10.Aku mencintaimu. . .

17.3K 714 26
                                    

Suara derap langkah kaki terdengar menggema memasuki sebuah rumah yang gelap tampa pencahayaan.Sunyi,sepi seperti sebuah rumah yang tak berpenghuni.

"Marry,kenapa lampu rumah mati!"suara pemilik rumah yang tak lain adalah Revan sedang berteriak memanggil maid yang bekerja dirumahnya.

"Marry dimana kamu?"

Revan menyalahkan senter yang ada diponselnya untuk memberi penerangan pada jalannya.Ia menuruni tangga sambil memanggil nama-nama maid yang bekerja dirumahnya tapi yang dipanggil sama sekali tak menyahuti.

Ini aneh!pikir Revan.

Revan melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk mencari lilin,tapi langkahnya terhenti saat ia merasakan kakinya menabrak sesuatu,dengan otomatis Revan mengarahkan senter yang ada diponselnnya kebawah dan betapa terkejutnya ia melihat Marry tergeletak dilantai dengan tangan yang sudah terlepas dari tempatnya bahkan lehernyapun juga nyaris putus.

Revan menoleh kebelakang ketika ia mendengar suara derap langkah kaki berjalan mendekat kearahnya.Dan benar saja saat ini dihadapannya berdiri seseoarang yang wajahnya ditutupi topeng,hanya mata dan bibirnya saja yang tidak tertutupi topeng.

"Siapa kau"

Bukannya menjawab,orang tersebut malah berjalan semakin mendekat ke Revan.

Revan yang merasa terancam langsung melayangkan tinjunya tapi dengan gesitnya orang tersebut menangkap tangan Revan dan memelintirnya dengan keras hingga menimbulkan suara patah,bukan hanya itu saja setelanya orang bertopeng itu langsung menendang tubuh Revan hingga terhempas jauh menabrak pinggiran meja.

Revan meringgis menahan rasa sakit yang teramat ditubuhnya,ini bukan pertama kalinya ia dihajar dan dipukul oleh orang tapi ini kali pertama ia mendapatkan tendangan yang begitu menyakitkan,bagaimana mungkin ada orang yang memiliki tenaga sekuat dan sebesar orang bertopeng tersebut.

Dengan langkah perlahan pria bertopeng tersebut mendekati Revan dan dengan kerasnya ia menginjak pungung tangan Revan.

"Aaakh. . ."

Lengkaplah sudah rasa sakit yang dialami Revan.Kemudian pria itu menjambak rambut kepala Revan dan membenturkannya kepinggiran meja hingga berulang-ulang.Setelah dirasa cukup puas olehnya ia menghentikan aksinya.

"Cukup,tolong jangan bunuh aku!".

Tampa menggubris permohonan Revan,pria bertopeng itu mengeluarkan pisau dari balik bajunya,pisau yang sama yang ia gunakan untuk menghabisi maid yang bekerja dirumah Revan.

"Aku tak akan membunuhmu!aku hanya akan memberimu pelajaran karena kau berani menyentuh milikku!"akhirnya pria bertopeng itu mengeluarkan suaranya.

Revan membuka pendengarannya dan mencoba mengenali suara itu tapi hasilnya nihil karena Revan sama sekali tidak mengenali suara siapa itu bahkan suaranya begitu asing ditelinga Revan.

"Si-siapa ka-mu?a-ku sama se-sekali tak mengenalmu?"tanya Revan terbata karena menahan rasa sakit ditubuhnya.

Lagi-lagi tampa menjawab pertanyaan Revan,pria bertopeng tersebut menggores pipi Revan dengan pisau yang tadi ia keluarkan.Revan beringsut dan mencoba menjauhi pria tersebut tapi bukannya lolos pria bertopeng itu malah menarik rambut Revan dan mendonggakkannya keatas detelahnya ia menyayat wajah Revan berulang-ulang.Darah segar mengalir dari bekas sayatan tersebut bahkan sekarang wajah Revan sudah hancur tak berbentuk hanya ada warna merah darah yang nampak disana.Setelah puas melakukan aksinya itu,pria itu menjatuhkan Revan dilantai,setelahnya ia membersihkan bekas darah yang ada dipisaunya dengan cara menjilati darah yang menempel dipisau tersebut hingga bersih.

Sang PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang