12💨Seburuk Itukah?

662 49 25
                                    

Jangan pernah menangis dihadapanku, karena dengan begitu kalian telah membuatku merasa seolah tak ada artinya didunia- Vero.

💊💊💊

Langkah kaki kedua insan sejenis ini menghiasi koridor gedung yang sebagian besarnya berwarna putih. Bau khas dari gedung tersebut menyeruak kedalam indra penciuman siapapun yang mengunjunginya, membuat sebagian orang enggan untuk kembali menginjakkan kaki kegedung tersebut. Sama halnya dengan salah satu remaja yang berjalan beriringan dengan sahabatnya ini, ia tak suka jika harus kembali menginjakkan kaki ketempat ini. Namun keadaanlah yang mengharuskannya untuk kembali setidaknya dua minggu sekali ke tempat ini. Ia bosan. Sangat. Pernah, aah tidak, sering kali ia kabur karena dipaksa untuk kembali ketempat ini, lagi dan lagi, namun bukannya menghilangkan bosan, ia malah harus mendekam lebih lama ditempat ini.

Begitulah hidup, tak selalu seperti apa yang kita inginkan. Ia mungkin bisa merencanakan apapun yang ia inginkan, namun rencana hanyalah tinggal rencana jika Tuhan sudah berkehendak.

Langkah keduanya berhenti tepat didepan pintu berwarna coklat dengan sedikit kaca ditengahnya, membuat mereka dapat melihat sedikit kedalam.

"Lo masuk?". Tanya salah satunya.

"Gak dehh, ngeri gue liat jarum suntik". Remaja tersebut terkekeh mendengar penuturan sahabatnya tersebut. Dan tanpa pikin panjang ia meraih knop pintu dihadapannya, kemudian masuk kedalam ruangan yang diatas pintunya bertuliskan "Dr. Leon" itu.

Merasa jika ada seseorng yang masuk, seseorang berjas putih yang tengah sibuk dengan beberapa kertas diatas meja kerjanya tersebut pun menoleh kearah pintu, dan sontak tersenyum saat mengetahui siapa yang telah membuka pintu tersebut.

"Sore Om...Lagi banyak kerjaan yaa. Vero gak ganggu kan?". Sapa Vero pada sosok berjas putih yang ia panggil om tersebut.

"Sore juga Ro... Gak ganggu kok. Kamu sendiri?". Jawabnya sambil tersenyum.

"Gak Om, sama Anta kok. Tapi dia gk mau masuk, ngeri katanya". Dokter Leon terkekeh kecil mendengar jawaban Vero, setaunya, sahabat Vero yang bernama Anta tersebut memang takut dengan berbagai alat medis.

"Langsung aja yaa". Ucap Dokter Leon seraya berdiri dan berjalan kearah kasur yang memang tersedia disana.

"Iyaa Om, Vero mau cepet jugaa. Msih ada urusan soalnya". Jawab Vero sambil mengikuti langkah Dokter Leon.

Tanpa disuruh, Vero langsung naik keatas kasur tersebut dan tak lupa pula membuka kemeja yang ia kenakan. Terlihat jelas sebuah garis yang memanjang tepat ditengah dadanya. Garis itu ia dapatkan dari hasil operasinya beberapa tahun yang lalu. Saat itu, keadaannya benar benar sangat memperihatinkan sehingga mengharuskannya menjalani operasi.

Dengan telaten, Dokter Leon memasangkan beberapa alat yang diperlukan ketubuh Vero. Vero pun tak mengeluh, ia pasrah saja, toh ia sudah terbiasa kan.

Setelah selesai, Vero kembali memasangkan kancing kemejanya satu persatu kemudian turun dari ranjang dan mendatangi Dokter Leon yang sudah duduk manis dengan memegang kertas ditangannya.

"Apa dada kamu lebih sering sakit belakangan ini?". Tanya Dokter Leon to the point.

"Gak tau juga sih dok, dada aku kan kalo lagi sakit gak liat waktu. Jadi gak terlalu aku perhatiin sih". Jawab Vero dengan jujur, ia memang tidak terlalu memerhatikan rasa sakitnya tersebut.

"Kamu gak ngelakuin hal aneh kan Ro?". Tanya Dokter Leon lagi, kali ini lebih serius. Namun yang ditanya hanya menampakkan wajah polosnya. Seketika Vero tertawa, membuat Dokter Leon bingung karena ia tiba tiba saja tertawa tanpa sebab yang jelas.

"Astagaaa Om, hal aneh kayak gimana si yang bisa aku lakuin?". Vero lembali melanjutkan tawanya, tapi seketika tawanya terhenti, ia teringat akan sesuatu.

"Om akan bicarakan ini sama Papa dan Mama kamu". Raut wajah Vero langsung berubah sendu, ia mengerti, sangat mengerti.

***


Seusai menemui Dr. Leon di rumah sakit tadi, Vero dan Anta memutuskan untuk pergi jalan jalan sebentar sebelum kembali lagi kerumah.

"Jadi?". Tanya Anta kepada Vero yang duduk manis dibangku penumpang tepat disebelahnya.

"Apaan?". Vero balik bertanya, dengan memasang wajah tak mengertinya.

"Kita mau kemana bego, dari lu suruh gua muter muter doang".

"Balik aja lahh".  Vero nyengir tanpa dosa.

"Si gilaa, niat banget lo ngabisin bensin gue".

"Enak aja, ini kan mobil gue"

"Iya jugaa sii"

"Si goblok". Anta hanya menampilkan cengiran khasnya mendengan penuturan Vero.

Tak ada percakapan lagi setelahnya. Kini Anta pun mengendarai mobil Vero dengan kecepatan sedang menuju kekediaman Vero.

Vero dan Anta keluar secara bersamaan dari dalam mobil, disusul dengan lemparan yang Anta lakukan untuk memyerahkan kunci mobil kepada pemiliknya.

"Langsung pulang lu?".

"Iyeee, salamin ye ke bebeb gue"

"Najis"

"Hehehe"

"Udaah pulang sono"

"Lu ngusir gue"

"Hooh"

"Kurang ajar, kagak ada terima kasihnya lu ama gua. Udah gua anterin juga"

"Bodo". Vero pun masuk kedalam rumahnya meninggalkan Anta yang merengut kesal karena perkataannya.

Dahinya mengernyit heran kala dirinya telah memasuki rumah, tampak sepi, tak seperti biasanya. Kemanakah semua orang?Pikirnya.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi kearah dapur dan mengambil air didalam kulkas, ia haus karena selama perjalanan tadi mereka tak sempat membeli minuman. Namun belum sempat ia sampai kedapur, ia mendengar suara sayup sayup dari arah kamar kedua orang tuanya. Rasa penasaran menyelimuti hatinya. Diurungkannya langkah menuju dapur, kemudian berbalik menuju kearah kamar kedua orang tuanya.

Beruntunglah pintu kamar tersebut tidak tertutup sepenuhnya, sehingga ia bisa melihat apa yang terjadi didalam. Bukannya ia ingin mengganggu privasi kedua orang tuanya, namun ia terlalu penasaran dengan sesuatu didalam sana.

Suara dari dalam sana semakin terdengar jelas, mulai dari tangisan Mamanya hingga Papanya yang mencoba menenangkan. Ia semakin tak mengerti, apa yang terjadi hingga kedua orang tuanya terlihat sangat terpukul didalam sana.

"Vero pasti nggak suka ini Pa". Vero tersenyum sendu saat mendengar suara Mamanya yang tengah menyebut namanya, membuat Vero semakin yakin, ini semua karena keadaannya yang semakin memburuk.

💊💊💊

TO BE CONTINUE

Hollaaaaaaaa
Sorry banget karena udah bikin kalian nungguu-kayak ada yang nunggu ajaa-_____-". Wkwkwk
Gue bener bener kehabisan ide, dan kehabisan niat buat bikin chapter baru😅😅, apalagi bulan puasa gini yekaan. Bawaannya males, wkwk.
Makasih karena udah dukung story ini buat up lagi. Vote kalian yang selalu berhasil  bikin gue selalu semangat buat nulis.
So, jangan lupa vomentnyaa yaaaa, see u💕💕💕💕.

CHOICE (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang