4

40 3 0
                                    

"Senja"

"Iya?" senja menoleh dengan senyum manis

"Kurang-kurangin makan manis, harus makan sayur, jangan ceroboh lagi, selalu bawa jaket kesekolah walaupun hari cerah, inget semua yang selalu aku ajarin"

"Kan ada angkasa" senja menyengir sambil memakan harum manisnya

"Senja tak selamanya aku berada disini"

"Loh memang angkasa mau kemana?"

Angkasa menghela napas berat pandangannya terarah ke senja sepenuhnya kali ini

"Senja setiap orang itu akan datang dan pergi itu sudah hukum dunia tak bisa dirubah, aku sudah mengajarkan banyak hal padamu senja agar jika sewaktu - waktu tadir memisahkan kita kamu sudah mengerti banyak hal"

"Gak, angkasa gak boleh pergi!" senja menggeleng kuat, matanya mulai berkaca-kaca berbagai pikiran buruk berkecamuk dalam kepalanya. Apa dia terlalu merepotkan angkasa sampai laki-laki itu ingin pergi?

"Senja dengarkan aku, aku tau ini berat tapi aku tak bisa selamanya berada di hidupmu. Aku juga tak mau jauh dari mu tapi takdir memaksaku, aku yakin pasti ada yang akan lebih menyayangimu nantinya senja lebih dari aku menyayangimu"

Air matanya sudah berjatuhan kepalanya terus menggeleng dan mulai memukul angkasa yang awalnya pelan semakin kuat. angkasa tak tega melihat senja seperti itu. Dia menarik badan mungil itu, mendekapnya dan terus mengelus lembut rambutnya

"Senja cuma mau angkasa, cuma angkasa!" senja tetap menggeleng didada angkasa

"Senja gak bakal ngerepotin lagi, gak bakal minta yang aneh-aneh lagi, gak akan nakal. Senja janji angkasa"

Angkasa tersenyum tetapi tidak hatinya rasanya ia belum sanggup meninggalkan senja, tapi apa dia bisa melawan takdir?

"Senja hidup itu penuh dengan sifat antonim termasuk datang dan pergi, hidup dan mati,berjumpa dan berpisah. Senja masih punya banyak teman, masih ada tia, rio,aska, teman kelas, aku bukan segalanya senja"

"AKU MAUNYA ANGKASA!" tangis senja semakin menjadi, senja berontak berusaha melepaskan pelukannya tentu angkasa menahannya dia tak mau berpisah dengan keadaan senja seperti ini

"aku antar kamu pulang" angkasa melepaskan pelukannya, tangannya terulur ingin menghapus air mata senja yang ditepis pelan oleh senja, sepertinya perempuan ini benar-benar marah padanya.

Senja memalingkan wajahnya bersedekap dada, untuk pertama kalinya ia menangis karena angkasa. Senja bahkan tak pernah sekalipun memikirkan kalau angkasa akan pergi dari hidupnya. Hanya tersisa angkasa dan sekarang dia juga akan pergi? Dunia ini memang hanya mempermainkannya!

Angkasa berdiri mengambil tangan senja untuk digenggam tetapi langsung disentak gadis itu lalu berlari menjauh dari angkasa

Angkasa hanya bisa tersenyum kecut, dia tau bagaimana perasaan senja. Sejak ibunya meninggal, senja menggantungkan hidupnya pada angkasa. Hanya angkasa yang selalu menyemangatinya, selalu berada disampingnya dan selalu menuruti kemaunnya tak pernah memarahinya sekalipun senja bersikap menyebalkan.

Angkasa berlari menyusul senja takut perempuan itu ntah pergi kemana nantinya.

Senja sendiri terus berlari tak tau entah mau kemana, rasanya ia ingin keluar saja dari bumi ini, apalagi yang bisa di harapkan senja disini? Ibu yang selalu ingin ia banggakan telah tiada, ayah yang seharusnya menuntunnya hilang entah kemana dan sekarang pun angkasa ingin meninggalkannya?

"Dunia egois!" senja menjerit dalam hati.

~~~

Angkasa panik, dia sudah mencari senja Tapi gadis itu tak terlihat dimanapun. Harusnya tadi angkasa tak melepaskan senja ini salahnya, tadi angkasa mencoba memastikan menelpon rumah senja dan kebetulan di angkat mbak sri yang selalu datang setiap pagi dan sore memberesi rumah dan mbak sri bilang senja tidak ada dirumah

Hari sudah gelap, terlintas dikepalanya untuk kembali mencari senja di taman. Dengan napas yang sudah tak beratur angkasa berlari ketaman.

Sesampai ditaman angkasa melihat seseorang duduk disebuah bangku yang lampunya mati memeluk lutut dan menenggelamkan kepalanya.

Angkasa lega, napasnya sudah tingal sepenggal-sepenggal berharap mendapatkan pasokan oksigen lebih.

Kakinya berjalan lambat mendekati perempuan itu kemudian mengelus rambutnya angkasa kembali mendengar suara tangis

"She-nja" panggil angkasa terbata merasakan jantungnya mulai sakit

Senja mendongak melihat angkasa tersenyum kecil dengan bibir pucatnya, napasnya tak beraturan. Angkasa duduk disamping senja, senja belum menyadari keadaan angkasa, senja malah melihat kearah lain

Angkasa tersenyum menarik pundak senja untuk mengahadap kearahnya kemudian merapikan dan mengelus rambut senja, menhapus jejak air matanya, mengelus pipinya kemudian sedikit menegakkan duduknya mendaratkan bibirnya pada dahi senja sambil memejamkan matanya. Cukup lama hingga senja merasakan hal janggal

Baru saja senja hendak menegur angakasa tetapi lelaki itu sudah kembali menatapnya. Senja memperhatikannya, bibirnya pucat, matanya sayu dan napasnya belum juga teratur. Senja merasa aneh dan khawatir

"Senja, jangan pernah pergi sendiri lagi, ajak bang aren atau tia atau siapa saja yang bisa menjagamu, jangan nakal karena tak semua bisa mengerti sikapmu" angkasa berhenti sejenak merasakan oksigen mulai menipis

"Aku selalu bersamamu senja, angkasa tak pernah meninggalkan senjanya. Hanya saja kamu harus belajar mandiri sekarang, karena senja sekarang sudah besar. Panglimanya ini tak perlu lagi mejaganya, tugasnya sudah selesai"

Angkasa tersenyum lemah kemudian memeluk senja erat rasanya ia sudah tidak tahan lagi jantungnya semakin lambat berdetak oksigen pun mulai tak mengisi paru-parunya

Senja menangis sejadi-jadinya merasakan pelukan angkasa seolah itu pelukan terakhirnya.

15 menit tangis senja mulai berhenti hanya tinggal sesenggukannya tangannya menyentuh lengan angkasa dan merasakan dingin

Jantungnya berdetak keras, panik mulai menyerangnya. Dengan cepat senja menyandarkan angkasa kekursi dan melihat angkasa tak lagi sadarkan diri. Jantungnya berpacu cepat mencoba menolak apa yang ia bayangkan dengan bergetar tangannya mencoba merasakan denyut nadi angkasa

Berhenti, denyut nadi itu hilang. senja menggeleng kemudian memanggil-manggil angkasa bahkan menggoyangkan badan angkasa, air matanya sudah tak bisa ia tahan

Senja segera berlari dan meminta tolong pada orang sekitar, menggelapkan mata tentang apa yang dipastikannya.

Dunia mengutukku agar aku selalu sendiri, sekarang ia mengambil angkasa. Seharusnya angkasa tak berteman denganku, lihatlah apa yang aku lakukan padanya. Maaf kan aku angkasa, sepertinya memang cinta, kasih, dan sayang tak ada dalam hidupku.

27 maret 2018

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang