part 4

1.7K 156 7
                                    

"Sulistio! Kamu berani ya nyontek saat pelajaran saya? Jadi selama ini nilai kamu bagus karena dapet sontekan?!"

Bu Roma ini memang terkenal sebagai guru yang gak kalah killer dari Ms. Nela.

Entah, di sekolah ini terlalu banyak guru killer.

"Bukan saya, Bu. Ini tadi saya dapet dari Bernard, Bu," ucap Badak memelas.

Merasa terpanggil, Bernard pun membela diri, "Apa-apaan lo, Dak! Enggak Bu, bukan dari saya. Dari si Billy tuh Bu."

Billy yang masih sibuk untuk mengelap ingusnya pun juga mencoba untuk membela diri, "Bukan Bu, bukan saya. Dari si Gemes tuh, Bu."

Dan teruslah terjadi pelemparan tuduhan tak berdasar itu.

Dari Gemes ke Eka.
Dari Eka ke Waskito.
Dari Waskito ke Ambon.
Dari Ambon ke Agus.

Dan gak kelar-kelar.

"Sudah diam kalian semua! Sekarang pegang kertas kalian masing-masing dan diangkat ke depan wajah kalian!"

Akhirnya kami semua pun mengikuti perintah Bu Roma dengan rasa dag dig dug yang gak karuan.

"Sekarang, robek kertas ulangan kalian! Dan saya akan bilang ke wali kelas kalian, bahwa siswa 12 IPA 2 tidak ada yang mau mengikuti ujian Sejarah," ucap Bu Roma tegas.

Langsung banyak yang mendumel dengan suara pelan, karena tidak terima dengan apa yang Bu Roma bilang. Tapi mau bagaimana pun, kita gak berani untuk protes ke beliau.

"Saya hitung 1-3, kalau belum ada yang robek kertas ulangannya, saya gak akan pernah masuk --"

Belum sempat Bu Roma menyelesaikan perkataannya, sudah terdengar bunyi *srekk* *srekk* khas kertas dirobek dengan serentak.

Ya, 12 IPA 2 dengan mutlak merobek kertas ujian di depan gurunya sendiri. Bu Roma hanya tersenyum sinis memandangi anak kelas 12 IPA 2 yang sekarang sudah pada manyun.

Iya, termasuk gue. Manyun tingkat parah.

Dan gue pun nyesel, karena si Badak ketauan kan juga garagara gue.

"Sekarang, kalian semua ikut saya ke lapangan. Mungkin matahari bisa menjemur otak kalian agar kalian tidak mengulangi perbutan kriminal seperti mencontek."

Sadis macam Afgan.

Hukuman masih terus berlanjut ternyata.

Dan di sinilah kita, anak 12 IPA 2 yang lagi jadi bahan tontonan temen se-angkatan, adik kelas, penjaga kantin, bahkan sampe satpam pun ikut menonton kita.

Jadi hukumannya, kita disuruh ngomong 'saya tidak akan pernah mencontek lagi' ke 15 orang yang berbeda terutama adik kelas. Setelah itu, kita minta tanda tangan ke 15 orang tersebut.

Gue berasa diospek lagi, guys.

Yang cowok sih pada kedemenan, jadi ada bahan modusan buat para degem.
Nah para kaum cewek? Mau di ke manain harga diri kita?

"Sadis banget emang. Udah kita kehilangan nilai ulangan, kita pun harus kehilangan harga diri kita sebagai senior coba," ucap Siti sewot.

"Iya, seenggaknya ini kan bukan salah kita. Ini kan gara-gara si Rissa sama Badak, kenapa kita semua yang kena, sih?" ucap Lala dengan sarkas.

Iya, gue denger kok nama gue disebut. Tapi Hayati mah sabar kok, Bang.

"Capek gue, udah belajar dari semalem padahal. Gue udah feeling bakal ulangan, dan ternyata bener. Padahal gue udah ngerjain sampe nomor 30 dan akhirnya gue ngerobek hasil kerja keras gue sendiri. Kit ati gue mah." Kini Mellin yang buka suara.

"Yang disindir kok ganyadar, sih?" ucap Ica dengan suara yang lebih nyaring.

Gue cuma bisa mengatur napas, menahan emosi.

Iyalah, kalo gue emosi, nanti muka gue berubah kayak Hulk. Nanti kalo Rafa liat, gue kan malu.

"Heh para lambe turah! Pada gabisa diem ya lo? Emang lo gak denger tadi peraturan Bu Roma apa? Kalo ada satu orang yang salah, ya semuanya juga kena. Misalnya lo lo pada yang berbuat salah, kita semua juga kena. Yang lain aja biasa aja, kok lo semua ribet sih?"

Nah ini nih, suara temen sebangku gue.

Arum emang jagonya ngebela temennya. Udah kayak tameng deh.

Ica mendelik sinis. "Misal gue dan yang kata lo geng lambe turah yang salah kan? Cuma misal kan? Nyatanya bukan kita yang salah, tapi si Rissa yang salah."

Dan terjadilah percekcokan mulut yang berlangsung lumayan lama.

Dan itu, cukup membuat gue pusing.

Dan gue lupa, gue belom makan dari semalem.

Akhirnya dengan pandangan yang terus membuyar dan kabur, seketika
















BRAKKKKKK










































"Bu, Oman pingsan!!!"

1 Kelas, 42 Rasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang