8 : Sadar

8.9K 488 5
                                    

Sesampainya di rumah. Abidzar tak berbicara sedikitpun. Di mobil juga sangat hening, hanya Fanin yang sesekali berdeham. Karena tidak tahan dengan keheningan. Afanin menahan tangan Abidzar yang melangkah di depannya, pria itu langsung berhenti dan berbalik.

Alisnya terangkat tanda bertanya. "Kalo kamu gak mau pergi bulan madu, aku bisa bilang baik-baik ke Mama kamu,"

Abidzar tersenyum sinis. "Gak usah, kita tetep pergi," Fanin menunduk melihat senyuman tajam dari suaminya. Ia melepaskan tangan Abidzar yang ia pegang tadi.

"Maaf kalo kehadiran aku bikin kamu gak nyaman," gadis bercadar itu langsung pergi berlalu meninggalkan Abidzar yang diam mematung di tempatnya. Meninggalkan sedikit pikiran untuk orang yang mendengarnya.

Di kamar, gadis itu langsung menyimpan plastik berisi pakaian yang tadi ia bawa itu ke dalam bak kotor yang ada di ujung kamar. Ia langsung masuk ke dalam kamar mandi, menatap dirinya di pantulan cermin.

Matanya menyusuri setiap lekuk wajahnya yang tertutup cadar. "Fanin?" Afanin terkesiap ketika pintu kamar mandi di ketuk. Suara Abidzar yang terdengar memanggilnya.

"Sebentar," Fanin menelan salivanya ketika suaranya terdengar bergetar.

Tanpa banyak hal lagi, ia keluar dari kamar mandi, menatap suaminya yang berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. "Ada apa?" tanya Fanin

Abidzar tak menjawab, ia hanya diam menatap gadis yang tingginya hanya sebahunya itu.

"Ada apa?" ulang Fanin ketika Abidzar hanya menatapnya.

Abidzar jadi salah tingkah sendiri. Ia menggeleng, berbalik meninggalkan Fanin. Yang ditinggalkan hanya mengeryit aneh, apa maksud pria itu?

Fanin menutup pintu kamar mandi. Ia membuka cadarnya kemudian menggantungkan kain hitam bertali itu di lemarinya. Abidzar tengah membuka jaket yang ia pakai, kemudian membaringkan tubuhnya di kasur dengan kasar.

"Besok aku pergi ke Surabaya, meeting," Abidzar menoleh pada Fanin yang sedang membuka kerudungnya.

"Dadakan?" Fanin mengangguk merespon pertanyaan Abidzar.

"Kalo gue gak kasih ijin. Apa lo bakal pergi?"

"Gak bakal pergi. Aku tergantung kamu,"

Abidzar menghela nafas. "Jangan pergi, tadi badan lo panas, takutnya di Surabaya lo kenapa-napa. Jangan ngerepotin orang," Fanin mengangguk, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum. Maaf, Bang. Aku besok gak bisa ikut ke Surabaya,"

'Waalaikumsalam, kamu harus ikut, Fanin,'

"Tapi aku gak bisa, gak di kasih ijin sama Abidzar,"

'Siapa yang mau bimbing Ishaq? Kan data semua kamu yang tau,'

"Bisa aku bilangin ke Ishaq nanti,"

'Abang percaya sama kamu, gimana sih sekertaris?'

"Ngertiin aku dong. Aku gak bisa,"

'Yaudah deh. Tapi kasih tau Ishaq secara detail ya, abang gak mau ngejelasin ulang ke si Ishaq,'

RECONDITE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang