1

110 9 2
                                    

Hujan di pagi hari memang menyenangkan bagi pecinta hujan tentunya jika saja tidak dalam keadaan akan pergi sekolah.

Dengan rok abu - abu yang sedikit basah karna percikan hujan, gadis itu berusaha menemukan cara agar ia bisa sampai ke terminal depan komplek tetapi tidak harus basah kuyup. Karena tidak mungkinkan kesekolah dengan keadaan seragam basah.

Pemikiran tentang andai saja abangnya tidak sedang bekerja diluar kota menjadi opsi lamunannya sampai terlintas di kepala dengan apa biasanya ia akan di antar jika sedang hujan begini.

Kalau ujan gini bang aren biasa pakai jas hujan.

Nah itu dia, jas hujan!

Gadis dengan nama senja itu segera berlari kedalam rumah, memasuki kamar abangnya dan mencari jas hujan di lemarinya.

Dapat!

Senja berlari lagi kedepan, mengunci pintu dan memakai jas hujan yang tampak besar di badannya tak lupa membuka sepatu dan kaos kakinya agar tidak basah, lalu di masukkan kedalam kantong plastik.

"Oke, 1 2 3" senja berlari dengan menenteng kantong plastik berisikan sepatu, bibirnya menyunggingkan senyum merasakan dinginnya hawa hujan, aneh sih tapi wajar untuk pecinta hujan sepertinya.

"Senja"

Ia menoleh ke kanan, kiri merasa ada yang memanggilnya, lalu bibirnya kembali lagi menyunggingkan senyum tatkala menemukan arah pemanggil namanya.

"Angkasa!"

Kakinya berhenti melangkah matanya hampir hilang karena senyumnya.

"Kok malah diem, cepetan teduhan" omelan itu membuat senja berlari kedepan ruko yang masih tutup

Angkasa menyusul kedepan ruko, memberhentikan mobilnya dan mengambil payung di bangku belakang. Tangannya membuka pintu kemudian melebarkan payung menyusul senja yang berteduh disana

Tunggu sebentar, ada sedikit deskripsi untuk payung angkasa. Payung ini transparan! Payung yang benar - benar populer di kalangan perempuan dan tentu saja itu pemberian senja. Angkasa tidak seinisiatif itu.

Angkasa melihat senja yang memakai jas hujan kebesarannya tanpa menggunakan alas kaki.

"Kenapa hujan-hujanan sih?"

"Enggak kok ini pakai jas hujan" jawab senja sambil melebarkan tangan menunjukkan jas hujannya

Angkasa menurunkan payungnya, mengulurkan tangan melepas jas hujan yang di pakai senja lalu sedikit merapikan rambut nya yang berantakan

"Kenapa gak bilang kalo gak ada yang nganter? Ini hujan senja dan lagi pergi sekolah"

"Niat ku tadi ingin naik bus angkasa, kan tau bang aren sedang diluar kota" senja mengerucutkan bibirnya.

Ia menghela napas kemudian mensejajarkan tingginya dengan senja.

"Itu sebabnya aku selalu minta bunda agar kamu tinggal dirumahku jika bang aren keluar kota, biar kamu tidak ribet sendiri"

"Makasih, tapi aku masih cukup bisa untuk gak merepotkan bunda"

"Ya sudah, bareng ya? Di larang nolak" senja terkekeh sambil mengangguk, kemudian masuk kedalam mobil sedangkan angkasa melipat jas hujan yang tadi dikenakan senja lalu ikut masuk kedalam mobil

Selama di perjalanan mata senja tak henti mengamati kota yang sedang terguyur hujan itu, kota dengan keramaian dan kemacetan yang tak pernah berhenti.

Angkasa melirik kearah senja dan tersenyum tipis, semua juga pasti bisa melihat bagaimana angkasa melindungi senja

Siapa yang tidak jatuh hati pada senja. Perempuan tangguh dengan segala cobaan yang selalu menimpanya seolah dunia ini membencinya itu kata senja sebelum dia bertemu dengan angkasa. Senyumnya seperti cahaya senja yang menenangkan. Hanya satu kurangnya, dia tak mudah didekati.

Hampir seluruh kaum adam disekolah senja ingin mendekatinya tapi senja seolah menutup diri mungkin jika bisa dia ingin pindah planet saja rasanya tentu saja bersama angkasa

"Senja?" angkasa menepuk pundak senja pelan membuat si empu sedikit terkejut.

"Eh, sudah sampai ya?" senja membuka seltbetnya, ketika hendak membuka pintu mobil, angkasa menahan tangannya lalu memberikan payung yang tadi digunakanya.

"Mau kemana dengan kondisi hujan sederas ini? Sampai kelas pasti basah,pakai payung tadi saja."

"Iya" senja mengambil payung dari bangku belakang dan kembali mrmbuka pintu. Seperti sebelumnya, angkasa kembali menahan lengannya.

"Kenapa?"

"Sebanyak itu jaket di lemari, kenapa tidak dipakai sih? Ini dingin senja.
"Lupa, hehehe" senja menyengir mengambil payung yang diberikan angkasa

Angkasa dengan cepat melepaskan jaketnya, memakaikannya pada senja kemudian menutup kepalanya dengan tudung jaketnya. Angkasa menaikkan resleting sampai ke dagu senja, lalu tangannya dengan lembut merapikan poni senja yang menutupi dahinya.

"Sana masuk"

"Terus angkasa pakai apa?" senja ingin memberikan payung untuk angkasa

"Gak papa yang penting senja sampai kekelas gak basah" senja tampak ragu kemudian mengangguk mengingat keras kepalanya angkasa

Angkasa memandang senja yang berlari kekoridor sekolah. Tak lama ia mengernyitkan dahinya ketika melihat senja meletakkan tasnya didepan kelas dan berlari kembali kearah mobil angkasa

Senja mengetuk jendela disamping angkasa mengisyaratkan agar membuka kaca

"Angkasa ayo, hujannya deras nanti basah kalo gak pakai payung"

Angkasa tersenyum manis kemudian menganggukan kepalanya, angkasa keluar dari mobil kemudian mengambil alih payung dan medekatkan bahu senja padanya agar mereka berdua tidak basah

Alasan apa yang harus aku pilih untuk meninggalkan kamu senja?, bahkan alasan untuk mendiamkanmu saja aku tak punya apalagi untuk marah padamu.

19 maret 2018

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang