8

43 1 0
                                    

Keadaan hening melingkupi ruangan putih dengan bau obat disana, seseorang sedang duduk dibangku dekat brangkar menunggu perempuan itu sadar.

Raut khawatir tampak diwajahnya melihat kondisi ketika senja ditemukan.

Tia mendengus emosi mengingat bagaimana tadi dia, rio, aska, yeni dan beberapa anak kelasnya berkeliling mencari senja dan salah satu dari mereka melihat rista bersama dayangnya keluar dari toilet dan menempelkan kertas bertuliskan toilet rusak.

Tentu saja tia sudah yakin pasti perempuan itu dalang dari semuanya. Ketika menemukan senja dengan keadaan mengenaskan tia segera menyuruh aska melapor guru dan menelpon ambulans.

sedangka dia berlari mencari rista dan langsung menjambak rambut gadis ular itu. Sudah cukup main-mainnya pada senja.

Bunyi pintu dibuka terdengar jelas dalam keadaan hening membuat tia menolehkan kepalanya.

"Kak gimana?" tanyanya khawatir ingin mendengar keadaan senja

"Senja kena skizofrenia ringan garis besarnya penyakit mental" aren menjawab sambil memijit pelan keningnya.

Senyum kecil tia berikan pada aren, dia tau pasti laki-laki itu sedang lelah. Harus bekerja keras dengan umur terbilang masih muda.

Umur aren masih berumur 19 tahun, dan untungnya memang aren mempunyai otak cerdas sehingga ia gampang mendapatkan pekerjaan dan ia bersyukur diberikan sebegitu besar kepercayaan.

"Kakak pasti capek, istirahat aja kak kerumah biar tia yang jagain senja"

Aren menggeleng kemudian melepaskan jasnya

"Kakak istirahat disini saja, kamu yang harus pulang istirahat nanti di cariin orang tua. Kalo memang mau pulang kakak anterin"

Sebaliknya tia yang menggeleng merasa dia harus ada disaat senja sadar, lagian supaya aren bisa beristirahat dan dia yang menjaga.

"Gak usah kak, aku jaga senja aja"

Senyum kecil terbit dibibir aren kemudian tanpa sadar menepuk kepala perempuan didepannya pelan.

"Titip senja ya?"

Tia diam terpaku, pipinya sudah merah. Hanya kepalanya yang bergerak mengangguk seolah menyetujui pertanyaan aren.

Aren berjalan kearah sofa, meletakkan jasnya di sandaran kemudian meluruskan badan, mencoba mengistirahatkan badan walau hanya disofa.

Tia mengerjap kemudian kembali memandang kearah brankar senja, menggigiti kukunya.

"Sial kak aren bikin baper" tia menggerutu kecil takut kedengaran orangnya.

🌊🌊🌊

"ENGGAK!" teriakan nyaring kembali terdengar membuat aren membuka matanya cepat.

Dilihatnya senja berteriak menjambaki rambutnya dengan tia yang memeluk senja dari samping sambil menangis.

Aren bergerak cepat mencoba menenangkan senja sambil menekan tombol urgent didinding untuk memanggil dokter.

Senja berontak berusaha turun dari brankar dan mengambil gelas diatas meja nakas.

Tia mencoba mendekat langsung termegap ketika senja menyiram wajahnya dengan air didalam gelas yang dipegangnya.

Dengan kuat senja mengayunkan gelas kearah lantai dekat kaki aren hingga pecah berkeping-keping.

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang