Dentuman keras musik memenuhi lingkup ruangan kecil ini. Para pengunjung yang ada di dalamnya menari-nari mengikuti irama musik. Setengah kesadarannya sudah terenggut oleh alkohol yang ada di genggaman masing-masing orang-orang tersebut.
Satu orang yang tengah menatap gelas berisi wine yang baru ia pesan tiba-tiba terjatuh karena kurang seimbang dalam duduknya. Wajar, posisinya sedang mabuk berat. Beberapa gelas alkohol sudah ia minum, ini gelas ke enam yang seharusnya ia minum, tapi malah tumpah dan mengenai bajunya.
"Shit!" umpatnya kesal.
Dengan sekuat tenaga dan kesadaran yang tersisa, pria bule itu mencoba berdiri dengan berpegangan pada meja bar di hadapannya. "Rendy! Bantuin gue dong! Diem aja lo, kayak patung balai desa!" panggil pria itu dengan kencang.
"Duh nih bocah ngapa ya? Lo udah abis berapa gelas sih, Bid? Sampe bangun aja gak kuat?"
"Aish! Jangan banyak tanya! Mau bantuin gue bangun gak?" Rendy mengulurkan tangannya pada sahabat laki-lakinya yang sedang mabuk itu.
"Pulang sono! Kalo ibu bapak lo tau! Abis lo di terkam pake pisau dapur! Raarghh!" Rendy mendorong bahu pria itu pelan, ia menirukan suara harimau menerkam mangsanya.
"Gue pulang! Bayarin dulu minum gue! Nanti diganti!" Rendy mendatarkan ekspresinya menatap sahabatnya yang sudah menghilang di balik pintu.
Nama lengkap pria itu Ahmad Adam Abidzar. Sapaannya Abid, atau jika oleh sahabat terdekatnya biasa disapa Bijar. Pria berumur 25 tahun itu sudah tidak tinggal bersama orang tuanya. Ia memiliki rumah sendiri yang baru ia beli 1 bulan yang lalu.
Ia adalah presdir disalah satu perusahaan milik ayahnya. Ia memiliki satu kakak perempuan dan satu kakak laki-laki. Mereka sangat akrab dan rukun. Saling mendukung apa yang mereka kerjakan.
"Aaarrghh!" Abidzar memegangi kepalanya yang berdenyut, padangannya kabur, apa yang ia lihat di depannya seperti berputar. Tak lama, dirinya ambruk. Jatuh pingsan di pinggir jalan.
Jalanan memang sepi, Abidzar hanya berjalan kaki dari rumahnya menuju club tempat biasa ia bermain. Dekat, hanya ditempuh dengan waktu 5 menit sudah sampai untuk ukuran kaki panjang dan langkah lebar Abidzar.
"Eh itu ada orang pingsan?" pria yang sedang mengendarai mobilnya pun langsung mengerem dadakan mobilnya, mereka berdua turun dari mobil kemudian menghampirinya. "Astaghfirullah.. Bau apa ini?"
"Alkohol, nyengat banget,"
Satu laki-laki dan gadis ini menutup hidung mereka karena alkohol yang menyengat dari Abidzar. "Bang, bantuin dulu!"
Gadis itu adalah Afanin bersama Kakaknya. Yang kebetulan sedang lewat jalanan ini. "Iya ayo, kamu buka pintu mobil belakang," Fanin mengangguk. Ia berlari menuju mobilnya sementara Nasim membantu orang itu.
"Heh? Siapa lo?" Nasim menoleh ke arah Abidzar, pria itu sadar. Langkahnya sangat berat.
"Jangan banyak tanya, lo mabuk," kata Nasim.
Abidzar berdecih, ia melepas rangkulan Nasim. Setelahnya ia kembali terjatuh, "Wih? Ada ninja," Abidzar kaget sendiri melihat Afanin.
Nasim memandangi Abidzar dengan tatapan benci, "Ayo pulang, biarin aja," Nasim membukakan pintu untuk Afanin dan mendorong adiknya untuk masuk dan duduk. Afanin hanya menurut.
"Abid! Aduhhh kamu ngapain disini?" Afanin dan Nasim menolehkan kepalanya pada pria itu lagi.
Dilihatnya perempuan berpakaian minim menghampiri pria mabuk itu, "Dia mabuk, ditolongin gak mau, permisi, Assalamualaikum," kata Nasim tanpa melihat wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECONDITE [TAMAT]
SpiritualCERITA PINDAH KE DREAME (Jumat, 06 Maret 2020) Di zaman sekarang ini, siapa sih yang mau di jodohkan dengan orang tak di kenal. Siapapun pasti tidak mau. Termasuk Afanin, sekertaris kakaknya di kantor itu harus menikah dengan orang yang tak ia kena...