"Datang tiba-tiba dan berbuat seenaknya, memangnya kau ini siapa?"
_____
"Oh, jadi ini cewek barunya Samudra?"
"Biasa aja."
"Iya, gue pikir wow banget. Ternyata....hahaha!"
"Gila! Mending Bella ke mana-mana."
"Masih cantik juga Bella."
"Masih polos cuy kelihatannya."
"Eeh jangan salah. Biasanya yang polos yang ... you know laah ...."
Bisikan-bisikan tidak suka menghiasi perjalanan Dara menuju kelasnya kali ini. Rasanya kepala Dara ingin pecah sekarang, dan ini semua jelas gara-gara Samudra!
Rasanya Dara ingin mendatangi kelas Samudra sekarang juga dan merauk wajahnya yang kelewat tampan itu. Tampan memang, Dara juga mengakuinya, tapi sikapnya itu loh yang membuat Dara tidak lagi merasakan kenyamanan di sekolahnya mulai hari ini.
Dara sudah membulatkan tekadnya untuk menghampiri Samudra pagi ini, ia hanya tidak ingin menjadi bahan gosip satu sekolah.
Dara melewati ruang kelas XI IPA 3 yang merupakan kelasnya, Aluna yang baru saja keluar untuk membuang sampah sontak keheranan melihat Dara yang malah meneruskan langkahnya.
"Woy Ra! Lo mau ke mana? Kelas lo kan di sini! Lo amnesia?!" teriak Aluna.
Dara hanya menanggapi acuh, "Gue ada urusan bentar." dan kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas Samudra yang hanya terpisah beberapa kelas dengan dirinya.
XI IPA 6
Itulah yang dilihat Dara setelah sampai di ruang kelas Samudra.
Tatapan mata Dara terfokus pada siswi-siswi yang sedang berkumpul di depan kelas.
"Halo, gue mau tanya dong. Samudranya ada?" sapa Dara.
"Tadi anaknya sih udah datang, cuma cabut lagi. Palingan kalau gak di rooftop, ya di perpus dia mah," jawab seorang siswi yang Dara kenal bernama Keysha.
"Oh gitu, oke thanks ya, sorry ganggu waktu kalian." Dara melanjutkan langkahnya setelah tersenyum pada mereka.
_____
Dara memasuki Perpustakaan setelah mendapat izin dari Bu Lia selaku penjaga perpustakaan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Matanya menangkap seorang siswa sedang duduk manis di bangku perpus sambil mendengarkan musik dari earphone di kedua telinganya.
Dara mendekati Samudra yang kini tengah asik menatap rumus fisika dalam sebuah buku di tangannya.
Sesaat Dara menatap kagum Samudra. Walau terkesan badboy, namun nyatanya Samudra adalah murid yang cerdas. Ia pernah menduduki peringkat umum kedua saat kelas sepuluh, tapi sifat dan kelakuannya yang seperti badboy itu membuat guru-guru pusing. Ingin menghukum tapi dianya pintar, kalau gak dihukum ya kelakuannya gitu.
Kadang Dara merasa ini tak adil. Ia yang mati-matian belajar tapi tetap saja masih kurang, lah ini? Kerjaannya kalo gak bolos ya tidur di kelas, tapi anehnya ia selalu bisa mengerjakan soal apapun. Dara tau itu dari Ayana, teman sekelasnya yang dulu pernah satu kelas dengan Samudra sewaktu kelas sepuluh.
Merasa ada yang mendekat, Samudra pun melepas earphone-nya dan menatap Dara yang kini berada tepat di hadapannya. Lamunan Dara terpecah oleh suara deheman Samudra.
"Ngapain lo ke sini?" Samudra mengangkat sebelah alisnya sambil menatap tajam Dara yang kini berdiri di hadapannya.
"Mau beli novel. Ya mau ketemu elo lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandra
Fiksi RemajaBerawal dari skenario yang tak sengaja diciptakan oleh Samudra, membuat Sandara harus terlibat dalam sebuah permainan yang kini mengubah hidupnya. Bukan hanya terlibat, ia pun harus mengalami banyak kejutan tak terduga. Takdir dan semesta yang selal...