Chapter 1

5.4K 656 14
                                    

"Hei Jungwoo apakah kau sudah dengar berita hari ini?"

"Berita apa?"

"Lucas gay."

"Aku tidak peduli." Lelaki yang akrab disapa Jungwoo itu pun pergi mendahului temannya—Yuta.

"Hei Jungwoo kau mau kemana?!" Teriak Yuta sembari menyamakan langkahnya dengan Jungwoo.

"Mengerjakan tugas Mr. Jung. Kalau kau ingin menyontek silahkan saja tapi jangan ganggu aku sekarang." Jungwoo pergi meninggalkan Yuta yang sedang menggeleng karena sudah paham dengan sikap temannya yang sangat amat ekhem tsundere?

Jungwoo melangkahkan kakinya menyusuri jalanan sore yang tenang menuju perpustakaan kota. Selama di perjalanan, ia teringat akan berita yang disampaikan Yuta beberapa saat lalu.

'Lucas gay? Tidak mungkin. Kemarin aku melihatnya bersama waniwait, kenapa aku jadi memikirkannya? Toh aku tidak peduli dia gay atau bukan. Itu tidak menguntungkanku sama sekali. Lebih baik aku cepat-cepat sampai perpustakaan.'

Dengan earphone yang ia sematkan di telinga, Jungwoo melangkahkan kakinya sedikit lebih cepat ke tempat tujuannya.

"Maaf aku tidak bisa menerima perasaanmu. Aku gay."

"Tapi" Si laki-laki tampak jenuh dan membuang pandangannya ke segala arah. Bagaikan slow motion, Ia melihat seseorang lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengannya dan berjalan dengan menggunakan headset. Disaat itu juga pandangan mereka bertemu.

"Lagipula, ada seseorang yang sangat ingin aku raih tetapi sangat sulit. Kau cari saja yang lain. Goodbye!"

Dengan itu ia pergi menghampiri Jungwoo dan merangkulnya. Jungwoo yang terkejut dengan serangan tiba-tiba lelaki itu refleks menoleh untuk melihat siapa yang telah membuat jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

"KAU? LUCAS—"

"Sedang dengar apa sih? Apa aku boleh mendengarnya?" Dengan lancang Lucas melepaskan salah satu headset yang digunakan Jungwoo dan memasang benda itu di telinga kanannya. Jungwoo tersadar dan mendorong Lucas agar ia menjauh darinya.

"Kau apa-apaan sih menyingkir dariku!"

"Wow! Easy boy easy. Aku hanya penasaran dengan selera musikmu ternyata boleh juga hehe." Lucas dengan tampang polosnya tersenyum tanpa dosa dan itu membuat Jungwoo kesal.

Jungwoo pun tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanan. Ia berjalan meninggalkan Lucas yang masih tersenyum polos.

"HEI! Aku kan belum selesai bicara! Hei Jungwoo! Tunggu!" Lucas kembali menyetarakan langkahnya dengan Jungwoo yang berjalan sedikit lebih cepat.

Berterimakasihlah ia kepada kakinya yang panjang, karena saat ini ia sudah kembali berada di samping Jungwoo yang tampak tidak peduli dengan kehadirannya.

"Hei, kau mau kemana?" Tidak ada jawaban.

"Apakah kau sendirian?"

"..."

"Kenapa kau sendirian? Dimana temanmu itu? Bukankah kalian selalu bersama?"

Hening. 

Yang terdengar hanyalah suara langkah kaki mereka dan suara kepakan sayap burung. Tidak menyerah, Lucas pun kembali bertanya. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya Jungwoo sudah menahan emosinya yang kapan saja bisa meledak.

"Hei Jungwoo, apakah kau ingin aku tem—"

"Dengar Lucas, aku tidak tahu kenapa kau selalu mengikutiku dan berujung melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mengganggu ketenanganku. Pergilah!"

"Tapi aku—"

"APA KAU TULI? Pergilah Lucas. Jangan ganggu aku." Dengan itu, Lucas berhenti dan terdiam. Ia sudah terbiasa dengan hal ini karena hampir setiap hari setelah pulang sekolah ia mengikuti Jungwoo dan menanyakan hal-hal yang hanya akan membuat Jungwoo kesal.

Drrt drrrt...

"Halo?"

"Selamat sore tuan muda, apakah hari ini di tempat biasa?"

"Ya,"

"Baik tuan, selamat sore."

Klik. 

Jungwoo memasukan ponselnya dan berlalu meninggalkan Lucas yang masih terdiam dengan berbagai rencana di pikirannya. Ia pun melambaikan tangannya ke punggung Jungwoo yang hampir sudah tidak terlihat.

Lucas pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi setelah ditolak Jungwoo. Tempat kerjanya. Yup, Lucas adalah pelayan di sebuah kedai kopi milik keluarga Lee.

Sesampainya di sana, Lucas dengan segera melepas seragam sekolahnya dengan menyisakan kemeja putih yang digulung sampai ke siku dan juga apron cokelat melekat di tubuh tingginya. 'Demi Jungwoo, Lucas. Semangat!!!' Ia tersenyum melihat penampilannya di cermin dan memulai shiftnya.

•••

08.43 p.m.

Di perjalanan menuju rumah, Jungwoo tampak menatap bosan keluar jendela. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk mengajak bicara sosok yang saat ini tengah mengendarai mobil itu.

"Paman Jang, apa yang kau lakukan saat kau mengantuk sedangkan tugasmu masih menumpuk?"

"Ekhem, saya biasanya cukup dengan menghilangkan kantuk dengan kopi tuan muda."

"Sudah kubilang panggil aku Jungwoo. Kau sudah mengenalku lebih dari 16 tahun paman, tidak perlu seformal itu padaku."

"Tidak tuan muda, ini adalah bentuk hormat saya pada tuan muda dan keluarga Kim."

"Ku mohon paman, selama tidak ada ayah dan ibu tak apa. Kumohon paman. Yayaya?" Jungwoo menunjukan ekspresi wajah yang sangat lucu yang bahkan tidak pernah sekalipun ia tunjukkan kepada siapapun. Hanya kepada paman Jang yang tidak lain adalah supir pribadi keluarga Kim yang sudah seperti keluarga baginya.

Paman Jang tersenyum kecil kepada Jungwoo yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Paman Jang adalah sesosok orang tua yang selalu ada untuk Jungwoo sedari bayi. Ia sudah mengabdi kepada keluarga Kim lebih dari 20 tahun dan akan tetap seperti itu selama Jungwoo masih membutuhkannya.

"Baiklah baiklah Jungwoo-ya" Jungwoo tersenyum sangat manis. "Apa kau masih mengantuk? Di depan ada kedai kopi apa sebaiknya kita mampir dulu?" Jungwoo terlihat berpikir dan akhirnya mengangguk. Mereka pun berhenti di kedai kopi bertuliskan "Lee's Coffe Bar".

Suara bel menunjukkan bahwa ada tamu yang datang. Jungwoo memesan segelas  Iced Caramel Macchiato dan juga Espresso untuk paman Jang. Sambil menunggu pesanannya, ia memilih untuk duduk di dekat jendela dimana mobilnya terparkir dengan paman Jang yang setia menunggu di dalamnya.

•••

"Lucas! Tolong antarkan ini ke meja nomor 9 di dekat jendela cepat!" Lucas yang baru saja hendak menyelesaikan shiftnya terpaksa menundanya demi mengantarkan pesanan terakhirnya hari ini. "Baiklah tuan." ucapnya.

'Meja nomor 9 di dekat jendela hufft pesanan terakhirku dan aku akan pulang lalu mengerjakan tugas dan memberi makan cassie. Yeaay.' Lucas berjalan mendekati meja nomor 9 di dekat jendela.

"Permisi tuan, ini pesanan anda. Satu Caramel Macchiato dan satu Espresso. Silahkan." Lucas tersenyum lebar kepada customer yang tampak sedang sibuk dengan ponselnya.

"Lucas?" Seketika senyumnya luntur, sebab Lucas sangat terkejut saat melihat siapa yang ada di depannya sekarang. 

"U-uh hey Jungwoo what's up?




••••

Feel free to ask something or criticize in comment box guys! :)
Don't forget to vote and wait for the next chapter. It'll be less than 10 chapter so, yeah thankyou!
xx

For You | Caswoo [✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang