19. Just Smile(1)

315 22 1
                                    


"Sttt..." Ayu berdesis di telinga Rena dan Kinan.

"Kenapa?" jawab Rena.

"Jam lagi kosong, jadi..." Ayu menggantung kalimatnya sambil tersenyum simpul.

"Jadi?" tanya Kinan penasaran.

"Ayu sama Daniel mau ke uks buat ngenalin PMR."

"Ha?!" Kinan mengerjabkan matanya beberapa kali "Berdua aja, gitu?"

Ayu mengangguk antusias "Iya, kenapa?"

"Itu sih pacaran, bukan ngenalin eksul!"

"Memang iya. Yaudah, Ayu duluan, Daniel udah nunggu." Ayu bangkit dari kursinya, dan langsung di cegah Rena dengan menarik ujung baju seragamnya.

"Kenapa?" tanya Ayu bingung.

"Bukannya, dia lagi belajar?"

"Dia tuh pinter, jadi gak masalah kalau buat alasan sesekali keluar kelas." jawab Ayu sambil terkikik geli "Bentar lagi juga istirahat, kan?"

Rena langsung memandang jam tangannya, dan ternyata lima belas menit lagi istirahat.

"Yaudah, pergi sana." Ayu langsung berlalu dengan langkah ceria, dan langsung menghilang di ambang pintu.

"Lima belas menit lagi istirahat." ucap Rena menatap Kinan lekat-lekat.

"Ya, terus kenapa?"

"Temenin ke kelasnya Reza."

"Reza? Temannya Daniel?" tanya Kinan memastikan, Rena mengangguk sambil tersenyum lebar "Kenapa? Kamu lagi pdkt sama dia? Kalau lagi pdkt, ya pergi sendiri lah. Aku gak mau jadi obat nyamuk."

"Aku juga gak ngerti sih sebenarnya."

"Apanya yang gak ngerti?"

"Nanti aja kamu lihat reaksi Reza setelah aku kasi ini. Kami pantas di bilang lagi pdkt atau bukan." Rena merogoh tas ransel merah muda-nya
"Ini.." dia menunjukkan kotak makan berwarna gelap "Kenapa aku pilih warna gelap? Itu karena hubungan kita masih abu-abu." jelas Rena,Kinan memandangnya tak mengerti dan mengangguk tanpa mau bertanya lebih jauh "Ayok cepat." Kinan bangkit dari duduknya dan langsung menarik Rena untuk pergi ke tempat yang mereka tuju.

***

Suasana kelas sunyi selepas peninggalan Daniel ke luar kelas. Bukan karena Daniel pergi tentunya, tapi karena penjelasan dari guru killer telah selesai.

"Sudah paham?" tanya Pak Sus dengan wajah datarnya.

"Paham, Pak." satu kelas serempak membalas, kecuali Adi. Dia diam. Dia tak boleh berbohong kalau dia merasa paham, karena sebenarnya dia tak pernah paham pembelajaran Matematika dari pertama kali Pak Sus mengajar. Adi benar-benar dibuat buta dengan pelajaran hitung-menghitung oleh guru itu.

Mata Pak Sus mengintari keliling kelas, dan berhenti ketika matanya bertemu dengan mata Adi, sasaran empuk-nya seperti biasa.

"Adrian, sudah paham?" tanya Pak Sus.

"Di bilang paham juga engg..."

"Yasudah maju sini, tunjukin ke bapak, kalau kamu udah paham." potong-nya cepat dengan tersenyum jahat.

Dapat Adi dengar, teman sekelasnya menahan tawa ketika melihat ekspresi pak Sus dan dirinya yang sudah seperti Pak polisi dan si Penjahat yang kepergok.

Adi mengelus dada-nya dengan sabar, dia berjalan dengan malas ke arah Pak Sus. Kali ini Pak Sus terlihat senang karena tahu Daniel keluar kelas dan tidak akan ada yang membantu Adi seperti biasa.

Senior Of High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang