2

79 6 0
                                    

Mungkin benar yang di pikirkan Senja tadi pagi, sekarang ini sedang musim hujan. saat bel istirahat berbunyi tia sahabat senja, langsung mengajaknya ke kantin dan saat melihat keluar hujan masih saja turun deras.

Senja hanya menurut, jaket Angkasa yang tadi dipakainya sekarang hanya disampirkan di bahunya. Ketika baru saja masuk kekantin angkasa sudah menunggunya disana.

"Waduh majikannya udah nungguin aja disini" seloroh Tia, Senja hanya mencebikkan bibirnya kearah Tia

"Tia Senjanya dipinjam boleh ya?"

"Boleh, gak dikembaliin juga boleh!" Tia kembali mengerjai Senja yang mendapatkan senggolan bahu dari Senja

"Kalo gitu kita pergi dulu ya Tia" Angkasa melambaikan tangannya yang dibalas oleh Tia.

Tia masih memperhatikan Angkasa dan Senja baru saja mereka berjalan 5 langkah mereka kembali berhenti Angkasa mengikat tangan jaket yang dikenakan Senja merapikan sedikit rambutnya kemudian menarik lengan jaket yang tadi diikatnya. Senja hanya tersenyum dan menurut

Ah Tia jadi iri, kapan dia diperlakukan seperti itu?, lama-lama berdekatan dengan Angkasa dan Senja bisa-bisa merubah Tia menjadi hewan buas melihat tingkah mereka. Rasanya pengen Tia gigit

Tia tak sadar jika sedari tadi ada seseorang dibelakangnya ikut mengamati apa yang dilihatnya

"Kasian jomblo cuma bisa liatin" bisiknya di telinga Tia menbuat cewek itu sedikit berjengit kaget dan membalikkan badannya

Dasar Rio kutu kupret!

"Ya sadar diri aja sih ya, gue jomblo happy. Lah situ jomblo gak bisa move on dari mantan" Tia mengibaskan rambutnya kemudian menginjak kaki Rio membuat pemiliknya meringis sakit dan mengumpat.

~~~

"mau kemana sih Angkasa?" Senja masih mengikuti tarikan angkasa pada lengan jaketnya

"Ke roftop aja makan bekal" Angkasa masih fokus melangkahkan kakinya pada anak tangga. Senja mengernyitkan dahinya, kan roftop gak ada atapnya, basah dong entar?

Senja memilih diam saja mengikuti apa lagi kelakuan Angkasa kali ini. Karna selama dia bersama Angkasa pasti ada saja yang ia lakukan untuk menciptakan yang tidak bisa itu menjadi bisa.

Ketika Angkasa membuka pintu roftop, Senja langsung takjub melihatnya. Disana terdapat sofa walau bukan sofa yang bagus tapi masih layak digunakan. Atapnya terbuat dari terpal yang di pasang sengaja miring agar air jatuh searah dan di beri talang agar tidak memercik. Dan yang pasti Senja masih bisa menghirup wangi hujan yang menenangkan

Senja segera berlari dan duduk disofa berwarna biru tua itu.
"Angkasa yang buat?"

"Iya, sengaja pakai terpal biar gak bising dan sengaja juga di rooftop karna aku tau Senja suka bau hujan"

Senja tersenyum kemudian mengangguk merasa terharu diperlakukan seperti ini.
"Makasih Angkasa"

Angkasa hanya mengangguk kemudian ikut menyusul duduk di sofa dan meletakkan sebuah bekal di pangkuan senja

"Makan, tadi istirahat pertama gak makan kan?"

Senja mengangguk kemudian membuka tutup bekal, yang harus kalian tau disini angkasa lah yang memasak bekal, senja tau itu makanya dia tak menolak dan lagi masakan angkasa itu gak diragukan. Masak telor aja bisa enak banget.

Senja menerka apakali ini menunya, baru saja tutup bekal itu terlepas senja menutup rapat mulutnya.

Angkasa yang tau kenapa senja diam terseyum kemudian mengarahkan tubuhnya menghadap senja
"Harus dimakan, ini musim hujan kalo gak makan sayur nanti cepat sakit"

"Gak mau ah angkasa ini pait" senja meletakkan bekalnya kepangkuan angkasa menutup mulutnya dengan tangannya. Angkasa ini, kan bisa dengan sayur kangkung atau wortel kenapa pula harus brokoli.

Angkasa kembali tersenyum tak ada rasa kesal karna senja tak mau memakan bekalnya karna angkasa tau betul senja tak pernah suka brokoli.

"Senja i-"

"Gak mau angkasa, itu pait" senja menggelengkan kepalanya mengunci rapat mulutnya.

"Yasudah aku yang makan brokolinya kamu makan sosis dan ayamnya saja"

Senja beruntung bukan? Hanya angkasa yang mau mengalah dengannya, tak pernah memaksakan egonya sekalipun senja yang salah.

Senja tersenyum sampai matanya segaris kemudian menyuapkan nasi dan lauk kedalam mulutnya, lalu menyuapkan nasi, lauk dan brokoli untuk angkasa
"Ahngkwasa inhi enhwak"

"Jangan makan sambil ngomong senja, gak baik nanti keselek"

Begitulah angkasa selalu menasehati senja jika salah tapi tak pernah memarahinya dan anehnya senja menurut padahal senja itu orang yang keras kepala.

Angkasa membaringkan badannya disofa kemudian kepalanya berbantalkan pangkuan senja. Melihat angkasa memejamkan matanya senja memakan suapan terakhir kemudian meletakkan tempat bekal di meja. Tangannya mengusap rambut angkasa berulangkali membuat angkasa merasakan nyaman yang hanya didapatkannya dari senja

Senja dan angkasa itu sudah berteman sejak smp. Waktu itu angkasa sedang berjalan pulang kerumah, lalu matanya tak sengaja menatap sosok perempuan duduk di trotoar jalan karna penasaran angkasa medatangi perempuan itu

"Hei, kok kamu nangis?" senja yang mendengar seseorang bertanya mendongakkan kepalanya
"I-ibu ku p-per-gi" angkasa mengerutkan dahinya bingung, kemudian dia menarik tangan senja berinisiatif membawa senja kerumahnya.

Ketika sampai didepan rumah ibunya segera berlari dan memegang kedua pundak senja dan menenangkannya disitu angkasa tau kabar duka tadi pagi ternyata ibu senja. Sedangkan ayah senja entah hilang kemana, dari situlah angkasa menjaga dan mengajarkan senja banyak hal

Senja kembali memandangi wajah angkasa. Berulang kali mengucapkan terima kasih dalam hatinya

Sampai saat ini aku masih memijak bumi karnamu angkasa, setiap hari cemasku semakin bertambah takut kamu meninggalkanku dan aku terpuruk sendiri dibumi ini. Bagaimana caraku bisa hidup disini jika alasanku untuk hidup hilang?
Jadi, tetaplah disini angkasa.

20 maret 2018

senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang