#5

2.4K 205 28
                                    


Usai makan malam yang lebih banyak diisi oleh obrolan ringan, Naruto berniat – dengan penuh paksaan dan modus tersembunyi – mengantar Hinata pulang.


Banyak hal 'remeh' yang mereka bicarakan. Melalui makan malam sederhana itu mereka mengenal lebih dalam lagi. Memang benar mereka sudah saling mengenal bahkan sebelum masuk akademi ninja, tetapi mereka tidak pernah benar-benar saling mendalami. Hinata memang selalu melihat Naruto dari jauh, tetapi hal itu sebatas mengagumi dan mengamatinya sebagai orang ketiga. Ia tidak pernah benar-benar memahami apa yang dirasakan dan dilakukan Naruto dari dekat. Sedangkan Naruto, hari-harinya dulu hanya diisi oleh tim 7. Pernyataan cintanya pada Sakura karena Sakura yang hanya melihat Sasuke yang notabene adalah rivalnya dan pengejaran Sasuke yang mengikuti Orochimaru menuju 'kegelapan'.


"Hinata, apakah lusa kau akan ke akademi?"


Naruto memilih membuka suara untuk memulai pembicaraan. Saat ini mereka sedang berjalan berdampingan menuju mansion Hyuuga. Sebenarnya jarak apartemen Naruto dan mansion Hyuuga tidak terlalu jauh, tapi demi mengulur waktu agar lebih lama bersama – yang bahkan tidak mereka sadari –, mereka memilih memutar rute dengan kecepatan langkah yang sangat pelan. Udara dingin malam ini ditambah salju yang turun membuat mereka berjalan berdekatan secara alamiah untuk mencari kehangatan.


"Hm? Untuk apa aku harus ke akademi?"


"Kau belum tau? Apakah Iruka-sensei belum mengatakannya? Bukankah kau mengajukan diri untuk mengajar di Akademi?"


"Bagaimana Naruto-kun bisa tau?"


"Aku mengetahuinya dari Iruka-sensei kemarin. Aku tidak menyangka kau mengajukan diri sebagai tenaga pengajar disana Hinata. Padahal menurutku kunoichi setingkat dirimu lebih pantas menjadi penanggung jawab genin dengan tim tiga orang."


"Mmm. Aku merasa belum mampu jika harus menemani genin. Lagipula sepertinya di angkatan kita sudah cukup banyak yang mengajukan diri sebagai pengampu genin."


"Heiii... Kau harus lebih percaya diri Hinata. Kemampuanmu sudah tidak perlu diragukan lagi. Jangan merendah seperti itu terus."


"Tidak... Naruto-kun terlalu memujiku. Lagipula aku sangat menyukai anak-anak, jadi kupikir akan lebih cocok kalau aku mengajar di akademi saja."



"Ahh, benar juga... Hinata memang sangat lembut, sabar, dan keibuan. Sangat cocok dengan anak kecil. Pasti sangat beruntung anak-anak kita kelak memiliki kaachan sepertimu...."



Ucapan spontan yang disertai muka polosnya itu menunjukkan betapa murni kata-kata itu terlontar dari dalam hari seorang Uzumaki Naruto. Sambil berjalan dan membayangkan masa depan mereka, Naruto tidak menyadari Hinata yang tiba-tiba berhenti berjalan dan perubahan ekspresi Hinata.


'Apakah tadi Naruto-kun....'


bahkan batin Hinata tidak pernah berani untuk melanjutkan angan-angan itu. Wajah Hinata langsung berubah menjadi merah dengan ekspresi terkejut.


The Beginning | CanonWhere stories live. Discover now