3

66 6 0
                                    

Angkasa mengehempaskan badannya ke kasur melepas lelahnya, matanya memejam berharap pusingnya itu bisa sirna begitu saja.

Tiba -tiba saja angkasa merasakan ada yang mengalir dari hidungnya, angkasa tak terkejut karena hal seperti ini sudah sering terjadi terlebih beberapa minggu ini.

Setiap pulang sekolah angkasa pasti mimisan, bahkan parahnya semalam darahnya keluar ketika angkasa disekolah untung dia sedang tidak bersama senja.

Ya, senja tak pernah tau jika sedari kecil angkasa seperti ini. Yang senja tau hanya angkasa yang berani, angkasa yang menciptakan banyak hal, dan angkasa yang melindunginya.

Angkasa masih belum bergerak, bahkan membuka mata saja dia enggan. Dia merasakan darah terus mengalir dari hidung dan tiba - tiba pintu kamarnya terbuka

"Angkasa Ya ampun nak kamu mimisan!" angkasa segera duduk dan langsung di sambut usapan lembut tangan ibunya.

Fina, ibu angkasa tentu saja khawatir. Selama ini ia selalu berusaha menjaga pola makan angkasa, selalu memperhatikan fisik angkasa, selalu mengingatkan angkasa untuk rutin berolahraga.

Fina pun tak bisa menyalahkan siapapun disini, angkasa mendapatkan penyakitnya ini dari mamanya yang memang merupakan penyakit turunan

"Kamu ngapain aja akhir -akhir ini sampai mimisan terus?" fina menatap cemas angkasa kemudian memberikan tisu pada anaknya itu

"Memangnya apa lagi tugasku dibumi ini bu?"

Angkasa tersenyum sambil mengelap hidungnya. Dia tau ibunya itu khawatir dengan keadaannya tapi baginya hanya senja yang terpenting, dia sudah beranggapan bahwa tujuannya di bumi untuk mengajarkan senja banyak hal

Sedangkan fina dia tau maksud jawaban anaknya itu, jawaban dari segala hal angkasa hanya senja, sudah itu saja. Bahkan alasan angkasa masih bertahan pastilah senja.

Katanya dia masih belum mengajarkan banyak hal pada senja jadi dia belum menyerah pada dirinya dan untungnya bumi juga belum menyerah akan dirinya.

"Beri tau senja saja ya?"

"Tidak bu, aku tak mau menjadi lemah hanya karna senja tau"

Fina kembali menatap angkasa, dia tak pernah marah pada senja karena baginya senja juga anaknya.

"Senja pasti mengerti angkasa, biar dia tau tentang keadaan kamu" fina kembali membujuk angkasa

"Bu, aku tau senja akan mengerti tapi aku yang tak mau senja tau, aku merasa menjadi laki - laki paling tidak berguna jika sampai senja tau dan tak lagi merepotkanku. Bagiku hidupku ini sebagai pengganti ayah senja, aku harus mengajarkan banyak hal padanya dan sekarang ini waktunya ibu."
Angkasa menyumpalkan tisu pada hidungnya kemudian tersenyum pada ibunya seolah - olah mengatakan bahwa semuanya akan baik - baik saja.

"Semakin hari waktu ku semakin habis bu, ada beberapa hal lagi yang harus ku ajarkan padanya. Aku harap ibu tetap menyayanginya ketika dia sekali lagi harus kehilangan orang yang ia sayang. Dan ku harap juga dia mengerti pelajaran terakhir yang akan aku ajarkan"

Fina tak sanggup mendengar perkataan angkasa tangannya tergerak memeluk anaknya itu dan menangis dalam diam. Sedangkan angkasa memejamkan matanya, harapanya ini tak menjadi pelukan terakhir bersama perempuan yang tak pernah mengeluh mengurusinya.

Keheningan menyelimuti mereka sampai akhirnya terdengar bel pintu. Fina mengusap lembut rambut angkasa kemudian berdiri hendak membuka pintu.

Ketika fina membuka pintu tampak senja dengan dress selutut tampak manis dengan senyumnya.

"Ma, angkasanya ada?"

"Ada"

"Boleh senja ajak main gak?"

Fina diam memutar isi kepalanya mencari kata yang pas untuk menjawab pertanyaan senja. Senja sempat heran melihat fina terdiam ketika dia hendak kembali menyaut tiba-tiba saja angkasa datang dengan celana selutut dan hodie abu-abu kepalanya tertutupi tudung hoodie nya

"Bu, aku pamit ke taman sama senja"

"Tapi ka-"

"Tak apa bu, aku pamit dulu."

"Senja pamit ma"

Akhirnya fina hanya mengangguk dan mengucapkan hati-hati pada kedua anaknya itu

~~~

"Angkasa mau makanan yang disitu!" senja menunjuk deretan penjual makanan di taman

"Makan yang deket rumah makan aja ya?" angkasa membujuk senja

"Gak mau angkasa, mau yang disitu!"
Akhirnya angkasa mengangguk, mengalah pada senja.

Baru saja hendak berlari kekerumunan penjual dan pembeli disana angkasa menarik dan menggenggam tangannya

"Angkasa lepas ihh, mau lari kesana" senja berusaha menarik tangannya

Angkasa tak mendengarkan lalu memasukkan pegangan tangannya kekocek hoodie mengikuti tangan sebelahnya.

Senja menoleh berkedip sekali "angkasa kenapa?"

"Disana ramai, nanti hilang senja kan cebol" angkasa memasang senyum jailnya

Senja menatap angkasa datar, kemudian mencebikkan bibirnya. Ya dia memang pendek sih tapi kan tidak cebol hanya pendek saja, Iya begitu.

"Jangan cemberut gitu, cepet mau beli yang mana, aku traktir"

Senja tersenyum kemudian menunjuk harum manis "mau itu ya?"

"Senja itu gak baik dimakan bikin sakit gigi"

"Ah angkasa, pengennya ituuu" senja merengek pada angkasa

"Senja kemarinkan baru makan itu"

Senja diam menatap angkasa sebal, lalu melihat kearah lain. Melihat itu akhirnya angkasa berjalan kearah penjual harum manis

"Bang, harum manisnya satu ya" angkasa berkata ramah, sedangkan senja hanya senyum-senyum gak jelas

Ketika senja sudah mendapatkan harum manisnya mereka berjalan kearah kursi taman

Percayalah remaja yang melihat mereka akan berfikir kalau mereka itu pasangan yang sangat serasi tapi nyatanya mereka tak memiliki status apa-apa. Angkasa dan senja nyaman dengan keadaan seperti ini hanya diam tapi tau kalau masing-masing saling menyimpan rasa

Angkasa memilih bangku ditempat yang agak sepi, senja masih saja fokus dengan harum manisnya.

Angkasa menghela napas berat, ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya pada senja tapi dia harus mengatakannya.

Pelajaran terakhir dan salam perpisahan untuk senja.

Ini waktunya mengajarkan 1 hal terakhir padamu senja, berat rasanya tapi aku harus mengajarkannya. Aku sama sepertimu membenci dunia ini yang selalu memperlakukanmu tak adil dan selalu merenggut orang yang kamu sayang. Ingatlah satu hal angkasa tak pernah meninggalkan senjanya.

26 maret 2018

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang