Pasca kejadian kemarin, kelas 12 IPA 2 jadi sedikit merenggang.
Bukan karena Oman pingsan.
Tapi, gara-gara hukuman yang menurut anak cewek gak adil itu.
Iya, masih sering gue disindir-sindir sama temen sekelas.
Dan gue, cuma bisa diem sambil nyengir-nyengir watados, karena gue gak mau ada masalah sama temen sekelas.
"Rum, si Oman gak masuk hari ini. Biasa lah," ucap Hafiz pada Arum yang notabene-nya sebagai sekretaris.
Iya, Hafiz itu best friend forever-nya Oman.
"Pasti mencret-mencret tu orang," ucap Arum sambil menulis keterangan sakit pada nama Oman.
"Woi! Ayo pada keluar! Pak Har udah nunggu di lapangan!" teriak Kiki.
Akhirnya dengan santai dan tanpa malu, anak lelaki langsung mengganti bajunya di dalam kelas.
"Yang anak cewek pada gak ganti baju?" tanya Aldi sok polos.
"Ya menurut lo aja, Di," jawab Putri malas.
"Woi! Sana kek yang cowok pada keluar!" teriak Ica.
"Duh, gece dong! Pak Har udah nungguin!" teriak Tiara.
"Woi! Apa susahnya si keluar doang, anak cewek mau ganti baju." Manda pun ikut-ikutan teriak.
"Ya kalian aja yang keluar, kan kalian yang mau ganti baju. Dasar cewek, makhluk ribet." Ucapan si Agus, malah membuat suasana kelas kian memanas.
"Heh! Mak lo juga cewek ya!"
"Lo dilahirin juga dari rahim cewek!"
"Cowok tuh gabakal sukses tanpa dukungan dari cewek!"
"Gue sumpahin lo gak dapet cewek seumur hidup!"
Dan sumpah serapah selanjutnya.
Begitulah perempuan, akan membalas dengan jutaan kalimat, padahal si lelaki hanya mengucapkan satu kalimat.
"Dah yok yang cowok pada keluar. Kita main futsal dulu," ucap Rafa menenangkan suasana.
Ini yang bikin gue suka sama dia, dia terlalu dewasa untuk menyikapi suatu masalah. Ahay.
"Nah, gitu dong kek si Rafa!"
"Emang ya cowok di kelas yang bener cuma si Rafa."
"Iya, dan yang paling bobrok noh si Badak."
"Duh Aa Rafa, pengertian banget."
Dan anak lelaki hanya mendengus pasrah sambil keluar kelas.
Untung anak cowok di kelas gue sabar semua.
Gak deng, boong.
"WOI TUTUP WOI PINTUNYA WOI!!"
"WOI ITU HORDENG TUTUP, NANTI SI AMAR NGINTIP!"
"DIH AMAR MAH GAK SUKA NGINTIP, SI AGUS NOH."
"WOI DIEM KEK BUSET DAH."
Dan gue, hanya bisa menggelengkan kepala melihat suasana kelas yang gak pernah ada ademnya.
Niatnya pengen ikut bikin heboh, tapi bukannya sekarang lagi ada jarak di antara kita?
Asoy.
Bukan takut kok, hanya menghindari masalah.
Dordordordor.
Bukan, itu bukan suara tembakan beneran maupun tembakan yang beli di abang-abang yang pas ditembak keluar aer.
Tapi itu suara gedoran super heboh, yang sudah diketahui siapa pelaku penggedoran tersebut.
"SABAR KEK. GATAU APA KALO CEWEK TUH LAMA GANTI BAJUNYA!" teriak Lala.
"CEPETAN, KALIAN UDAH DI DALEM SELAMA SETENGAH JAM!" teriak Ambon.
Iya, Ambon emang jago bener dalam hal gedor-menggedor.
Mungkin udah biasa gedor-gedorin rumah tangga orang kali ya.
Akhirnya setelah kaum cewek udah selesai pake baju olahraga, kita semua langsung menuju ke lapangan.
Dan Pak Har hanya geleng-geleng kepala sambil melihat jam tangan.
"Kalian langsung masuk barisan. Kita pemanasan dulu. Besok-besok jangan kelamaan lagi ganti bajunya," ucap Pak Har sabar.
"Maaf, Pak, tadi soalnya digangguin sama anak cowok," ujar Bunga yang malah mengundang peperangan kembali terjadi.
"Apa-apaan! Gak, Pak, emang makhluk yang bernama cewek itu pada lemot dalam semua urusan," kata Billy sewot.
"Lah, kita gak ada yang namanya cewek, kok."
Pak Har terus menggeleng-geleng sambil angguk-angguk kayak lagu Project Pop. Mungkin udah terlalu pusing.
"Kita langsung mulai main aja deh. Udah panas denger perdebatan kalian soalnya," ucap Pak Har mulai jengah.
Akhirnya 12 IPA 2 mulai menyebar di lapangan. Terbagi dari beberapa kelompok, yang anggotanya terdiri dari perempuan dan laki-laki.
Kelompok gue, giliran main.
Dan lawan kelompok gue, kelompok Rafa yang jaga.
Kita main Rounders, dan fyi, gue sama sekali gak jago dalam hal olahraga.
Splasss
Pukulan pertama gagal.
Splasss
Pukulan kedua gagal.
Ctakkk
Pukulan ketiga akhirnya berhasil.
Iya, gue sama sekali gak bisa mukul pake tongkat rounders. Walaupun ini berhasil, pasti karena tingkat kehokian gue aja.
Akhirnya, gue langsung lempar tongkat, dan berlari sekuat tenaga gue.
Base 1, cek.
Base 2, cek.
Wagelazeh, gue mahir amat nih larinya.
Base 3 udah di depan mata, tapi tiba-tiba ada bola yang entah dari mana datengnya, langsung ngegelinding di depan gue. Dan gue dengan enaknya kepeleset sambil nyusruk di lapangan.
Sakit, gengz.
Anak cewek yang kemaren ngomongin gue, lagi ketawa dengan sekeras mungkin, sampe-sampe gue mikir kalo mereka lagi make toa musala.
Dan tiba-tiba punggung gue pun kayak dilempari sesuatu.
"Lo kalah, Ris. Maaf, ya."
Itu suara dia. Ternyata Rafa yang udah ngenain bola rounders ke tubuh gue yang ringkih ini.
"Yuk, bangun. Lo gak papa, kan?"
Fisik gue gak papa, Raf. Tapi please, hati gue lemah untuk menghadapi kebaperan ini ....
![](https://img.wattpad.com/cover/133947655-288-k40812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Kelas, 42 Rasa ✔️
HumorDi sinilah gue berada, dalam 1 kelas yang dipenuhi dengan 42 murid luar biasa. Dengan watak-watak yang selalu membuat gue menggelengkan kepala, tapi setidaknya mereka yang membuat masa putih abu-abu terasa indah. Mau tau rasa apa aja yang ada di ke...