14. Nightime (2)

358 26 1
                                    

"Ini rumah kamu?" Reza meneliti rumah dengan gaya minimalis di depannya.

Rena menyunggingkan senyumnya tanpa sadar, ternyata Reza menepati janjinya untuk mengantar Rena pulang, dan tidak meninggalkannya di pinggir jalan.

"Iya." jawab Rena "Kamu mau mampir?"

"Boleh." Reza membuka helm nya dan langsung mengaruh asal pada kaca spion motor maticnya.

Rena terdiam mendengar jawaban dari Reza, sebenarnya Rena hanya basa basi dan tidak benar benar berniat untuk Reza mampir ke rumah nya, karena jika itu terjadi, pasti suasana sangat canggung dan tak nyaman. Dan Rena benci suasana seperti itu.

Lagipula, Rena juga sempat berpikir sebelumnya, bahwa Reza sebisanya terlihat menghindarinya di hari kemarin, dan pikirannya bertolak belakang dengan perilaku Reza hari ini.

"Kamu ngizinin saya masuk, kan?"

Rena tersentak dari lamunannya, dan kemudian mengagguk cepat berusaha sebisa mungkin mengatur ekspresi ramahnya.

"Ayo."

Reza mengekori Rena memasuki rumah, dan langsung duduk ketika menemukan kursi sofa diruang tamu "Kamu mau minum apa?" tanya Rena salah tingkah, tak pernah sedikitpun terpikirkan oleh Rena, Reza bertamu kerumahnya, benar benar terlalu mendadak, dan Rena rasa itu sedikit aneh.

"Terserah." ucap Reza datar.

"Oke." Rena langsung berlalu dengan cepat, langkahnya lebar lebar menuju dapur untuk mengambil sebotol teh pucuk didalam lemari es dan langsung menuangkannya pada gelas kaca bermotif bunga dengan warna emas di mulut gelas.

"Silahkan diminum." ucap Rena dan merasa bodoh setelahnya, dia merasa terlalu formal dalam gaya bahasanya dan itu pasti sangat konyol.

"Makasih." jawab Reza, lelaki itu langsung meminumnya beberapa teguk, terlihat benar-benar haus.

"Kamu tinggal sama siapa?" pertanyaan basa basi itu keluar dari mulut Reza.

"Ayah sama ibu lagi di luar, tapi ada bibi iyem, yang bantu pekerjaan rumah, kami tinggal berempat." jawab Rena sambil tersenyum kikuk, entah kemana semua kalimat panjang lebarnya seperti biasa.

Dalam sejarah di kamus pergaulan hidupnya Rena tak pernah sekikuk ini dengan orang, bahkan dengan Daniel dan Adi yang kemarin kemarin baru dikenalnya, Rena dapat bersikap biasa saja. Tapi, dengan Reza terasa berbeda. Entah mungkin karena pembawaan sifat dari Reza sendiri yang cenderung pendiam dan irit bicara atau dari Rena sendiri yang terlalu drama dihadapan lelaki yang membuatnya penasaran beberapa waktu lalu.

"Oh." jawab Reza, lelaki itu kemudian meminum minumannya kembali, kali ini hanya seteguk dan pergerakan minumnya sangat lama, seperti sengaja di lakukan.

"Mungkin, lain kali kita bisa pulang bareng?"

Rena memandang tak percaya, menatap matanya lama, dan menemukan sesuatu disana Reza berpura-pura.

Rena tak berani mengambil kesimpulan, tapi dari apa yang dilihatnya pada perilaku Reza saat ini membuktikan bahwa lelaki itu berbohong, Reza hanya berpura pura menanyakan itu yang artinya dia tidak serius.

Cara berbicara Reza terlalu lambat. Reza juga mengelus tangannya sesekali, menandakan bahwa ia sedang cemas dan ingin mengakhiri topik pembicaraan secepatnya. Rena melirik gerak kaki Reza, lelaki itu juga sesekali terlihat mengetukkan salah satu kakinya pada ubin lantai. Mata Reza juga sama sekali tidak menunjukkan keseriusan disana. Kesimpulan itu yang membuat Rena dapat mengatakan bahwa Reza sedang berpura pura dan alasan mengapa Rena bisa tahu semua itu, karena dia sangat menggemari Psikologi.

Senior Of High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang