"Aku hanya takut jatuh cinta sendirian lalu tenggelam dalam angan tanpa adanya sebuah kepastian."
-Sandara Adeline Maesaty.
-----
Samudra menatap Dara yang kini tertidur pulas dalam rangkulannya. Wajahnya yang polos membuat Samudra gemas seketika. Namun, suara sang supir membuat perhatiannya teralih.
"Masnya sayang banget ya sama pacarnya?"
Samudra mengangkat alisnya, kemudian mengangkat sedikit bibirnya membentuk sebuah senyuman canggung.
Sang supir terlihat antusias. "Wah kalian cocok sekali, yang satu cantik dan yang satu ganteng. Saya jadi teringat masa muda saya dengan istri saya."
Samudra mengernyit, kenapa sang supir malah jadi ngawur. Ini kan lagi nyetir, bisa bahaya.
"Pak, kalo lagi nyetir harus fokus." Samudra berusaha sesantai mungkin saat mengatakan itu.
Sang supir meringis pelan, ia merasa bersalah pada pelanggannya. Padahal ia mencoba akrab dengan pelanggannya itu, namun sepertinya ia salah orang. Untung saja sang supir tak ambil hati mengenai teguran Samudra, ia maklum, namanya juga remaja.
Samudra kembali memikirkan tentang Bella yang mengerjai Dara karena dirinya. Ia jadi merasa bersalah pada Dara. Entahlah, sepertinya sekarang Samudra ingin selalu melindungi gadis itu. Samudra berjanji, siapa saja yang berusaha mencelakai gadis itu maka akan berurusan dengannya nanti.
Tak terasa, kini mobil berhenti di depan rumah Dara. Samudra memutuskan akan mengantar Dara sampai ke dalam. Berhubung sekolah juga sudah waktunya pulang dan kelasnya ada jam kosong tadi, jadi tak ada yang dipermasalahkan tentang ketidakhadirannya. Paling kalau sahabatnya bertanya, ada Chandra yang akan menjelaskan.
"Mas, sudah sampai tujuan."
Samudra mengangguk, lalu ia membuka ponselnya untuk membayar taxi online tersebut. Samudra mengelus pipi Dara, berusaha membangunkan gadis itu. Namun sepertinya Dara tertidur sangat pulas, mungkin efek tubuhnya yang sedang sakit. Maka dengan segera Samudra meraih tas Dara, menyampirkan sebelah talinya di pundak kanannya lalu bergegas keluar dari mobil.
Samudra membuka pintu mobil sisi satunya, kemudian meraih tubuh Dara dan membopongnya.
"Makasih ya, Pak."
Sang supir yang sedang menutup pintu pun menganggukan kepalanya.
------
"Astaga, non Dara kenapa, Den?" tanya seorang wanita paruh baya yang merupakan seorang asisten rumah tangga, saat dirinya sampai di depan pintu rumah Dara.
"Boleh saya bawa dia ke kamar dulu? Nanti saya jelaskan."Sang bibi mengangguk, lalu menunjukkan keberadaan kamar Dara. Dengan segera, Samudra langsung membawa Dara ke kamarnya, diikuti dengan asisten Dara.
Sesampainya di sana, Samudra langsung membaringkan tubuh Dara dengan hati-hati. Samudra menyerahkan tas Dara saat sang bibi menawarkan untuk menaruhkan tas Dara. Pemuda itu duduk di pinggir kasur Dara. Sedangkan sang bibi duduk di kursi belajar Dara.
"Maaf, Aden ini pacarnya non Dara?"
Samudra menoleh pada bibi, dan menganggukkan kepalanya.
"Nama saya Samudra. Bibi cukup panggil saya Sam atau Samudra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandra
Teen FictionBerawal dari skenario yang tak sengaja diciptakan oleh Samudra, membuat Sandara harus terlibat dalam sebuah permainan yang kini mengubah hidupnya. Bukan hanya terlibat, ia pun harus mengalami banyak kejutan tak terduga. Takdir dan semesta yang selal...