loe kenapa Fir? Kok bengong sih!" tanya Keisya.

"Iya akhir-akhir ini loe makin pendiem saka kita, biasanya loe selalu ceplas-ceplos gitu," kata Anita.

Syafira memikirkan mimpinya semalam yang selalu terjadi berulang di setiap tidurnya.

"Fir!" teriak Anita sambil menepuk pundak Syafira.

"Eh nggak papa kok, Kak Rey kok gk datang ya, katanya minta di traktir."

"Halah mungkin Kak Rey dikelilingi cewek-cewek lagi."

"Iya juga, aku sadar kok punya Kakak playboy."

*****

"Eh Daff, gue mau cerita tentang mimpi gue, jangan ketawa ya."

"Hah? Mimpi apa? Jangan bilang loe mimpiin cewe itu lagi, haha, kebanyakan ngayal sih loe," ejek Daffa tanpa melihat Kelvin, dia tetap fokus pada makanannya.

"Tuh kan, belum cerita aja loe udah ketawa," ucap Kelvin Kesal.

"Cewe yang suka sama loe itu banyak, masa mau terhanyut sama cewek dalam mimpi loe itu, yang nyata aja kenapa sih, gw udah capek dengerin imajinasi loe," ucap Daffa.

"Tadi malam, di mimpi gue, waktu gue ajak ngomong, dia diem aja membelakangi gw, nah habis itu dia berbalik ke arah gue, seketika wajahnya memancarkan cahaya, sumpah cantik banget, wajahnya nggak asing," jelas Kelvin.

"Cantikan mana cewe di mimpi loe itu dari Audy."

"Hmm..nggak tau sih."

"Loe itu punya pacar secantik Audy, ngapain masih mikirin cewe di mimpi loe itu, udahlah lupain aja, atau Audy buat gw."

"Udah ah, nggak guna cerita sama loe, bukannya dapet solusi malah dapet ejekan."

Kelvin dan Daffa melanjutkan makan.

*****

"Ini makanannya dek," ucap bu Tutik sambil meletakkan makanan itu di meja kami
"Terima kasih Bu," ucap kami bertiga serentak.

Kami mulai menikmati makanan Bu Tutik yang enak itu. Ketika makanan kami hampir habis. Keheningan sebelumnya, terpecah jadi keributan.

Audy tiba-tiba datang, menumpahkan minumannya ke kepala Syafira. Rambut sampai baju Syafira basah.

Syafira, Keisya, dan Anita terkejut, bahkan teman teman yang lain tidak kalah terkejutnya dengan mereka, dihentikan makannya lalu berpaling ke arah kami.

"Upss, maaf nggak sengaja!" ucap Audy, berpura-pura terkejut. Evelyne dan Jeslyn diam di belakang Audy dengan bertolak pinggang.

"Loe ngapain Audy, mau cari gara-gara ya?" ucap Keisya.

"Kan gue udah bilang nggal sengaja! Ouch...Loe berani berteriak di hadapan gw ya," timpal Audy dengan getakan yang keras.

Mendengar keributan temannya, emosi Syafira memuncak. Matanya mulai memerah, tatapannya semakin tajam, amarah mulai menguasai dirinya.

Telekinesis Girl's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang