Annyeong, yadeur-ah....^^
Chapter 3 sudah datang!!! Jeng jeng jeng....
Terimakasih untuk dukungannya karena sudah bersedia membaca dan meninggalkan jejak di kolom komentar, ya. Jujur, Author terharu setengah edan...wkwkwk
Itu artinya dukungan kalian benar-benar manjur. Cara kerjanya sama kayak doping, tapi lebih menyentuh ke hati. So sweet....
Lebay ya?? Hehehe....
Coba donk sekali-kali kalo mau kasih krisranya agak diperjelas. Terkadang Author malah jadi bingun, setiap ada kata "Next" di kolom komentar, itu maksudnya apa???
Hmm... Author sih masih nyambung kalau kalian minta Author buat lanjutin ceritanya. Tapi pliiiisss... Tulis sedikit kritikan atau sarannya. Author janji deh gak akan ngambeuk...
Udah gak sabar ya???
Mianhae, kalo gitu baca dulu deh ceritanya. Tapi ingat... Jangan lupa tulis di kolom komentar ya...
Saranghae, readernimdeul...
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Setelah bertemu dengan sahabatnya, Jungkook kembali pulang ke rumah dengan pikiran kusut. Perkataan Jimin masih terngiang dalam benaknya. Jujur, ia pun takut menghadapi kenyataan bahwa adiknya satu-satunya akan membencinya nanti. Karena terlalu banyak luka yang telah ia dan adiknya terima seiring mereka tumbuh di usia remaja. Mulai dari pertengkaran kedua orang tuaya hingga membuat mereka ditinggalkan oleh orang tua sendiri hingga memaksa mereka masuk ke dalam kehidupan keras di luar yang harus mereka jalani.
Jungkook teringat akan kenangan kelamnya yaitu di hari ia dan Somi memutuskan untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya yang tak mempedulikan keberadaan mereka, melainkan hanya sibuk bertengkar dan sibuk dengan rumah tangga baru keduanya masing-masing. Ketika mereka kelaparan dan berjalan sangat jauh hingga membuat mereka merasakan lapar yang teramat sangat saat itu, sementara uang yang mereka peroleh dari memecahkan tabungan punya hanya cukup untuk membeli makan beberapa kali saja. Sementara mereka masih belum bisa menemukan tempat tinggal untuk malam itu, sedangkan matahari sudah condong ke barat.
Sambil menatap langit senja waktu itu, Jungkook dan Somi duduk di pinggir trotoar taman kota Gangnam sambil menyantap satu buah roti daging yang menjadi menu makan malam mereka ketika itu. Tiba-tiba saja sebuah kalimat yang keluar dari bibir Somi dirasa begitu menusuk hati Jungkook dan seolah menjadi sebuah ramalan tentang datangnya hari ini.
"Oppa, aku tahu bahwa Eomma lah yang melahirkanku. Aku pun tahu bahwa Appa lah yang telah bekerja banting tulang demi menafkahi aku. Tapi apa kau tahu siapa yang lebih aku cintai?"
Saat itu Jungkook hanya terdiam dan menganggap bahwa ia tengah mendengarkan anak kecil yang berdongeng tentang keluarga. Sehingga ia hanya menangapi tanpa serius.
"Siapa?"
"Kau!"
"Hmm?" Jungkook terheran. "Kenapa aku?"
"Karena hanya kau yang selalu mengerti aku." Jungkook terdiam dan membatalkan gigitan selanjutnya. "Aku sangat mencintaimu dan bahkan aku akan mencari suami yang seperti dirimu nanti. Tapi sebaliknya, aku akan membencimu jika kau bersikap seperti Appa dan Eomma. Pergi dari sisiku dan meninggalkan aku seperti saat ini."
Jungkook mengerti betul mengapa adiknya bisa berbicara seperti itu. Tapi ia tak ingin membuat adiknya mendendam dengan nasib buruk yang ia terima dari Ayah dan Ibunya. Karena itu Jungkook menanggapi ucapan adinnya dengan sekedarnya saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Room
RomanceSohyun yang telah kehilangan penglihatannya telah dipaksa untuk menikah oleh Ayahnya dengann seorang berandalan bernama Jungkook yang juga kehilangan ingatannya di peristiwa kecelakaan yang sama dengan yang Sohyun alami. Bagaimanakah kelanjutan cer...