Bab 2.seorang Gadis cantik

88 44 6
                                    

Sinar sang Fajar telah terbit menyinari  kota kecilku saat ini. Semua orang mulai beraktivitas sesuai pekerjaan mereka masing masing. Semua terasa tidak seperti biasanya bagaikan melewati sesuatu entah apa itu namanya.apakah itu mimpi? Atau imajinasi ku saja? Ahh mungkin aku hanya terlalu lelah mengerjakan tugas ibu gendut itu.

Aku Fania seorang gadis SMA jayasakti yang duduk dibangku kelas 1.aku cukup berprestasi disekolah hampir seluruh olimpiade tingkat nasional berhasil ku raih.Namun tidak ada lagi ibu dan ayah yang selalu menyemangatiku,mereka meninggal karena tidak bertanggungjawabnya para oknum nan keji tersebut.Sudahlah cerita lama tidak perlu diungkit kembali.aku berparas Cantik diantara teman teman kelas ku. Dengan darah keturunan bangsawan Belanda,terkadang banyak juga yang mengatakan aku oplas namun aku tidak memperdulikan melodi yang keluar dari indra pengucap tersebut.bukannya menghujat berarti tidak menyanyangi diri sendiri?

Hari hariku berjalan layaknya anak normal lainnya.Bersekolah, bermain dan mengerjakan kegiatan lainnya.semua itu merupakan rutinitas yang dilalui pelajar sepertiku.Namun seorang gadis cantik sepertiku tidak selamanya merasakan kebahagiaan karena menginap penyakit kanker hati yang sudah stadium 4.aku sendiri sudah berjuang selama setengah Bulan untuk melawan penyakit ini. Namun untuk keadaan seperti ini kuharap keajaiban itu nyata.bukannya berharap itu diperbolehkan?jadi aku berimajinasi tinggi untuk kesembuhan penyakit yang dianggap parasit oleh para masyarakat setempat.

"Dimana ada kemungkinan disana ada peluang".kata kata ini mengingatkan ku kepada dirinya sosok yang teguh nan gagah seperti rajawali.ahh andaikan imajinasi ku itu nyata bukankah sebuah kado kecil dari tuhan?gadis cantik seperti ku hanya pandai berimajinasi hal hal yang konyol yang mungkin dianggap orang lain sungguh tidak berfaedah.

Tiba tiba... Perut bagian kiriku sangat sakit seperti ada tusukan tombak yang menusuknya.aku langsung tergeletak dilantai menahan perih  dan tangis."Apakah ini hari terakhirku?" Dengan bibir bergetar ku sempatkan menyebut namanya." Jika ini hari terakhir gadis sepertiku.bolehkah kuberkata jangan ada lagi gadis cantik lainnya bernasib sama biarkan dalam sejarah hanya aku yang merasakan gadasnya penyakit ini".Dan seketika pandangan ku mulai kabur dan nafasku seperti diujung maut.setiap perjuanganku sekarang berakhir dengan demikian.tersenyum... Itulah yang mengakhiri segalanya.

Dimensi RuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang