Seorang perempuan tertunduk dengan tangisan menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.
rambut hitam legam jatuh menutupi wajahnya, entahlah rasanya ia ingin terjun saja dari atap rumah sakit.
"Senja!" seseorang memanggilnya kemudian dengan cepat memeluk tubuh rapuh itu.
Tangisan senja kembali meraung- raung, tangannya bergetar didalam pelukan kakak satu-satunya itu.
Sedangkan aren mendengar kabar dari orang tua angkasa langsung pulang kembali ke jakarta, padahal ia masih ada pekerjaan di bogor.
Terlebih dia khawatir dengan senja, adiknya itu selalu berada didunia angkasa dan ketika dia mendapatkan kabar angkasa sudah berada pada titik menyerahnya dia tau serapuh apa senja
"Senja dengar kakak, angkasa akan baik-baik saja" aren mengusap bahu adiknya
Bohong!
Senja tau kakaknya itu berbohong, tidak ada yang baik-baik saja disini semua kacau. Angkasanya pergi, panglimanya sudah tidak ada.
Senja mengusap air matanya kasar, kemudian bergerak cepat ketempat orang tua angkasa.
"Tante sebenarnya apa yang kalian tutupin dari senja, apa yang senja gak tau tentang angkasa!" senja berteriak berharap menemukan jawaban yang membuat kepalanya ingin pecah.
"Om pasti tau angkasa kenapa, kasih tau senja om. Angkasa kenapa" senja bergeser menghadap dani ayah angkasa.
Fina rasanya tidak sanggup melihat senja, kesedihan anak itu lebih dari dirinya yang merupakan ibu dari angkasa sendiri.
Ketika fina ingin memeluk senja, tiba-tiba saja senja berdiri berjalan kearah aren dan mengguncang tubuh kakaknya itu
"Kakak pasti tau angkasa kenapa, kasih tau senja kak jangan bikin senja merasa seperti orang buta!"
Aren memejamkan matanya sebentar kemudian memaksakan senyumnya
"Angkasa baik-baik aja senja""KALIAN SEMUA BOHONG! ANGKASA ENGGAK BAIK-BAIK AJA DIDALAM" senja berteriak memukul bahu aren kemudian kembali menangis
Badan senja meluruh terduduk dilantai dingin, mengulang kalimat yang sama sampai terdengar bunyi pintu ruangan yang terbuka.
Senja berlari kemudian berdiri didepan dokter yang baru saja keluar.
"Dok angkasa gak papa kan? Angkasa udah sadar pastikan?" senja mencoba tersenyum membuang semua pikiran buruknya.
"Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi jantungnya sudah tidak berdetak ketika sampai diruangan. Kami coba bantu dengan defibrilator pun jantungnya tetap tidak merespon, kami ikut berduka cita"
Senja terdiam, seluruh tubuhnya kaku. Gadis itu bisa mendengar tangisan histeris fina.
Aren mendekati adiknya yang terdiam, bahkan dokter sudah pergi dari hadapannya tapi senja masih saja terdiam disana
Senja tertawa hambar kemudian berbalik badan menghadap kakaknya yang dengan sigap memeluknya
"Angkasa kalau bercanda emang suka kelewatan hahaha, iya kan kak? Aku mau suruh angkasa bangun dulu" senja berontak dari pelukan aren kemudian berlari masuk kedalam ruangan dingin itu.
Bibirnya bergetar melihat angkasa terbaring diatas brangkar, wajahnya pucat. Dengan pelan senja berjalan mendekati
"Sa bangun aku tau angkasa bercanda" senja mengusap wajar angkasa lembut kemudian beralih menggenggam tangannya.
"Sa gak lucu, ayo bangun nanti aku traktir"
Matanya kembali berkaca-kaca, dadanya sesak seperti terhimpit benda berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
senja
Teen Fictionsenja itu seperti segalanya bagi kebanyakan orang. cahayanya seolah memberi ketenangan sendiri bagi setiap orang dan yang pasti senja selalu saja diperebutkan itu sudah pasti. |warning! Ini cerita pertamaku!|